6 | Penolakan

10.7K 1.6K 187
                                    


Empat tahun lalu.

"Lo tahu ini pipi gue kenapa, ha?!"

Di sudut tangga, Rosa hanya diam sekalipun dirinya dikepung empat siswa paling terkenal di sekolahnya. Bukan karena prestasi, tapi sensasi.

"Gara-gara kakak lo!"

Rosa justru santai bersandar di dinding. Padahal tatap Raya di depannya seakan berusaha mengintimidasi. Belum lagi ketiga anggota geng Raya yang baru saja merebut tas dan menumpahkan semua isinya.

Raya mungkin populer di sekolah karena dandanannya yang mencolok, atau pamer harta dengan barang-barang yang branded. Kalau ada barang terbaru dari merk terkenal yang akan launching bulan depan, Raya bisa memilikinya jauh hari sebelum tersebar di pasaran, membuat semua siswa geleng-geleng kepala dengan ketajirannya.

Belum lagi kalau ada cowok bertampang di atas rata-rata, Raya selalu berhasil mendapatkan. Banyak yang ngemis mau jadi pacar Raya. Hampir semua dari mereka diterima tanpa syarat. Asal cakep. Miskin juga tidak masalah karena poin utama bagi Raya adalah cakep dan tidak udik. Makanya, banyak cowok tidak tahu malu yang justru cuma modal muka untuk memoroti harta Raya. Hal yang membuat namanya semakin melejit karena dinilai bego.

"Berani-beraninya kakak lo tumpahin nasi goreng di muka gue!" bentak Raya.

Rosa menikmati ekspresi kemarahan Raya. Ia bahkan-kalau Raya menyadari-menahan tawanya mengingat itu. Saat tahu bahwa Rosa diganggu Raya, kakaknya langsung menghampiri kelas Raya seusai pelajaran, lalu menempelkan bungkus nasi goreng yang masih tersisa sedikit ke wajah Raya. Mempermalukan cewek itu di depan teman-teman yang mengagungkan namanya.

"Gue harus bolak balik salon berkali-kali," gerutu Raya lagi.

Rosa mengangguk pelan. Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.

"Lo nggak bisa ngomong?!" bentak Raya lagi.

Menurut Rosa, tindakan Raya itu sama sekali tidak keren. Bermasalah dengan siapa, tetapi melampiaskan pada siapa. Ia tahu Raya tidak berani dengan kakaknya. Berkali-kali Salju mengajak Raya bertemu kalau terus mengganggu Rosa, tapi yang dilakukan Raya malah 'curhat' pada Rosa, meminta Salju agar berhenti menganggunya, padahal jelas-jelas Raya yang memulai.

"Bilangin kakak lo--"

"Bilang sendiri," jawab Rosa yang sontak membuat kedua bola mata Raya melebar.

"Lo udah berani sama gue?!"

Dari kejadian itu, sebenarnya sudah kelihatan, siapa yang pengecut di sini.

"Bilang ke kakak lo jangan deket-deket Surya. Dia cowok gue!"

Rosa berdecak pelan. Ia tidak suka nama kakaknya dijelekkan. "Kak Raya kepedean."

Walau tidak pernah ikut campur, tapi Rosa sangat tahu bahwa Raya mengejar Surya dan ditolak. Ego Raya mungkin terusik karena hanya Surya yang tidak mau dengannya, lebih memilih terus bersama Salju yang notabene sahabat sejak kecil.

Rosa juga sangat mengenal kakaknya, tidak mungkin merebut pacar orang. Lagi pula bagi mereka, Raya itu aneh. Siapa pun cowok yang mau sama Raya pasti juga aneh. Kecuali Raya sudah taubat dan berhenti merasa jadi cewek paling cantik sejagat.

Awalnya mereka tidak memedulikan ancaman Raya, tapi sejak Salju tahu bahwa Rosa kerap disuruh-suruh seperti pembantu oleh pengecut macam Raya, Salju jelas tidak terima. Dan Rosa memaklumi jika serangan balik itu muncul dari pihaknya. Apalagi waktu kalimat Salju telontar di depan banyak orang saat itu. "Bukan gaya gue rebutan cowok. Kalo lo mau, sana!"

Yang jelas membuat semua tahu bahwa Raya gagal mendapatkan cowok incarannya.

"Lo bilang gue kepedean?!" Nada suara itu sangat meninggi sampai Rosa mendengar suara Raya justru mencicit seperti tikus. "Lo ngetawain gue!"

Menjemput Patah HatiKde žijí příběhy. Začni objevovat