Chapter 19

14K 1.5K 58
                                    

Elea

Sudah empat bulan, aku dan Ale  merasa hubungan kami jauh lebih dekat. Apalagi sejak kejadian Dhana hampir tiap malam, Ale selalu mengantarku pulang. Ditambah sikapnya yang menurutku tidak mencerminkan status kami yang hanya teman. Ale tak pernah terang-terangan menyebutkan dirinya sedang mendekatiku, namun sikapnya mencerminkan itu.

Seperti saat ini, ia benar-benar tak melepaskan rangkulannya ketika kami menonton serial favorite kami. Ia bahkan sesekali menyandarkan pipinya di keningku.

Jam sudah menunjukan pukul 22.00 ketika Ale memutuskan untuk pamit pulang. Aku mengantarnya menuju pintu, kali ini tidak sampai pintu pembatas lobby, karena namanya sudah terdaftar dalam VIP list untuk pengunjung unitku.

"Le?" Ucapnya sambil berjalan menuju pintu.

"Ya?" Jawabku singkat.

"Aku tau seharusnya aku ngomong sama kamu, tapi aku tau juga kalo kamu udah paham maksud dari perhatian aku selama ini." Ucapnya pelan sambil menggenggam tanganku.

"I know, kamu butuh waktu. Dan aku juga nggak mau maksa kamu buat buru-buru. Jadi kalo kamu merasa aku terlalu mendesak kamu, just told me ya, Le." Tambahnya yang mendapat anggukan dariku.

"Aku pulang ya, selamat istirahat Elea." Ucapnya sambil memegang pipiku dan mendaratkan bibirnya pada keningku lalu tersenyum.

Aku yang terkejut hanya bisa terdiam dan mengucapkan "hati-hati ya Al." Jawabku sambil menatap punggungnya.

***

Sudah sekitar lima bulan yang lalu Ale mengutarakan perasaannya padaku tanpa pernah menyinggungnya lagi. Ia hanya akan menerima semua keputusanku ketika aku sudah siap atau ia hanya akan menjaga jaraknya jika aku mengatakan ia terlalu terburu-buru.

Aku akui sikap manis Ale beberapa bulan ini mampu meruntuhkan pertahananku sedikit demi sedikit. Tak hanya itu, Ibuku, Eyang, Abangku pun mungkin akan setuju kalau ku bilang hal itu, karena sikap manis Ale tak hanya ia lakukan padaku. Namun, juga pada seluruh anggota keluargaku.

"Nanti ikut main ya." Ucapnya yang membuat aku terkejut.

"Al, jangan ngaco deh. Aku nggak bisa main bowling. Yang ada malu maluin." Jawabku.

"Bisa, kan nanti belajar." Jawabnya santai sambil menatapku.

Hari ini kami memenuhi undangan mas Aji untuk ikut serta bermain bowling bersama beberapa teman di team A. Setelah sampai, kami menemui teman-teman yang ternyata sudah sampai, hanya tinggal menunggu aku dan Ale.

"Lama ya? sorry ya susah nyari parkiran" ucap Ale sambil menyuruhku duduk karena bangku yang tersisa hanya satu. Sedangkan dia, berdiri di sampingku.

"Alesan aja lo, Al" ucap Aji sambil melirik Tere.

"Tau nih mas Ale, bilang aja dilama-lamain biar bisa lama di jalannya kan sama El?" Ledek Tere.

"Yah ketauan ya?" Ucap Ale bercanda yang langsung mendapat cubitan dariku.

Setelah sedikit bercengkrama, kami akhirnya menuju tempat bowling yang memang menjadi tujuan utama kami.

***

Alreyshad

Kami menyewa satu tempat VIP untuk bermain. Bukan, bukan ideku. Ini traktiran Aji sebab kami berhasil mempertahankan rating kami tiga bulan penuh di posisi 1.

"Speak banget lo, nggak pernah latihan selama di SG tapi strike mulu dari tadi. Berapa kali Turkey lagi" Ledek Aji.

"Kebetulan doang" kataku sambil duduk di samping El dan yang lain. "Kok duduk doang, pada nggak main?" Tanyaku pada El, Ghea, Rani dan Tere.

EPOCH [COMPLETED]Where stories live. Discover now