46 | Ya!

16.5K 1.5K 254
                                    

Terasa hingga kini, lelah yang pernah kukalahkan karena kehadiranmu.
🥀

Apakah ini nyata?

Di luar sana, Ren ada. Sedang Rosa tergugu di tengah guyuran air shower yang tak ia matikan sejak tadi. Rasanya masih mustahil. Seperti mimpi. Ia gagal menemukan batas antara nyata dan ilusi. Dekap Ren tadi terasa benar terjadi. Tapi kenapa semua serba tiba-tiba?

Mengingat semua cerita yang mengalir rasanya menyakitkan. Ia tak sanggup menjawab satu kata pun. Tapi sekarang, saat kepalanya sudah terasa dingin oleh guyuran air, bayangan atas kesakitan Ren kembali hadir. Menghantam kesadarannya kuat-kuat bahwa lelaki itu memang ada. Bercerita dengan suara yang sama seperti terakhir ia mengingat.

Nyatanya, satu setengah tahun tidak mengaburkan sosok Ren sedikit pun di benak Rosa. Penampilan, senyum, cara bicara, bahkan rentang tangan yang merengkuh seluruh tubuhnya pun masih terasa sama.

Rosa memutar kran menyebabkan suara deras air terhenti, berganti jadi hening yang makin membuatnya merenung. Beberapa saat Rosa akhirnya membasuh wajahnya sendiri. Pertama kali yang terlihat adalah dinding kamar mandi berpola abstrak yang tidak berhasil memantulkan kelelahan wajahnya. Satu kali, Rosa memejamkan mata sebelum memastikan bahwa air matanya telah terbabat habis.

Ren tidak boleh melihatnya menangis. Lalu ia meraih bathrobe, melangkahkan kaki ke satu ruangan dengan cermin besar di depannya. Semakin mendekat, ia sadar matanya memerah. Sulit tidur sejak semalam membuat pikirannya sangat kacau.

Teringat sesuatu, gerakan Rosa yang sedang mengeringkan rambut terhenti. Apa semalam ada yang benar-benar memanggilnya? Bukan hanya khayalannya saja? Apakah semalam Ren sudah ada di sana?

Rosa mengeluh pelan. Ia tumpukkan dua tangan di meja marmer dan tertunduk dalam.Di atas seluruh ketakutan Rosa akan sebuah pertemuan, pada akhirnya ia memilih menyerah, membiarkan harapan itu kembali tumbuh pada Ren setelah sekian lama dipaksa mati.

Tapi Rosa menyadari satu hal. Menjadi Ren pasti tidak mudah. Yang tiap harinya terus berjuang untuk mereka di saat Rosa bahkan tak pernah tahu itu. Dengan konsekuensi Ren akan merasakan sakit sendirian. Hal yang membuat hati Rosa makin tidak menentu.

Hadapi. Berkali-kali Rosa menyemangati diri sendiri. Ia tatap wajahnya di cermin. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bukankah ia harus terlihat menawan di perjumpaan mereka kembali?

Ya Tuhan, Rosa mendadak pusing. Bukan lagi karena berpikir itu nyata atau tidak, tapi mencari cara agar ia tidak terlihat menyedihkan. Ia ingin Ren melihatnya dalam versi terbaik. Tapi sepertinya itu tidak didukung dengan pakaian yang ia bawa tadi. Piyama bercorak bunga yang mendadak terlihat usang di matanya. Padahal belum lama ia membeli. Kembali ke kamar, tidak mungkin. Ia akan malu kalau mencari baju di depan Ren.

Akhirnya Rosa pasrah. Ia berharap Ren tidak akan ilfeel hanya karena ia memakai piyama. Menghela napas sebentar, Rosa membuka pintu. Hal yang langsung membuatnya membeku. Ren sudah ada di sana, duduk di tepi tempat tidur dengan ponsel yang langsung diletakkan setelah melihatnya.

Tidak ada yang bicara setelah itu. Rosa memutuskan duduk di kursi, becermin lagi. Meraih lotion, ia lalu mengoleskannya ke lengan. Ia baru berjemur pagi tadi sampai matahari hampir naik. Kulitnya pasti akan sedikit menghitam setelah ini.

Semua dilakukan dalam keterdiaman. Rosa merasa aneh karena apa yang ia lakukan terasa janggal. Seperti diteliti dengan saksama. Hal itu benar. Saat tak sengaja matanya menatap cermin, Ren balik menatapnya dari sana. Lalu segera teralih ke arah kiri saat Rosa memergokinya.

Rosa ikut menunduk mendengar helaan napas Ren. Lamat-lamat ia tak mengalihkan pandang dari cermin, mengamati sosok Ren yang beberapa kali sempat menatapnya dari sana dan tidak jarang juga menggaruk tengkuk dengan gelisah.

Menjemput Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang