Some Talk

615 116 1
                                    

Bel tanda jam terakhir berbunyi nyaring, Ryo langsung menarik tasnya dan pergi ke Gym Center untuk melakukan latihan rutinnya dan mengasah energi api dan teknik berpedangnya.

Namun, tetap saja ia masih mengkhawatirkan Emma, dalam pikirannya, gadis polos seperti dia pasti akan menjadi bahan rundungan jika keadaan terus berlanjut.

Ia pun menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, menghilangkan pikiran negatif dan mulai berkultivasi, duduk bersilang kaki.

Energi api dan angin berkumpul mengitari tubuh Ryo, dan perlahan masuk ke tubuhnya. Ketiga gerbang di tubuhnya sudah di penuhi energi api dan angin.

"Kuryu, ketiga gerbang sudah terbuka penuh, apakah aku bisa membuka gerbang keempat dan kelima?"

"Masih belum, kau harus mengkondesasikan energimu menjadi bentuk gas di dalam tubuhmu terlebih dahulu, terburu-buru membuka gerbang lanjutan ketika energi elemen masih berbentuk partikel di dalam tubuh adalah kesalahan umum yang dilakukan para amatir."

Ryo menggaruk kepalanya, "Menjadi bentuk gas? Bagaimana caranya?"

"Bukan menjadi bentuk gas yang kau tahu, hmm ... susah menjelaskannya, aku akan membantumu, mungkin akan sedikit sakit karena energi Yin akan masuk kedalam tubuhmu," kata Kuryu.

"Tak masalah, bantu aku."

Energi Yin perlahan menyelimuti tubuh Ryo dan masuk ke dalam tubuh mengitari energi api dan angin, mengumpulkan energi angin dan api di satu titik.

Merapatkan partikel-partikel energi itu perlahan mengubahnya menjadi bentuk gas sedikit demi sedikit, proses itu membuat tubuh Ryo mengigil. Ia bisa merasakan tulangnya seperti membeku, semua ototnya seperti ditusuk dengan jutaan jarum secara bersamaan.

Proses itu berlangsung selama satu jam, keringat berkucuran dari tubuh Ryo, tapi rasa sakit itu sepadan dengan hasilnya.

Dia bisa merasakan, energi di tubuhnya lebih teratur dari sebelumnya, kekuatan seperti mengalir deras di setiap pembuluh darah.

"Luar biasa, tubuhnya ternyata lebih tangguh dari perkiraanku, jika manusia biasa, pasti akan terluka parah atau cacat permanen menggunakan metode ini. Anak ini memang yang sudah diramalkan Ryuji," pikir Kuryu.

Ryo melanjutkan kultivasinya setelah paham cara mengkondensasikan partikel energi menjadi bentuk gas di dalam tubuhnya. Waktu terlewat begitu cepat ketika ia berkultivasi, siang sudah berganti menjadi malam ketika ia membuka mata.

"Aku pikir cukup sampai disini untuk hari ini, aku ada urusan dengan Elena," ujar Ryo sembari merapihkan handuk dan botol minumnya ke dalam tas.

Kuryu menghela nafas, "Baiklah, aku akan diam untuk urusan para mahluk fana," ia pun melingkarkan tubuhnya.

Ryo segera bergegas menuju mansion untuk menemui Elena, setelah menghubunginya.

Dari nada bicaranya, Elena juga punya beberapa hal yang ingin di bicarakan. Para penjaga segera membuka gerbang ketika Ryo tiba dan Sebastian menyambutnya dengan ramah di ambang pintu.

"Nona Elena sudah menunggu anda di kamar," ucapnya dengan santun.

Seperti pada saat ia pertama kali masuk ke Mansion, semua pelayan menunduk ketika Ryo lewat.

Ketika ia masuk ke kamar Elena, kamar itu remang-remang hanya di terangi cahaya dari luar jendela. Elena keluar dari ruang gantinya dan sudah mengenakan gaun malam dari sutra transparan.

"Ah, sudah datang rupanya, duduklah dulu," sambut Elena dengan santai.

"Vampir suka ruangan yang remang-remang ya?" Ryo melempar tubuhnya di sofa panjang itu, menengadah ke langit-langit, menghela nafasnya dengan berat. Memikirkan yang telah terjadi hari ini dan yang akan terjadi esok.

Elena duduk disamping Ryo dengan membawa sebotol whiskey dan dua gelas crystal.

"Suasana remang-remang dan hangat membantuku untuk istirahat, Hari yang berat ya?" katanya dengan membuka tutup botol whiskey dengan label hitam di pinggiran.

Ryo menyandarkan kepalanya di sofa, "Terima kasih kepada pelayan kecilmu itu," ujarnya sembari melirik Elena dengan malas.

"Ya, dia memang berbakat, aku memberikannya tempat di akademi, tapi aku tak bisa mengubah sikapnya dalam semalam kan?" kilah Elena.

"Apa boleh buat, kau juga tidak bisa mendadak muncul di tengah para mahasiswa dan menjelaskan semuanya, nanti malah menambah masalah untukku."

"Haha, lalu, bagaimana pendapatmu?" tanya Elena.

"Pendapat apa? Itu hak plerogatifmu untuk memasukan dan mengeluarkan murid, jadi aku tak ambil pusing soal itu."

"Memang benar."

"Lalu kenapa kau mengijinkan seekor ular masuk ke halamanmu?"

"Haha, maksudmu Lucas Sherwood? Agen MI7? Aku hanya ingin melihat sejauh mana dia bisa bergerak" jawabnya sambil meneguk Whiskey.

"Lebih tepatnya kau membiarkannya dan aku sebagai umpan, menggunakan dia sebagai martir, dengan itu kau bisa menggulung Pejabat MI7?"

"Wah, kau memang hebat dalam bidang ini."

Ryo berdecak lidah dan menyesap minumannya, "Bahkan Rifter Rank C bisa memahami situasi ini, kompetensiku memungkinkan aku masuk kelas 1-1, tapi aku malah terlempar di kelas 1-10, dan sebagai roda pengaman kau mengirim orangmu, Anna Karennisyova, aku memperkirakan setidaknya dia adalah Low-Tier Rank A."

Elena tersenyum, dengan pinggiran gelas dibibirnya, dan tidak jadi minum.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Aktingnya buruk, dengan penampilan bak Top Model harusnya dia bisa lebih percaya diri, ia tersipu malu ketika aku menatap matanya langsung, dia petarung bukan mata-mata, tapi dia cukup cerdas dan impulsif, ketika Professor Allan mengajukan kuis tangannya tergerak ingin mengacungkan tangan tapi dia menahan impulsnya, sekiranya aku tak perlu mengatakan detil lainnya."

"Mengagumkan, pikiran yang tajam dan bakat lahiriah untuk menjadi Rifter," pikir Elena dalam benaknya.

"Jika kau sudah tahu semuanya, aku mohon kerja samanya, kau tidak perlu mengorek informasi tentang Lucas, biar orang-orangku yang mengatasi itu, karena kau sendiri adalah kelemahan Lucas, suatu saat dia pasti lengah."

Ryo menghela nafas dan memijit keningnya ketika mendengarnya, dia menyadari posisinya sudah terhimpit sejak awal, jika ia tidak bekerja sama, maka Lucas akan semakin lama berada disebelahnya.

Jika ia bekerja sama, maka hilang sudah hari-hari tenang yang ia dambakan.

"Hanya sampai tahap eliminasi akhir! Lebih dari itu akan aku gulung si Lucas ini dengan tanganku sendiri," kata Ryo setelah menenggak habis minumannya.

"Itu saja, aku akan kembali, terima kasih atas jamuannya." Ia pun beranjak dari kursinya dan berjalan ke arah pintu.

"Okay, aku bisa mengatur itu," jawab Elena seraya membukakan pintu.

Sesampainya di asrama putra, Ryo mendapati si Lucas yang sudah terbaring di kasurnya sembari membaca alkitab.

"Tumben sekali, kau kembali agak larut hari ini," tanya dia setelah Ryo masuk ke kamar.

"Ya, aku seperti mendapatkan ide saat berlatih, jadi kelewatan, aku tak menyangka kau seorang religius," ujar dia saat menyadari alkitab yang Lucas baca.

Ryo sudah cukup berkata panjang lebar denganya, ia pun berganti baju dan langsung tidur.

THE RIFTER Jilid 1 (END)Where stories live. Discover now