Chapter 22

13.8K 1.4K 65
                                    

Alreyshad

Hari ini adalah hari pertama untukku membawa El ke keluargaku dengan status yang berbeda. Sejak pagi, aku sudah tertawa melihat tingkah El yang tak bisa tenang karena permasalahan baju apa yang harus ia pakai, sampai warna lipstik yang harus ia pakai.

"Bagus kok, Le." Ucapku.

"Al, kenapa bagus-bagus terus. Kamu jangan liat handphone dulu, bantuin aku pilih." Ucapnya kesal sambil menutup layar handphone-ku.

"Apa sayang?" Jawabku lembut.

"Kenapa sih nggak mau liat aku sebentar doang." Jelasnya, kali ini matanya sudah berkaca-kaca.

El memang tidak bisa marah, yang ia bisa hanya tersenyum dan menangis. Jadi jika dia sudah kesal, jangan terkejut jika matanya sudah siap menumpahkan segala kekesalannya dalam bentuk tangisan.

"Sorry" kataku sambil memeluknya. "Kamu suka yang mana?" Tanyaku sambil menyuruhnya memilih tasnya.

"Ini. Tapi ini juga aku suka." Ucapnya.

"Okay, kita pilih pilihan pertama kamu." Kataku sambil menunjuk handle bag milik coach.

Setelah proses pilih-memilih yang cukup panjang, akhirnya kami langsung menuju kediaman tante Puti yang berlokasi di daerah Cinere, tempat berlangsungnya acara lamaran Arkeyla sepupuku.

***

Sesampainya di depan rumah Arla, aku memarkirkan mobilku tepat di belakang mobil Ayah yang kebetulan juga baru sampai.

"yuk! Itu Bunda, Ayah sama Acha." Ucapku.

Aku bisa melihat wajah tegang El, ketika melihat keluargaku turun dari mobil. Namun, bukan El namanya jika tak bisa menutupinya dengan senyumnya.

Kami berdua turun dari mobil dan menghampiri keluargaku. Responnya seperti biasa. Bunda dan Ayah langsung tersenyum ketika melihat kami turun dari mobil. Acha? Sudah pasti heboh.

"Oh my God, kak El cantik bangeeeet!!!" Heboh Acha menghampiri El dan mencoba menggandengnya namun segera ku tepis.

"Aww! Posesif banget sih bang." Ucapnya.

"Ketemu tuh salam dulu bukan main ngegandeng aja." Ucapku.

"Nggak apa-apa, Al. Hai cha, apa kabar?" Ucap El lembut.

"Baik kak." Jawab Acha yang sekarang menggandeng El menuju orang tuaku.

Senyum Bunda dan Ayah merekah ketika El menyapa mereka.

"Apa kabar, Bunda, Om?" Sapanya lembut sambil menyalami kedua orang tuaku.

"Baik El, El apa kabar?" Ucap Bunda.

"Baik, Bunda." Jawab El canggung.

"Tunggu, manggilnya Bunda. Tapi manggil Ayah kok Om? Abang kok nggak bilangin El manggil Ayah jangan Om lagi, kan bakal jadi Ayahnya kan?" Ledek Ayah.

"Le, bukan aku yang minta tapi Ayah." Ucapku.

"Iya Om.. eh Yah." Jawab El malu-malu.

"Udah ah, Ayah sama Ale ngeledekin El aja. Kasian kan." Ucap Bunda sambil membelai halus rambut El.

"Yuk kita masuk. Udah rame kayaknya."ajak Bunda sambil menggandeng El.

***

Elea

Aku bukan tipe orang yang mudah menyesuaikan diri dengan orang baru. Namun, hari ini aku tak merasa mengenal orang baru berkat Bunda, Ayah, Acha dan pastinya Ale. Bunda dan Ayah selalu membawaku dan memperkenalkanku ke semua kerabatnya, sedangkan Acha memperkenalkanku ke semua sepupunya. Ale? Selalu di sampingku dan menggenggam tanganku.

EPOCH [COMPLETED]Where stories live. Discover now