Chapter 10. Party Together [EDITED]

1.6K 150 6
                                    

"Ugh, kenapa tubuhku rasanya sangat berat," keluhan lirih keluar dari bibirnya, bulu matanya mengerjap pelan berusaha menunjukkan manik krimsonnya. Kedua tangannya bahkan tak bisa ia gerakkan untuk sekedar mengusap matanya.

Begitu kelopak matanya berhasil membuka sepenuhnya, ia menolehkan kepalanya menuju ke sumber cahaya yang berhasil menerobos dari balik tirai, "Ini sudah pagi?" gumamnya bertanya-tanya dengan suara seraknya khas orang bangun tidur.

"Ah pantas saja," ujarnya menghela nafasnya pelan saat menyadari, gumpalan surai aquamarine di dadanya, bahkan kedua tangannya masih di genggam erat oleh Si bongsor, "Uh Tamaki, bangunlahh ...," imbuhnya hampir terdengar merengek.

"Sst, aku masih berjaga agar Rikkun tidak pergi," gumam Tamaki menggeliat pelan tanpa memindahkan tubuhnya.

"Ayolah, aku harus ke kamar mandi sekarang juga," bujuk Riku kembali berusaha mengenyahkan beban berat diatasnya.

"Hmm," deheman pelan tanpa tindakan hanya diberikan oleh Tamaki yang total mengabaikan keluhan Riku.

Menghela nafasnya lelah, Riku hampir menyerah, hati kecilnya juga tak tega membangunkannya, tapi ia benar-benar perlu bangun untuk ke kamar mandi, "Tamaki, se-sesak," ujarnya terbata.

"Mana yang sakit? Apa kau baik-baik saja?" tanya Tamaki sontak bangun dengan matanya yang sudah terbuka lebar. "Rikkun katakan padaku, mana yang sakit?" imbuhnya lagi kembali bertanya saat melihat Riku yang masih tak bergeming di tempatnya.

"Ohayou," mengabaikan pertanyaan Tamaki, Riku justru menyapanya lengkap dengan senyum cerianya.

"Mou kau membohongiku?" tanya Tamaki memasang wajahnya merengut.

Tawa renyah sontak terdengar sebagai balasannya, "Hahaha maafkan aku Tamaki, jangan marah," ujar Riku berusaha membujuknya.

"Hmph, jangan berbohong yang seperti itu lagi," dengus Tamaki mengalihkan pandangannya, mana mungkin ia bisa marah lama-lama jika dihadapkan dengan raut wajah seperti itu.

"Ha'i ha'i, sekarang apa kau bisa membantuku bangun?" tanya Riku menjulurkan tangannya, jika berhadapan dengan Si bungsu entah kenapa ia sering lupa siapa yang menjadi bungsu di antara keduanya.

"Baiklah, ayo bangun," ujar Tamaki menarik senyumnya tipis, menarik pelan tubuh Riku untuk segera beranjak dari tempat tidur.

"Ngomong-ngomong sejak kapan kau tidur di dekatku?"tanya Riku menoleh pada Tamaki yang masih setia mengekorinya setelah dari kamar mandi. Sambil mengobrol ringan, langkah kaki mereka menuju ke ruang utama dimana suara ramai mulai terdengar.

"Hmm, entah?" balas Tamaki tak yakin, "Apa kau tidak mengingat apapun Rikkun?" imbuhnya lagi kembali bertanya pada Riku.

"Ingat apa?"

"Soal sema—"

"Ah kalian sudah bangun lebih dulu ternyata," selaTenn yang memang berniat membangunkan keduanya.

"Te- Ah Kujo-san," sapa Riku segera memperbaiki sapaannya, mengingat ini sudah jadwalnya kamera kembali aktif.

"Apa tidurmu nyenyak, Nanase-san?" balas Tenn tersenyum ramah, mengaktifkan mode malaikatnya.

"Huum, bahkan sepertinya aku bangun paling lambat," ujar Riku tertawa canggung merasa tak enak hati.

"Ah lebih tepatnya kami tak bisa kembali tidur meski sangat ingin," dengan wajahnya yang kusut, Yamato menyahuti sambil menguap lebar.

"Perhatikan penampilanmu Ossan, kau akan membuat banyak orang ketakutan diluaran sana," ketus Mitsuki menggeplak belakang kepalanya dengan centong sayur di tangannya.

ID7 Fanfic - The Way of Song [MAJOR EDITING] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang