Vows

668 126 1
                                    

Pertarungan melelahkan selama berjam-jam di tengah samudera itu, akhirnya mulai menunjukan efeknya pada seluruh personel tim, sekuat apa pun tubuh mereka, namun kelelahan psikis tentu mempengaruhi kondisi tubuh dan membuat mereka semua terlelap di kursi empuk pesawat. Tak terkecuali untuk Elena, dia menutup matanya namun menerawang jauh ke dalam pikirannya tentang kejadian itu, ada sedikit rasa bersalah di benaknya.

“Elena, inilah perang, takdir seorang yang memiliki kekuatan adalah untuk berperang,” gumamnya pada diri sendiri.

Freyr tidur meringkuk di kursi paling belakang, sesekali Elena menatap mata si kecil lemah ini, namun masih tak ada kata yang terucap sampai akhirnya pesawat mendarat di atas menara Gedung WRA pada pagi hari karena pesawat mengalami kerusakan ringan.

Sesampainya di dasar menara, ribuan kilatan lampu kamera menyambut mereka semua, James, Rocky, dan Rake, sibuk menyambangi media massa dan membual kehebatan mereka di medan tempur.

Ledakan dahsyat di tengah samudera tentu menjadi perbincangan hangat bagi seluruh elemen masyarakat. Berbagai tajuk berita langsung bermunculan di seluruh Billboard dan media sosial kota Washington. Gedung Parlemen menjadi gaduh, mata-mata mulai memenuhi gedung untuk mencari informasi yang konkrit.

“Ledakan Besar di Samudera! Uji Coba Senjata pemusnah White Raven!” Sebuah tajuk berita di Billboard sebuah balon udara yang terbang mengitari kota. Berbagai propaganda bermunculan berusaha menggaet perhatian publik dan berpihak pada satu sisi.

Elena tak memperdulikan itu semua, toh cepat atau lambat, informasi resmi akan di keluarkan oleh Pemerintah Dunia, ia menggenggam erat tangan Freyr dan berjalan keluar area gedung, tentu saja perhatian orang-orang tertuju padanya dan juga kepada anak kecil misterius bertudung putih dan bertelanjang kaki, berjalan bersama Rifter paling ditakuti di Washington.

Tak tahan dengan kerumunan orang-orang, dia segera menghubungi Sebastian dan meminta penjemputan, “Tetaplah tenang dan menunduk kau akan aman bersamaku, itu janjiku pada ibumu,” ujar Elena seraya merapatkan pundak kecil itu disampingnya.

“Aku pulang terlebih dulu, ada urusan lain, soal pembagian hadiah aku serahkan pada Zoan dan Yunyun,” tulis Elena dipesan singkat yang ia bagikan ke seluruh anggota tim.

Selang beberapa menit, lima mobil warna hitam mengkilap dengan logo 4 lingkaran yang saling bertautan di bemper depan memasuki area penjemputan di depan gedung. Satu pengemudi dengan berbadan tegap dan rambut kelimis keputihan memakai setelan Buttler Tuxedo hitam, keluar dari dalam mobil dan memberikan salam kepada Elena. Di ikuti oleh 16 orang pengawal berpostur tegap, mengenakan kaca mata hitam, dan setelan jas hitam.

“Aku hanya meminta beberapa pengawal dan kau malah membawa selusin badut sirkus, Sebastian.”

“Saya mengerti maksud anda Nona Elena, tapi ini penting untuk citra anda dan mereka adalah pasukan terlatih di bawah pengawasan saya langsung semuanya aman.”

“Ya terserah kau saja, terima kasih,” balasnya seraya memasuki mobil. Pandangan Sebastian tertuju pada gadis kecil yang Elena bawa, tapi ia tak berani menanyakan langsung.

Sebastian segera memberikan kode kepada seluruh pengawal untuk jalan, satu per satu mobil mewah dengan perisai baja dibalik cat mahalnya itu, melaju dengan elegan melewati kerumunan orang.

“Kau memang paham kebiasaanku, Apa ibu ada dirumah? Sebastian,” tanya Elena seraya mengambil botol Vodka di kotak pendingin kecil di depannya.

“Ya, kemarin malam Nyonya sempat bertemu dengan Tuan Muda di Gereja dan berbincang sedikit,” balas Sebastian.

“Lalu?”

“Hmm saya tak yakin, mereka di dalam cukup lama, lalu saya merasakan fluktuasi energi yang sangat besar dari dalam perpustakaan bawah tanah.”

THE RIFTER Jilid 1 (END)Where stories live. Discover now