28 | Adiknya Ren

7.5K 1.3K 255
                                    

Nulis ginian cuma sejam masa yang biasa seharian awokwok. The power of diteror. Makanya suka diteror, tambah semangat. Semoga enggak bosan ya.
Happy reading💞
_______

Bukan kamu, yang beruntung.
Tetapi aku, yang kau izinkan tenangkan badaimu, runtuhkan egomu, dan istirahatkan lelahmu.
🥀

"Kamu yakin?"

Sudah terhitung tiga kali Rosa mendengar pertanyaan itu dari dua karibnya. Hanya saja kali ini ia menjawab dengan senyum setelah dua kali sebelumnya dijawab dengan anggukan yakin.

"Perusahaan papanya Abri? Ros? Serius banget nggak ini?" desak Indri semakin tidak rela saat Rosa menata berkas dan hampir diajukan ke jurusan.

"Kok aku yang takut, ya." Olif menimpali sambil menahan lengan Rosa sebentar.

"Kenapa?" tanya Rosa tanpa ekspresi saat didapati dua temannya malah menatap heran.

"Bukannya ...." Indri menoleh ke kanan kiri. Hari libur memang masih tersisa seminggu lagi, itu yang membuat kantor jurusan selengang ini. "Kamu sama Kak Ren?"

"Terus?" Rosa bertanya santai.

"Ya ampun. Emang dia ngizinin? Kamu tahu kan mereka kayak musuh bebuyutan gitu," jelas Olif karena Rosa sepertinya pura-pura tidak tahu.

"Aku nggak akan bilang dia kalau gitu," putus Rosa sambil mengedikkan bahu.

"Astaga, Rosa." Olif geleng-geleng kepala melihat kegigihan temannya. Rosa tidak pernah terlihat seyakin itu saat sudah jelas-jelas hal yang dilakukan akan membuat Rosa repot sendiri. Padahal setahunya, Rosa selalu menghindari konflik. "Kalau Kak Ren tahu, bisa ada perang dunia."

"Enggak, Lif," jawab Rosa sambil tersenyum kecil.

"Jangan cari masalah, deh, Ros. Apalagi sama Kak Ren."

"Siapa yang cari masalah?" Rosa malah balik bertanya, seolah memutuskan magang di perusahaan papanya Abri tidak sama dengan menentang Ren.

"Kamu sama aja nantangin Kak Ren tau," gumam Indri.

Olif dan Indri memang tahu Rosa dekat dengan Ren, atau bahkan sudah menjalin hubungan. Yang tidak keduanya tahu adalah alasan sebenarnya Rosa melakukan itu.

"Aku masuk dulu, ya," pamit Rosa yang tidak bisa dicegah Olif dan Indri.

Rosa berjalan pelan di tengah lengangnya koridor kampus. Ia masuk ke ruang jurusan dan langsung berhadapan dengan admin. Seorang perempuan terlihat sibuk di depan layar sebelum menyadari kehadiran Rosa.

"Eh, Rosa, kan?"

Rosa mengangguk dan duduk, balas tersenyum saat Via terlihat senang melihatnya.

"Tuh, kan, akhirnya ketemu kamu juga di kampus."

"Iya, Kak."

"Mau ngajuin surat magang, ya?" tebak Via yang langsung dibalas anggukan Rosa. "Temen-temenmu udah pada ngajuin dari minggu kemarin."

Rosa diam memperhatikan Via yang sedang serius menginput data. Berulang kali perempuan itu mengernyit seperti ingin bertanya sesuatu. Rosa hanya berdoa semoga saja Via tidak menyadari bahwa perusahaan rujukannya adalah milik papanya Abri.

"PT Multi Senddana? Kayak nggak asing," gumam Via yang membuat Rosa menggigit bibir bawahnya waswas. "Perusahaan besar pasti ini." Via terkekeh.

Rosa langsung mengembuskan napas dengan lega. Sepertinya Via benar-benar tidak menyadari perusahaan itu milik musuh bebuyutan temannya. Atau mungkin sedari dulu tidak terlalu mencari, hanya tahu bahwa dalang di balik semua kehancuran Damar Group adalah keluarga Abri.

Menjemput Patah HatiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora