The Beast's Forest

607 107 1
                                    

Saat mereka keluar dari pesawat, udara sejuk hutan menyambut mereka. Bunyi burung dan berbagai fauna lainnya terdengar bersahutan, pemandangan hijau pohon-pohon yang menjulang tinggi, dedaunan rimbun dan warna-warni tumbuhan lainnya menjadi pemandangan utama sejauh mata memandang.

Dahulu alam liar Kanada di kelilingi oleh danau-danau dan aliran sungai, tapi setelah Era Kiamat Kecil, danau dan sungai menyusut, area hutan bertambah luas dari situ tumbuhlah vegetasi yang sangat lebat dalam rentang waktu seratus tahun.

Dengan topologi wilayah yang berbukit-bukit, tentu menjadi tantangan yang berat untuk mereka semua.

Tak ada aturan yang melarang untuk berkelompok. Setelah menerima pengarahan, secara insting mereka membentuk regu beranggotakan 5-10 orang.

Akan tetapi, seperti sudah disuratkan, Ryo, Emma, dan Anna menjadi yang tersisa. Alarm menunjukan jam 12.00 siang tepat. Mereka semua langsung berlari ke arah hutan sesudah mendapatkan rute masing-masing.
Pada awalnya, perjalanan mereka terkesan seperti penjelajahan alam biasa, indahnya berkas cahaya yang muncul dari sela-sela dedaunan lebat, menambah suasana asri hutan.

Namun, setelah satu jam terlewati, semakin dalam mereka masuk ke hutan.

Auman sangat keras terdengar hingga menggema, membuat bulu kuduk merinding. Hutan sudah menunjukan taringnya, mereka langsung menyadari, didalam hutan itu, yang terkuat adalah rajanya.

Mahluk buas itu memperingatkan semua orang bahwa mereka telah memasuki wilayah kerajaan hutan.

“Auman ini ....” ujar Emma dengan badan bergemetar.

“Orang bodoh mana yang langsung masuk wilayah perburuan hewan buas itu?” ucap Anna, tangannya refleks menarik belati.

“Jaraknya jauh ke dalam hutan, tim pengawas mungkin sudah menyiapkannya?” ujar Ryo.

“Atau mungkin, ada pihak lain yang sengaja mengganggu hewan buas itu. Elemental Beast memiliki kecerdasan tinggi dan dapat berkomunikasi dengan manusia melalui bahasa insting, mereka tidak akan menyerang jika bukan untuk berburu atau jika tidak diganggu,” sahut Emma dengan was-was.

“Kesampingkan soal itu, karena kita sendiri sebenarnya sudah diawasi sejak memasuki hutan,” kata Ryo sembari menengok ke segala arah.

“Jika kita menggunakan kemampuan, kita bisa sampai di pos pantau sebelum matahari tenggelam,” ucap Anna.

“Dan energi kita akan menarik perhatian Elemental Beast,” komentar Ryo.

“Untuk saat ini tetap waspada, mengetahui lebih dalam hutan ini dan penghuninya, mengatur tempo saat penjelajahan sangat penting.”

Mendengar hal itu, Emma dan Anna mengangguk bersamaan, mereka berjalan menyusuri hutan perlahan, terkadang mereka bertemu dengan berbagai macam hewan kecil, berpapasan dengan Elk bertanduk sangat besar.

Sesekali Ryo mengecek arah koordinat yang di tuju sembari memperhatikan tanda-tanda di sekitarnya.

Sebagai Elf yang berkawan dengan hutan, Emma menjadi anggota penting dalam tim, walaupun fisiknya lebih kecil, dia paham segala jenis tanaman dan dapat berkomunikasi dengan tumbuhan, sehingga dapat mengetahui posisi hewan buas di sekitar mereka.

Menghindari pertarungan yang tidak perlu dan juga mengetahui posisi regu lainnya.

Hari semakin gelap, dan cuaca semakin memburuk. Angin bertiup kencang dan menyebabkan pohon-pohon bergesekan satu sama lain, bunyi gesekan itu terdengar seperti tangisan yang terdengar dari jauh.

Mereka bertiga memutuskan untuk mencari tempat mendirikan tenda. Setelah menemukan tempat yang landai dan terlindung dari angin malam, mereka segera menyalakan api dan mendirikan tenda.

Tenda yang mereka bawa sangatlah praktis dan terbuat dari bahan kain keras tahan segala cuaca dan panas, bisa dipasang untuk satu orang ataupun digabung untuk ditempati tiga sampai lima orang.

Emma mengajari mereka berdua caranya membuat api unggun yang tahan di cuaca hujan berangin, dengan balok kayu yang sudah Ryo kumpulkan ia menyusun kayu-kayu itu diatas susunan batu dan membuat talangan air dari kain tendanya yang ia tambatkan dengan tali dan mengikat ujung lainnya ke tiang tenda.

Dengan begitu dapat menghangatkan udara di sekitar tenda. Rintik hujan perlahan turun dan semakin lama semakin deras, suara guntur bersahutan di atas kepala.

Anna dapat mendirikan tenda tepat waktu, Emma mengeluarkan perbekalan dan memasak sup ala kadarnya dari tumbuhan yang dia kumpulkan selama berjalan.

Sedangkan Ryo bertengger di dahan pohon tinggi mengawasi sekitar.

“Aku sudah mengecek sekitar, tidak ada Elemental Beast dekat sini, ada Elk yang menjaga jarak dengan kita, regu lainnya juga memutuskan untuk mendirikan tenda,” ucap Ryo dengan melepas mantelnya setelah mengawasi dari atas pohon menggunakan binocular.

“Jika cuaca tetap seperti ini hingga tengah malam, besok pagi kita harus bergegas untuk mengejar jarak, ke pos pantau perbatasan zona.” ujar Anna sembari mengambil sup dari panci ke mangkuknya dan memberikannya ke Ryo.

“Kita akan bergerak setelah matahari terbit, bergerak pada malam hari sangat berbahaya,” kata Ryo.

“Jika terjadi sesuatu nanti, penglihatanku sangat baik di malam hari, aku bisa memandu,” ucap Emma.

Ryo menyeruput supnya perlahan dan berkata, “Untuk kemungkinan yang terburuk, Zona ini terbilang sangat tenang, semuanya akan menjadi menarik memasuki zona kuning."

Setelah selesai dengan makan malam, mereka beranjak kedalam tenda. Hujan tak kunjung reda dan justru semakin deras dengan tiupan angin menderu. Hutan memiliki kondisi cuaca unik tersendiri di setiap musimnya.

Dengan begitu mereka memutuskan untuk bermalam di tenda. Emma dan Anna tidur terlebih dulu, sedangkan Ryo menjaga api sembari melanjutkan kultivasinya.

Perlahan namun pasti, ia membuka gerbang ke enam. Tapi sangat sulit karena energi elemen api dan angin yang tertilap besarnya energi tumbuhan dan air di hutan.

THE RIFTER Jilid 1 (END)Where stories live. Discover now