Friend?

645 113 1
                                    

“Jadi, hari ini aku harus latihan apa?” tanya Ryo dengan nafas tak beraturan setelah menyelesaikan rangkaian menu latihan wajibnya.

“Pondasi energi milikmu sangat rapuh, aku baru menyadari kemarin saat melawan Elena, energi di dalam tubuhmu memang besar tapi sangat tidak stabil,” balas Kuryu.

“Jadi apa yang harus aku lakukan?”

“Mudah saja, sekarang duduk bersila, lalu rasakan energi api dan angin yang ada di dalam tubuhmu.”

“Baik,” Ryo duduk bersila layak pertapa dan berkonsentrasi, “Aku bisa merasakannya energi api dan angin di dalam tubuhku, bergerak tidak menentu di antara 3 gerbang, mereka terlihat tenang tapi saling berebut tempat."

“Itu karena gerbang kedua belum kau buka sepenuhnya tapi kau sudah membuka gerbang ke 3, sekarang konsentrasi, pusatkan energi api dan angin di gerbang kedua, dua energi ini akan saling menguatkan jika perbandingannya tepat."

“Perbandingan?” tanya Ryo sambil terpikirkan Golden Ratio dalam matematika.

“Ah! Aku mengerti!"

Setelah dia memahami maksudnya, ia membagi energi api dan angin menjadi tujuh banding tiga bagian di gerbang kedua dan ia berhasil membuka gerbang kedua sepenuhnya.

Ia pun bisa memusatkan energi api di gerbang pertama, dan energi angin di gerbang kedua, dan ia mengalirkan kombinasi angin dan api di gerbang ketiga.

“Ah!! Aku mengerti sekarang! Gerbang ini bukan hanya pintu masuk energi saja! Tapi juga untuk mengendalikan, iya 'kan?”

“Haha, benar sekali,” sahut Kuryu dengan puas.

“Bagi pendekar, sangat penting untuk bisa mengendalikan energi didalam tubuh mereka, kebanyakan pendekar hanya mengkultivasi 2-3 jenis energi, dan 1 energi sebagai yang paling dominan, dan mensirkulasikannya melalui 9 gerbang itu. Kau tahu mengapa begitu?”

“Untuk meningkatkan pertahanan tubuh mereka dari energi kebalikan yang mereka kultivasi?”

“Hampir benar, ketika dua pendekar memiliki tingkat kultivasi yang sama, tapi memiliki 2 energi dominan yang berbeda biasanya mereka yang memiliki energi berlawanan akan lebih diunggulkan, misalnya energi api dan air, tentu energi air akan lebih unggul secara hukum alam, tapi pengalaman dan pondasi yang kuat menjadi faktor paling fundamental untuk memenangkan pertarungan, sampai sini kau paham?”

“Lumayan paham,” jawab Ryo dengan mengusap dagunya, “Api dan angin jika digabungkan akan menjadi apa ya kira-kira?”

“Haha, aku akan menyerahkan itu kepada otakmu, coba pikirkan."

“Hmm, kilatan petir akan terjadi, jika dua muatan ion yang berbeda bergesekan dan menciptakan fusi nuklir dari atom yang tak terhingga jumlahnya, dengan oksigen sebagai katalis akan menciptakan energi panas yang luar biasa, jika aku bisa mengulang prosesnya maka,” alis Ryo terangkat tinggi ketika menemukan pencerahan.

“Maka?”

“Aarrghhh otakku hampir menemukannya, Api dan angin memiliki muatan ion yang berlawanan tapi tanpa angin, api tidak akan ada tapi entah bagaimana aku merasa ada mata rantai yang hilang."

“Hahaha, sudah ku duga, kalau begitu kau harus berkultivasi energi api dan anginmu, sampai di titik mereka bersatu padu di gerbang ketiga, dari situ aku yakin kau pasti mendapatkan petunjuk.”

“Apa boleh buat.”

Ryo akhirnya memilih untuk berkonsentrasi penuh mengumpulkan energi api dan angin hingga memenuhi gerbang ketiga, tapi sebelum ia benar-benar bisa menguasainya ia tidak berani untuk membuka gerbang keempat dan kelima.

Dan juga teknik Iai miliknya masih belum matang. Hingga petang hari, energi didalam tubuhnya sudah stabil. Kuryu sangat terkesan dengan perkembangan anak yang dipercayakan Ryuji.

Fisiknya memang tidak sekuat Ryuji, tapi pemahaman yang cepat serta kecerdikan yang luar biasa, membuat Ryo berkembang jauh lebih cepat dibanding Rifter seusianya.

Di dalam kamar asrama.

“Baru selesai latihan?” tanya Lucas yang masih mengalungkan handuknya sehabis mandi dan bertelanjang dada.

“Ya,” jawab Ryo singkat.

“Oh iya, tadi Anna mencarimu, sewaktu aku bertemu dengannya di sekitar gedung,” celetuknya.

“Hmm? Memangnya ada perlu apa?”

“Entah, dia tak bilang apa-apa," balasnya sembari mengingat-ngingat. “Kau ada sesuatu dengannya, iya kan?”

“Tidak ada, aku bahkan hanya mengobrol dengannya kurang dari 2 jam."

“Tapi laki-laki dan perempuan bisa jatuh cinta hanya dalam 8 detik, loh,” sahut Lucas dengan senyum sinis.

Ryo dengan wajah lelahnya terlihat makin kesal, “Terserah kau saja, aku tidur duluan, selamat malam,” jawab Ryo dengan melemparkan tubuhnya ke ranjang dan menutup mata dengan lengannya.

Walaupun berkata begitu, pikiran Ryo masih berterbangan di angkasa luas, bagaimana caranya untuk memahami elemen turunan dari gabungan dua elemen dasar.

Ia akhirnya tenggelam dalam pikirannya sendiri dan tertidur pulas.

Di ruang keluarga Mansion Katyushka.

Sembari membaca membaca dokumen-dokumen di layar hologram di tangannya, Katya dengan santainya menghisap pipa rokoknya di kursi.

Sedangkan Emma, Freyr, dan Susan duduk bersama melingkar didepan perapian sembari membaca buku.

Walaupun Emma bersikeras menolak ajakan Freyr, tapi ia akhirnya tidak bisa menolak lebih jauh lagi ajakan Freyr untuk membaca bersama.

“Emma, bagaimana di akademi, sudah mendapat teman?” tanya Susan memecah suasana canggung. Katya hanya melirik dan tersenyum tipis ketika mendengarnya.

“Belum, aku tidak berani, aku takut mengatakan sesuatu yang salah dan mereka akan merundungku,” balasnya sembari menundukan kepala.

Rasa traumanya menjadi budak saat masih kecil masih membekas sangat dalam di ingatannya, terlebih lagi hampir semua mahasiswi berasal dari kalangan atas. Membuat dia sangat kaku ketika bersama mereka.

“Aku masih penasaran dengan konsep pertemanan, apa itu teman?” tanya Freyr dengan nada polosnya.

Dia memang sangat cerdas tapi pola pikirnya masih sangat kekanakan.
Emma bingung memikirkan jawaban dari pertanyaan sederhana itu.

Melihat hal itu Susan angkat bicara, “Teman, adalah mereka yang selalu ada untukmu, mendukungmu sekuat tenaga dan percaya akan dirimu segenap hati,” ujarnya sembari mengelus kepala Freyr.

“Kalau begitu aku ingin belajar di akademi juga, agar Emma tidak sendirian di sana, kita adalah teman kan?” kata Freyr.

Mendengar hal itu membuat Katya tersenyum sedikit lebar, ia terkagum kalimat itu keluar dari mulut seorang bocah yang bahkan belum mengerti betul tatanan sosial di bumi.

“Bukan masalah, ini menjadi kesempatan bagus untuk mengembangkan bakatmu.”

Katya menutup layar hologramnya dan mengetuk pipanya diasbak, “Tapi apa kau sadar konsekuensinya?”

“Rasku memang berbeda, tapi itu bukan halangan, aku siap menghadapi apapun demi temanku,” jawab Freyr penuh keyakinan.

“Anak ini memang memiliki jiwa yang suci,” gumam Katya mengangguk kecil.

“Aku harap kau bisa memiliki lebih banyak teman nantinya, baiklah, setelah eliminasi calon mahasiswa selesai, aku sendiri yang akan mengujimu, layak atau tidak untuk belajar di White Raven, Freyr, Emma, belajar dengan giat, aku mengharapkan kalian berdua.”

THE RIFTER Jilid 1 (END)Where stories live. Discover now