Chapter 15

16.4K 1.5K 59
                                    

Elea

Setelah Ale menceritakan sebab ia meninggalkanku 7 tahun lalu, dan aku merasa sangat bersalah begitu pula Ale.

"I'm so sorry, Le. Truly Sorry" ucapnya pelan.

"It's okay kok, Al. Aku justru yang minta maaf. Waktu itu, aku bener-bener kacau. Aku butuh kamu, tapi tiap kali aku liat kamu bayangan Ayah yang malah muncul di kepala aku. Maaf." Kataku sambil menunduk. 

"Semenjak kita nggak ketemu, aku cuma bisa tidur 2-3 jam tiap hari, nggak ada lagi yang nemenin aku bergadang." Lanjutku sambil meminum minumanku.

"Tapi kan habis itu ketemu Dhana. Dia nemenin kamu kan, gantiin aku." Ledeknya.

"Nggak ada perubahan juga sih, Al. Kalo masalah emosi memang jauh lebih kekontrol, tapi masalah jam tidur kayaknya nggak ngaruh. By the way, kamu jahat banget, selama hampir 6 tahun di SG nggak pernah sekali-sekalinya nanya kabar aku atau ngunjungin aku." Lanjutku dengan nada kesal

"Aku pernah ke rumah kamu yang di Menteng. Tapi taunya kamu udah pindah." Jawabnya yang membuat aku sedikit terkejut.

"Hasil rapat kemaren buat gathering minggu depan gimana Al?" Tanyaku sambil menyantap hidangan makan siang kami.

"Bali jadinya, berangkatnya dibagi 2 rombongan. Ada yang Jumat malem, ada juga yang Sabtu pagi. Sesuai shift aja. Masalah penayangan udah diurus untuk dikerjain sama yang nggak bisa ikut ke Bali, tinggal di up aja sih. Jadi Senin sampe Jumat siang semua file berita buat week-end udah rampung. Jadi Sabtu-Minggu tinggal di up sama paling kalo ada berita darurat ya harus disisipin. Untungnya ada dua Produser kan nggak bisa ikut dan lumayan banyak juga editor, jurnalis dan kameramen yang nggak bisa ikut. Jadi aman sih kalo aku titipin kerjaan karena mereka juga titip anak buahnya kan ke aku." Jawabnya.

Memang beberapa orang di departement kami tidak bisa ikut pergi. Berbagai macam alasannya. Ada yang karena masalah kesehatan, keluarga yang tidak bisa ditinggal, atau bahkan memilih masuk agar bisa dapat cuti lebih panjang tiga hari pada akhir tahun atau hari libur lainnya.

Di sela-sela perbincangan kami, tiba-tiba ada seorang  ibu-ibu menghampiri kami.

"Lea?" Panggilnya yang membuat kami menengok ke arah ibu itu.

"Ibu? Ngapain disini?" Jawabku heran.

Benar, ibuku yang datang menghampiri kami. Ia tidak sendiri, bersama kakak ipar dan keponakanku, Sabian.

"Ibu abis belanja keperluan buat perayaan ulang tahun Abi, kan sabtu ini acaranya." Kata ibu El sambil melirik menantunya dan cucunya. 

"Ale kan?" Tanyanya yang langsung mendapat anggukan dan senyuman lebar dari Ale.

"Apa kabar tante?" Kata Ale dengan nada sopan.

"Baik, ya ampun udah lama banget tante nggak ketemu Ale. Lea kok nggak cerita kalo satu kantor sama Ale?" Katanya sambil melirikku.

"Belum sempet cerita, bu." Kataku.

"Abi salim dulu sama om" lanjutku menyuruh Abi untuk bersalaman dengan Ale.

"Ibu sama kak Vriska doang? Abang?" Tanya El yang tidak melihat sosok abangnya.

"Abang kan kerja, dek. Jadi sama pak Amir." Jawab kak Vriska.

"Ale, Sabtu ini ke rumah ya. Abi ulang tahun yang ke-3. Datang sama Lea ya!" Ajakan ibu yang tiba-tiba membuatku sedikit terkejut.

"Bu, Ale Sabtu ke kantor. Minggu juga mau ke rumah orang tuanya" jawabku cepat.

EPOCH [COMPLETED]Where stories live. Discover now