Chapter 7. Camp [EDITED]

2K 153 15
                                    

Hari yang disepakati tiba, dengan kendaraan masing-masing serta barang bawaan yang sudah mereka siapkan. Ketiga grup nantinya akan langsung menuju bandara untuk keberangkatan mereka ke Hokkaido tempat yang sudah di tentukan oleh penyelenggara acara dan juga pihak sponsor.

"Nanase-san!" Iori yang sudah selesai bersiap kini berdiri tegak tepat di depan partnernya sambil meneriakkan namanya sejak beberapa lalu. Teriakan dari luar ruangannya, hanya mampu membuat Nanase Riku tersentak kecil.

"!!"

Gedoran keras kembali terdengar, tangannya yang mengepal kuat ia gunakan untuk memukul bidang datar di depannya yang menjadi satu-satunya sekat penghalang. Suara gedoran yang tak kalah nyaring menggema hingga seluruh ruangan. Namun, sang pemilik kamar memutuskan untuk menutup telinganya dengan bantal, masih setia dengan posisi nyamannya.

"Nanase-san! Jika aku jadi dirimu aku akan segera bangun dan membuka pintu sekarang juga," ujar Iori memutuskan untuk sedikit mengancamnya.

"Untungnya kau bukan aku Iori!" Riku membalasnya telak, ia berteriak cukup keras meski agak teredam selimut tebalnya.

"!!!"

Merasa kesabarannya sudah memuncak, gedorannya terdengar kian keras. Jika lebih lama lagi, bisa dipastikan nasib pintu kamarnya yang malang akan turut menyusul takdir tragis pintu kamar Tamaki beberapa hari yang lalu.

"Beri aku waktu satu jam!" balas Riku berteriak kesal.

"Dan kau sudah mengatakan itu satu jam yang lalu! Kali ini tidak akan ada negosiasi lagi," sentak Iori tak kalah kesal.

Mengerutkan wajahnya kesal, Riku melototi pintu kamarnya bisa membayangkan dengan jelas sosok Iori dari balik sana, "... Tapi ini hari libur." Riku kembali membalasnya berusaha mendapatkan waktu tambahan tidur.

Menghela nafasnya berat, Iori tak ada pilihan lain. "Jangan salahkan aku jika kau kehilangan pintu kamarmu sejak hari ini," ujar Iori dengan tenang.

Riku yang masih mengabaikannya memilih tak menanggapi ancamannya dengan serius, hingga tak lama terdengar suara berdesing yang aneh. Dengan malas Riku melongok dari balik selimutnya, bisa ia lihat pintunya yang mulai bergetar. Alisnya kini bertaut dalam menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.

'... perasaan familiar apa ini' Riku membatin lirih.

Riku merasa pernah mendengar situasi ini dari seseorang.

Hingga akhirnya pintu kamarnya telah mencapai akhir, dengan tergesa Riku mendudukkan tubuhnya masih dengan selimut yang melingkari pundaknya. "Iori! Kenapa mengeksekusi pintu kamarku!" sentaknya tak bisa menerima akhir hayat dari pintu kamarnya.

Mengedikkan bahunya pelan, Iori mengangkat bor di tangannya dengan acuh, "Aku sudah memperingatkanmu," ujarnya tenang.

"Sejak kapan kau menganut aliran yang sama dengan Sougo-san?" tuduh Riku mengernyit curiga.

"Cepatlah bersiap, atau kau akan melihat apa yang terjadi selanjutnya," ujar Iori dengan tenang berjalan ke lemari bajunya.

Memilih untuk mengabaikannya lagi, Riku menyerah akan gravitasi kasurnya yang hari ini terasa lebih kuat, "Ini hari libur," gumam Riku membenamkan wajahnya di bantalnya masih keras kepala.

"Kita libur untuk berangkat ke lokasi pekerjaan selanjutnya."

Menggunakan strategi terakhirnya Riku menatapnya memelas, "Aku masih mengantuk," keluhnya mengerucutkan bibirnya.

"Salahkan dirimu dan Yotsuba-san yang semalaman asik merencanakan aksi mencurigakan kalian ketika tiba disana," dengus Iori memalingkan wajahnya, ia sudah lebih kebal sekarang.

ID7 Fanfic - The Way of Song [MAJOR EDITING] ✅Where stories live. Discover now