Chapter 8

18.3K 1.8K 20
                                    

Elea

Hari Minggu seperti ini, biasanya aku isi dengan hal-hal yang berbau kebersihan. Mulai dari mengepel, menyapu, membersihkan dapur, menata ulang barang-barang di laci dapur, memvacum seluruh ruangan, mengganti sprei, sampai mencuci baju. Ditambah lagi, aku sudah memesan beberapa pot tanaman hias untuk beberapa sudut ruangan sebagai pemanis unitku yang memang kurang sedikit "hijau".

sepanjang hari, aku hanya berniat di Apartment-ku, bermalas-malasan sambil menonton serial favorite-ku. Tak ada niat sedikit pun untuk memijakan kakiku keluar dari pintu unitku, apalagi setelah mengingat kejadian dengan Dhana semalam. Ditambah lagi, langit Jakarta petang ini sedikit mendung dan mungkin tak lama lagi akan turun hujan.

Hujan mulai turun, membasahi jalanan ibukota siang ini. Sambil menonton TV, tiba-tiba saja aku teringat Ale. Pertemuan kami kemarin membuat rasa bersalahku muncul kembali. Suara yang ku dengar semakin serak, dan wajah yang semakin pucat. Ale tidak baik-baik saja setelah memberikan jaket dan payung kepadaku malam itu.

To: Alreyshad Darien
Al, udah mendingan? Udah ke dokter belum?

Aku tak peduli sama sekali dengan anggapan Dhana. Bagaimana mungkin aku membiarkan temanku sakit tanpa menanyakan kabarnya? Apalagi, kali ini Ale sakit bukan karena ulahnya sendiri. Jadi, aku merasa harus ikut bertanggung jawab dengan kondisinya sekarang.

5 menit..

10 menit...

30 menit...

Sudah hampir 1 jam, aku mengirimkan pesan itu ke Ale tapi tak juga mendapat balasan. Akhirnya, aku memutuskan untuk mandi dan mencharge handphone-ku yang memang sudah low. Aku berniat untuk berendam siang ini, untuk menghilangkan penat dan menenangkan pikiranku agar siap bekerja lagi esok hari.

***

2 jam setelahnya, aku keluar dari kamar mandi. Wah rasanya segar bukan main! Selesai berpakaian, aku beralih untuk mengeringkan rambut dan meminum ice coffee. Sebelum beranjak menuju ruang TV, aku mengambil handphone-ku dan terkejut ketika melihat sebuah notifikasi.

4 missed call

Dan setelah ku buka..

Alreyshad Darien

"Ale menelfon?" pikirku. Mungkin masalah pekerjaan, tanpa pikir panjang lagi langsung ku tekan call ketika aku menemukan namanya di handphoneku.

"Hallo, Al? Ada apa?" Kataku

"nggak, tadi aku mau minta tolong ambilin obat di receptionist tadi. tapi udah dianter security kok." Katanya dengan suara yang nyaris hilang di ujung telfon.

"udah makan?" tanyaku.

"Kepalaku masih pusing banget, Le. Sorry." Katanya kembali.

"Kamu unit berapa?" ucapku. entah apa yang ku pikirkan, sehingga aku berani menanyakan hal itu.

"1227, Le. Why?"

"Aku tutup telfonnya ya, aku kesana." kataku sambil menutup telfonku dan mengambil kunci mobilku.

Jarak antara Apartment-ku dan Apartment Ale terbilang dekat hanya butuh 10 menit saja aku sudah sampai di receptionist.

"Mbak sorry, aku mau ke Unit 1227. Alreyshad Darien Tavish." Kataku kepada salah satu receptionist.

"Maaf sebelumnya, saya boleh lihat KTP-nya, ibu" jawabnya. "Baik ibu, ini barangnya beserta kartu akses lift dan lobby unitnya. Untuk liftnya, lift C ya ibu"
Tambahnya sambil memberiku kartu akses menuju unit Ale.

EPOCH [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang