Chapter 4. Assemble [EDITED]

1.7K 143 15
                                    

Setiap member Ainana kini sedang menjalani kesibukannya masing-masing sejak pagi hari, meskipun siang nanti mereka akan ada jadwal konser serta acara jumpa fans mereka tetap memiliki jadwal yang padat. Hingga malam pekerjaan mereka masih berlanjut untuk menghadiri rapat pertemuan ketiga grup terkait konser kolaborasi dalam rangka perayaan White day. Yah hari ini akan menjadi hari yang berat dan melelahkan.

Mengingat kondisi khusus Riku, manajer telah mengaturnya agar ia mendapat waktu istirahat yang lebih. Oleh karena itu, Riku berhasil tiba lebih awal di ruang persiapan mereka sebelum menjalankan konsernya, mengingat ia hanya menjalani interview singkat di pagi hari.

Anggota lain nampaknya belum menyelesaikan pekerjaannya. Yamato masih dalam perjalanan dari lokasi  syuting setelah ia menyelesaikan adegannya hari ini, Mezzo juga dalam perjalanan setelah melakukan variety shownya. Sementara Iori, Mitsuki, dan Nagi sedang berada di studio lain untuk melakukan rekaman program regular mereka yang sebentar lagi juga akan selesai. Sementara Manajer telah bersiap di ruang tunggu menemani Riku.

“Riku-san kau bak-baik saja? Apa kau kelelahan?” tanya Tsumugi agak cemas saat melihat wajah Riku yag tampak pucat.

“Aku baik-baik saja, jadwalku tetap masih lebih ringan daripada yang lain. Terima kasih sudah mengaturnya seperti ini manajer,” jelas Riku dengan tenang menunjukkan senyumnya agar lebih menyakinkan.

“Apa kau perlu sesuatu?” tanya Tsumugi lagi masih belum yakin, ia tidak akan menerima jawabannya mentah-mentah begitu saja.

“Kalau begitu tolong air mineral saja manajer,” ujar Riku yang segera disanggupi oleh Tsumugi.

Mengehela napas lelah, Riku menjatuhkan kepalanya di meja rias memejamkan matanya sejenak untuk beristirahat. Belakangan kepalanya terasa berat hingga membuatnya ingin menyender pada apapun di depannya. Tak butuh waktu lama Riku benar-benar tertidur, masih ada waktu beberapa jam sebelum konser sembari menunggu kedatangan teman-temannya yang sedang dalam perjalanan.

Tak lama, pintu ruangan terbuka. Yamato yang telah tiba mendahului teman-temannya segera memasuki ruangan dan hanya mendapati sosok kepala merah yang jatuh tertidur di meja rias. Matanya sedikit melembut menyadari gurat kelelah yang kentara di wajah centernya, dengan hati-hati ia mengusap kepala Riku khawatir jika akan membangunkannya sembari menggumamkan permintaan maaf.

Iori dan Mitsuki yang tiba kemudian, segera masuk ke dalam dan agak terkejut saat mendapati Yamato dan Riku. Ah untuk Nagi?! Yah dia menyempatkan waktunya beberapa kali untuk menggoda staff perempuan di lorong yang ia lewati, duo Izumi yang berjalan bersamanya dengan senang hati meninggalkannya. Tentu saja mereka tak perlu repot-repot untuk menunggu Nagi yang sedang bersenang-senang.

Atmosfir canggung yang menguar seketika membuat Iori sedikit tak enak hati berada di sana. Ia merasa keberadaannya kurang tepat, “Apa aku perlu memberi ruang untuk kalian berdua?” tanyanya to the point tak ingin terjebak lebih lama dalam situasi yang menyesakkan.

“Tidak perlu ichi,” sela Yamato mencegahnya dengan tenang seolah tak pernah terjadi apapun sebelumnya.

“Oy Ossan, apa pipimu baik-baik saja?” tanya Mitsuki terdengar sedikit keras seperti biasanya namun, saat di perhatikan lebih baik terdengar nada khawatir dan sedikit rasa bersalah.

“Yah kurasa aku jadi belajar teknik make up untuk menutupinya.” Yamato membalasnya dengan candaan sambil tertawa ringan.

“Maaf untuk apa yang ku katakana sebelumnya,” ujar Yamato menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal untuk mengenyahkan rasa gugupnya.

“Aku juga … minta maaf, sepertinya aku agak kasar waktu itu,” gumam Mitsuki yang masih dapat didengar.

“Kau baru menyadarinya?” tanya Yamato memasang wajah seolah-olah ia sangat terkejut, “Yah lagipula aku sudah terbiasa babak belur di tanganmu, lepas dari centong kayu dan panci, kurasa aku mendapat pengalaman baru langsung merasakan bogem mentahmu,” imbuhnya lagi sambil menghela nafasnya, meratapi hidupnya yang ternyata cukup berat setelah ia pikir-pikir.
"A—saat mengatakannya seperti itu … bu-bukankah kau membuatnya terdengar sangat buruk?” balas Mitsuki sedikit terbata karena rasa terkejutnya.

ID7 Fanfic - The Way of Song [MAJOR EDITING] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang