Chapter 4

25K 2.3K 23
                                    

Elea

Selesai menuntaskan pekerjaan seharian ini, Aku dan beberapa orang dari team Indonesia24 berkumpul di sekitar meja kami hanya untuk membicarakan hal-hal yang terjadi sepanjang hari ini atau bahkan hanya untuk tertawa bersama melepas penat. Aku yang beberapa kali tertawa mendengar celotehan teman-teman, tiba-tiba jadi terdiam saat mas Aji datang dan mengajak kami semua untuk makan malam team.

"Wah, boleh tuh mas. Nyambut mas Ale juga kan sekalian." Sambung Fadhil yang dibarengi dengan anggukan dari teman-teman lain.

Di satu sisi gedung aku melihat Ale yang baru saja keluar dari lift. Berjalan perlahan sambil berusaha tidak mau tau dengan keberadaan kami yang bergerombol ini, sampai saat mas Aji memanggilnya dan mengajaknya ikut bergabung. Karena semua orang sudah setuju, Rani selaku team heboh department kami langsung menekan layar handphone-nya untuk memesan tempat di Sana Sini Restaurant. Kenapa disana, alasannya cukup simple, karena prasmanan dan banyak pilihan menunya. Tema itu disebut cocok untuk makan malam team.

Aku yang sedang bersiap tiba-tiba dikejutkan dengan suara Tere.

"lo bawa mobil? Kesana sama siapa?"pertanyaan Tere langsung memunculkan pertanyaan lain di otakku. Bagaimana bisa aku lupa kalau hari ini aku tidak membawa mobil. "Nggak. Lo sama siapa? Bareng dong!" Seruku

"Bareng mas Ale aja gimana?" Tambahnya dengan muka yang mupeng pake banget.

Aku yang mendengarnya langsung memutarkan kursiku ke arah Ojan, "Jan, bawa mobil nggak? Gue sama Tere nebeng ya."

Ojan yang mendengar langsung memberikan jempolnya sambil sedikit bercanda, "Tapi ada uang tipsnya ya, El." Yang disusul dengan anggukanku.

***

Kami akhirnya sampai di resto tempat kami makan malam. Untung saja kami datang tepat waktu, kalau tidak, mungkin kami sudah seperti anak ayam yang jatuh ke selokan, mengingat hujan yang turun di luar cukup lebat.

Kami duduk di meja yang memanjang. Setelah mengambil menu yang ingin kami santap masing-masing, kami memulai makan diselingi dengan obrolan santai.

"Mas Ale, kok pindah sih dari SG? Bukannya enakan disana ya? Secara gaji pasti jauh lebih besar, prospek jangka panjang juga jauh lebih menjanjikan kan?" tanya Gia yang diikuti dengan tatapan kepo semua orang ke arah Ale.

"Senyaman-nyamannya negeri orang, tetep lebih nyaman di negeri sendiri, Gi. Lagian saya dari S1 udah disana, Kerja juga disana. Udah puas juga ambil ilmunya. Di samping itu memang saya kangen Indonesia sih. Kebetulan banget waktu saya ngajuin surat resign, dapet tawaran dari Aji buat jadi PD kalian. Yaudah deh, alasan saya balik ke Indonesia jadi makin kuat." jelasnya panjang lebar.

"Kangen Indonesia atau kangen orang Indonesia nih, mas?" Ledek Tere yang dibarengi dengan ledekan dari teman-teman lain.

"Waduh, maunya sih ada orang Indonesia yang dikangenin ya. Tapi, sayangnya selain orang tua dan temen-temen belum ada nih, Ter. Gimana dong?" balas Ale dengan nada bercanda dan sedikit tersenyum.

"Ah, seriusan Mas Ale? yang kayak mas Ale gini belum ada yang dikangenin?" tanya Ojan yang sedikit terkejut dengan jawaban Ale sebelumnya.

Ale menggeleng sambil sedikit tertawa.

"Kalau sekantor tau mas Ale jomblo, pasti ruangan mas Ale besok udah penuh sama gift nih " ledek Rani yang di barengi dengan ucapan setuju dari teman-teman lain.

Aku yang sedari tadi duduk berseberangan dengan Ale hanya bisa mendengarkan obrolan teman-temanku dan sesekali ikut tersenyum.

"Mas, kalau boleh tau nih mas Ale asli mana sih?" tanya Fadhil yang kepo banget dari awal perkenalan dengan Ale di studio pagi tadi karena melihat warna bola mata Ale yang tidak seperti orang Indonesia biasanya. Ya, warna bola mata Ale adalah Kelabu. Hijau tidak, abu-abu pun tidak.

EPOCH [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora