Chapter 17

13.6K 1.4K 76
                                    

Elea

Sesampainya di Bali semalam, kami tidak melakukan aktifitas apa-apa selain tidur. Oh iya, kami menyewa villa yang cukup besar dengan banyak kamar. Sesuai kesepakatan, nama kami akan dikocok untuk menentukan kamar mana yang akan ditempati.

Karena di Villa tidak memiliki kamar sebanyak hotel. Jadi, kami memutuskan sekamar untuk 4 orang dengan 2 bed ukuran queen size yang cukup luas untuk tempat tidur 2 orang dalam 1 kasur. Berbeda dengan mas Aji, dia hanya akan sekamar dengan Ale.

Pagi ini, aku menggunakan floral mini off shoulder jumpsuit yang ku padukan dengan sandal model gladiator. Make up simple dan rambut yang ku biarkan tergerai berjalan menuju ruang tengah yang sudah dipenuhi teman-teman lainnya.

"Wah, Mbak El cantik banget!" Ucap Ghea yang diikuti tatapan dari teman-teman lainnya.

"Bisa aja Ghea, mau aku jajanin apa nih?" Jawabku sambil bercanda.

"Sumpah El, tapi beneran cakep" timpal Ojan.

"Ghea belum pernah liat mbak El nggak pake office outfit. Tapi yang jelas mbak El cantik banget!" Puji Ghea lagi yang mendapat senyuman dan ucapan terima kasih dariku.

"Rugi Ale nggak berangkat semalem, kalo pagi-pagi disuguhin sarapannya pemandangan El secantik ini" kekeh mas Aji yang diikuti oleh tertawaan teman-teman lain.

"Video call mas Ale, mas." Ledek Tere.

"Oh iya, bener" jawab mas Aji sambil mencari nama Ale di Ipad-nya. Dan tak lama setelahnya, terdengar suara Ale.

"Lagi dimana bos?" Ucap mas Aji.

"Apartment, baru mau sarapan. Kenapa?" Jawab Ale yang terlihat sambil membuat kopi.

"Mas Ale, rugi nggak sarapan sama kita" ledek Rani.

"Wah iya nih, kayaknya enak banget menunya, beda banget nih sama gue yang cuma kopi. Rame-rame lagi." Jawabnya

"Bukan masalah sarapannya mas, tapi rugi karena mas Ale nggak bisa sarapan sambil liat mbak El yang super cantik hari ini." Ledek Ghea.

"Hahaha, ada-ada aja. Elea tiap hari cantik kok." Jawabnya santai.

"Kalo hari ini gimana mas Ale?" Ucap Tere sambil mengarahkan camera ipad mas Aji kepadaku yang diikuti tatapan dari seluruh teman-temanku.

"Hai" ucapku canggung karena tatapan seluruh teman-temanku.

Ale hanya tersenyum, "bener, aku rugi tuker tiket sama Fadhil." Ucapnya yang membuat teman-teman teriak histeris.

"Cantik kan mas Ale?" Tanya Ojan dengan nada memastikan.

Ale mengangguk sambil tersenyum, "ini nggak bisa reschedule ya? Biar lebih cepet berangkatnya" canda Ale yang mengundang teriakan teman-teman.

"Mbak El, ngobrol dong sama mas Ale" ucap Ghea.

"Iya El, ajak ngobrol dong si Ale. Pengen liat kan kalo kalian ngobrol kayak gimana?" Ledek mas Aji

Aku diam sejenak, jujur baru kali ini aku mengobrol dengan Ale secanggung ini karena tatapan teman-temanku.

"Udah sarapan, Le?" Suara Ale terdengar sekaligus menyapaku terlebih dahulu.

"Nih lagi sarapan mas sama yang lain. Mas Ale?" Tanyaku yang diikuti senyuman dari teman-teman.

Dia hanya tersenyum sambil menunjukan kopi dan roti yang ada di meja makannya.

"Tangannya udah sembuh? Jangan kena air dulu kalo belum kering ya" ucapku reflek karena melihat tangan Ale.

EPOCH [COMPLETED]Where stories live. Discover now