It is a War

843 138 3
                                    

Setelah penerbangan selama 12 jam, akhirnya Elena, Yunyun beserta teamnya tiba di titik pendaratan. 50 kilometer dari bibir pantai demi menghindari atensi yang tidak di perlukan. Pesawat jet dengan A.I yang disematkan di dalamnya sistemnya mampu mengeksekusi pendaratan dengan manuver hovering di atas embun pagi lautan yang tenang secara otomatis.

Elena beserta timnya, segera menerjunkan perahu karet berteknologi tinggi, bahan karet anti peluru dan bisa berkamuflase dengan sekitarnya dengan teknologi Thermal Reflective Panel. Mereka segera melaju perlahan di atas air laut yang tenang menuju bibir pantai. Ras Sea’s Abyss terkenal dengan pendengaran dan penciuman yang tajam, konon bisa mencium bau darah bermil-mil jauhnya.

Setibanya di bibir pantai mereka langsung bergerak ke titik basecamp yang sudah di tentukan. Dengan kekemampuan seorang Rifter Rank A, mereka seperti menghilang begitu saja dari bibir pantai ketika menjejakkan kaki di pasir pantai. Bergerak dengan sangat taktis tanpa suara sedikitpun.

Ketika sampai di titik basecamp, Elena langsung melepaskan kemampuan kemampuan miliknya. Membentengi tempat basecamp, menciptakan ruang dimensi milik sendiri sehingga timnya dapat mempersiapkan basecamp tanpa menimbulkan perhatian. Jika dilihat dari luar, nampak biasa saja tak terlihat atau terdengar apapun.

Elena mengeluarkan semua perlengkapan logistik dan persenjataan dari Ruang Spatial Gelangnya, tanpa menunggu perintah Yunyun segera mengambil alih komando dan menata tempat itu. Panel-panel Thermal Reflective di pasang sedemikian rupa hingga membentuk sebuah kubah Hexagonal berukuran besar.

Berbagai macam sistem dan sensor di tata rapih tak lupa berbagai macam senjata berteknologi tinggi di bagikan ke anggota tim berdasarkan spesialisasi masing-masing. Semuanya selesai tak sampai 2 jam.

“Kami sudah siap,” ucap Kim dengan senapan laras panjangnya di punggung.

“Kami pasti akan membawakan kemenangan utuh untukmu Elena,” kata Yuyun dengan lantang.

Skuad pengintaian segera mempersiapkan segala perlengkapan. Mulai dari perangkat komunikasi nirkabel yang langsung disematkan di tulang pelipis, menggunakan gelombang otak sebagai sarana komunikasi layaknya gelombang radio. Hanya para Rifter yang memiliki gelombang otak yang kuat bisa menggunakannya. Tak lupa segala persenjataan pendukung lainnya.

Tanpa banyak kata lagi, Yunyun langsung memimpin skuadnya dan melesat ke dalam hutan, melompat dari satu pohon ke pohon lainnya dengan sangat cepat, hanya sekelebat bayangan hitam yang terlihat. Dengan fisik yang telah diperkuat oleh energi alam dan disokong Star Armor, mereka bisa melompat sejauh puluhan meter hanya dengan satu hentakan kaki. Kurang dari 1 jam mereka sudah menemukan lokasi markas musuh.

Sea’s Abyss adalah ras nokturnal seperti kebanyakan spesies lautan dalam, tidak banyak terlihat aktifitas di pagi hari dan hanya ada lusinan penjaga yang berjaga di sekililing pagar pembatas setinggi 7 meter dengan aliran laser yang sangat rapat sebagai jerujinya.

Penjagaan bukan hanya mengelilingi area darat, tapi di udara juga dijaga ketat oleh puluhan menara pengawas dan drones dengan persenjataan berat melayang di udara.

“Penjagaan yang sangat ketat, Sialan!” umpat Yunyun selagi mengamati dengan binocularnya dari balik pohon besar.

Binocular dengan fitur mutakhir yang menggabungkan berbagai mode visi menjadi satu. Thermal, X Ray, Infrared dan lainnya. Semua mode bisa di aktifkan sesuai kebutuhan.

“Aku justru akan mengeluh jika penjagaan tidak ketat, lebih baik aku hancurkan semuanya dalam sekali serang!” ujar Siphon via perangkat komunikasi.

“Gunakan microbot, sebarkan ke segala penjuru dan cari celah atau pun titik buta. Bahkan Pentagon yang di klaim sebagai yang teraman di dunia bisa aku susupi dengan mudah,” ucap Yunyun dengan keyakinan.

THE RIFTER Jilid 1 (END)Where stories live. Discover now