Chapter 11

17.4K 1.7K 81
                                    

Alreyshad

Hari ini aku hanya sibuk membersihkan sisa-sisa barang di Apartment-ku di SG. Beberapa barang sudah ku urus untuk dikirimkan ke Apartment di Jakarta. Sisanya, sudah aku berikan kepada teman-temanku yang masih menetap disini.

"Al, mau makan dimana?" Ucap Tian, salah seorang sahabatku selama kuliah.

"Cari di sepanjang Orchard aja. Ajak yang lain kalo pada mau. Biar sekalian ketemu, besok soalnya gue balik." kataku yang mendapat anggukan dari Tian.

Setelah mengajak beberapa teman kami untuk ikut bergabung, Tian melajukan mobilnya ke arah Orchard Road. Dan disinilah aku, Tian, Jihan, Andrew, dan Poppy berkumpul. Setelah makan, kami sepakat untuk mencari cafe untuk sekedar berkumpul sambil mengobrol.

"Cepet banget Al balik ke Jakarta lagi. Nggak mau extend gitu? Kan bakal jarang kesini juga." tanya Jihan yang mendapat anggukan dari teman-teman lain.

"Bukannya nggak mau. Tapi kerjaan gue nggak bisa ditinggal lama-lama. Gue izin 2 hari aja, udah nggak enak banget." Jawabku meyakinkan mereka bahwa aku benar-benar tidak bisa extend.

"Gimana Al, enak nggak kerja di Jakarta? Secara kan lo udah lama nih disini tiba-tiba balik ke Jakarta lagi, kudu melokal lagi kan berarti." kekeh Andrew sambil menghisap rokoknya dan asapnya ia buang ke sembarang arah.

"Sial. Ya enak-enak aja sih. Rekan kerja gue juga asik-asik orangnya. cuma gaji nggak sebesar waktu disini sih." Jawabku bercanda sambil meminum kopi pesananku. 

Obrolan kami terhenti ketika aku melihat sosok yang tak asing.

Dhana. Kekasih El yang tempo hari berkenalan sekaligus El ceritakan lewat telfon denganku sedang berjalan melewati cafe tempat dimana aku dan teman-temanku mengobrol. Dia tidak sendiri. Bergandengan dengan wanita yang sama familiarnya di mataku.

Namanya Kalila, temanku ketika sama-sama bekerja di salah satu Mediacorps disini. Aku baru ingat, dulu ketika kami berkerja, Kalila pernah dijemput seseorang yang ia bilang adalah pacarnya. Wait.. Dhana. Shit! Aku baru sadar sekarang, mengapa waktu pertama kali aku berkenalan dengannya, wajahnya sangat familiar. Lalu, El?

"Sialan!" Kataku tiba-tiba yang mengundang tanya teman-temanku.

"Kenapa lo, Al?" Tanya Tian.

"Gue duluan ya. Ini bayarin dulu, tagihannya kirim ke gue entar gue transfer. Buru-buru soalnya." jawabku sambil sedikit berlari ke arah Dhana dan Kalila untuk memastikan kebenarannya. Bukan karena mataku lelah atau salah melihat. Itu memang mereka.

Saat di taksi menuju Apartement-ku, Hanya satu hal yang ku pikirkan. El. Tak ada lagi yang terbesit dalam pikiranku selain El. Namun, di tengah-tengah lamunan, pesan masuk di handphone-ku menyadarkanku.

From : Teari INA24
Mas Ale, kayaknya harus chat El deh. Soalnya, tadi dia liputan lapangan untuk kasus yang waktu itu loh, mas. Kelar liputan kondisinya buat gue panik. Gemeterannya belum berhenti sampe pulang tadi. Tapi tiap gue tanyain, dia selalu bilang nggak apa-apa. Coba kalo mas Ale yang tanya, mungkin dia mau jujur. Soalnya, besok dia masih liputan mas. Udah gue tawarin buat tukeran, dia tetep nggak mau. Sorry ya ganggu cutinya.

Setelah ku membaca pesan dari Tere tadi, aku langsung mengirimkan pesan ke El. Dan ia membalas..

From : Eleanor Oliviera
boleh kok, Al. sekarang?

Dan segara ku balas.

To : Eleanor Oliviera
10 minutes? Aku masih di jalan, bentar lagi sampe Apartment Kalo udah sampe aku telfon ya.

EPOCH [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang