The King Of The Beasts

660 109 1
                                    

Ngiiingggg!

Suara mendenging sangat keras keluar dari alat yang dia tekan, Ryo yang berjarak paling dekat sampai dibuat limbung mendengarnya.

Sejurus kemudian, auman menggelegar menggema dari balik bukit berbatu, sosok itu terbang dengan sangat cepat dan menghujam tanah tepat di depan Ryo hingga membuatnya terpental karena kuatnya hempasan angin.

“HAHAHAHA! Lihatlah! Hasil karya terbesarku!” Dengan sangat bangga ia berdiri disamping mahluk itu.
Ryo yang masih limbung mencoba bangkit dan memahami situasi.

Mahluk berkaki empat dengan kedua sayap iblis, sudah berdiri di depannya. Perlahan kepulan debu mulai menghilang dan sosok itu pun menunjukan sosoknya. Singa dengan tubuh sebesar gajah, sayapnya di punggungnya berbentuk seperti kelelawar.

Kepalanya gabungan dari kepala singa dan kambing jantan. Ekornya dari tiga kepala ular besar yang siap mematuk dengan taring tajam mencuat di mulut mereka.
Ryo sampai mematung melihat sosok itu, seekor Chimera benar-benar berdiri di hadapannya.

Ia bisa merasakan teror yang amat nyata ketika melihat mahluk mengerikan itu, kakinya hingga bergemetar bahkan berdiri tegak saja sulit untuknya.

“HAHAHA! Lihatlah! Dengan ilmu pengetahuan, aku bisa mengendalikan monster ini!” Lucas tertawa puas ketika melihat Ryo ketakutan dan terus mendorong rasa takut ke dalam pikiran Ryo.

“Jangan gentar! Kuasai dirimu!” bentak Kuryu, membangunkan Ryo dari rasa syok dan ketakutan.

Ryo berterima kasih kepada Kuryu karena telah membangunkannya, ia pun bisa sedikit lebih tenang dan membaca situasi dan mengamati perilaku hewan buas itu.

Setelah menganalisa dengan seksama, ia melihat ada suatu logam aneh yang menempel di leher singa itu dan menyadari bahwa dia sedang di kendalikan oleh Lucas.

“Jadi kau yang membuat singa ini terpaksa menuruti perintahmu?”

“Oh? Akhirnya kau sadar juga, hehe teknologi terbaru Britania, aku tak menyangka bisa bekerja pada hewan buas, dengan ini aku tak perlu repot mengotori tanganku lebih jauh.

"Setelah ini selesai dunia akan mengetahui bahwa kau, Pewaris White Raven telah melukai seorang Ksatria Inggris, Chimera datang dan kau mati dibawah cakarnya. HAHAHA! Bisa kau bayangkan dampaknya? White Raven akan jatuh! Dan kami tinggal berdiri dan menari di atas kematian kalian!"

“Tidak jika aku mengalahkan ular sawah seperti dirimu dan singa terkutuk ini!”

“Jangan terlalu sombong kau! Serang!”

Mendengar perintah Lucas, singa itu langsung menerjang dengan sangat ganas. Lucas tertawa puas ketika membayangkan tubuh Ryo yang tercabik-cabik ketika cakar singa itu mendarat di tubuhnya.

Namun, kenyataan di depan matanya tak sesuai ekspetasinya.

Ryo masih bisa menahan serangan singa itu dan menangkisnya berkali-kali. Dia bertarung imbang, serangan demi serangan bisa ia balas tanpa terluka. Melihat hal itu tak kunjung mengarah kepada kemenangannya, Lucas menambahkan frekuensi suara pada alatnya dan membuat singa itu semakin ganas.

Untuk beberapa saat Ryo masih bisa meladeninya, tapi ia mulai kehabisan nafas dan tersudut, serangan ekor ular singa itu seperti cambuk yang kuat dan berhasil membuat Ryo terpukul mundur.

Beruntung, ia sempat menahannya dengan pedang, jika tidak entah luka seperti apa yang ia terima.

“Hahaha! Kau terlalu cepat seribu tahun untuk mengalahkanku! Petani rendahan!” umpat Lucas dengan suara histeris.

Ryo yang sudah kehabisan nafas, tak gentar dan bangkit lagi, “Masih belum, pertarungan masih belum berakhir!” entah apa yang merasuki tubuhnya, walaupun setiap inchi tubuhnya bergetar, Ryo masih belum mau mengalah.

Di saat-saat genting hidup dan mati itu, suara lolongan panjang terdengar merdu dan menggema dari kejauhan, diikuti suara serigala yang menyalak bersahutan sambil berlari ke arah medan pertempuran.

Lucas mendadak menjadi bingung dengan datangnya kawanan serigala berjumlah hingga ratusan ekor, merangsek masuk menghalangi pertarungan mereka.

“Serigala Angin!” ucap Emma mengenali ciri khas tubuh mereka.

“Mereka datang untuk menolong kita! Ah, begitu rupanya, tempo hari mereka bukannya mengejar kita, tapi berusaha untuk mengarahkan kita menghindari bahaya.”

Wajah Emma yang sedari tadi pucat kembali merona setelah menyadarinya.

Kawanan serigala itu, langsung mengitari Ryo. Seperti ada yang memberi mereka perintah untuk melindunginya dan mengulur waktu agar dia bisa mengumpulkan tenaga.

“Dasar vampir pelacur! Selalu menghalangiku! Aku sudah muak! Habisi saja mereka semua!”

Amarah Lucas semakin tak terkendali, ia menjadi lebih mirip orang dengan gangguan jiwa dari pada seorang bangsawan terhormat.

Kawanan serigala itu tak gentar melawan singa itu yang ukurannya dua kali lebih besar dari mereka. Untuk sementara waktu, Ryo harus menyerahkan pertarungannya kepada mereka.

Elena yang sedari tadi kuatir melihat arah pertarungan yang semakin genting di pihak Ryo, akhirnya bisa bernafas lega.

Teman lamanya, Serigala Es, akhirnya sampai dan mengamati pertarungan dari atas tebing tak jauh dari bukit berbatu. Elena pun menemui hewan legendaris itu untuk menyapanya.

“Auro! Lama tak berjumpa!” sapa Elena dari bawah tebing.

Serigala itu pun berlari menuruni tebing untuk menerjang Elena karena rasa rindunya selama 50 tahun.

“50 tahun, ya? Kau masih menawan seperti dulu,” ucap Auro melalui bahasa telepati.

Masa kecil Auro yang di asuh oleh Elena membuatnya bisa memahami bahasa manusia dengan baik.

“Aku butuh bantuanmu.”

“Untuk menolong anak manusia itu? Tapi aku tak punya ikatan dengannya, aku hanya bisa melakukan sejauh ini saja.”

“Tapi aku sudah melakukan Imprint dengannya, dia adalah pasanganku.”

Mata biru Auro melebar mendengarnya. Ia tak pernah mengira, mahluk abadi seperti Elena mau memberikannya hatinya pada manusia biasa.

Kecuali, jika manusia itu mengemban takdir yang berat untuk diemban dan harus mendampingi perjalannya agar tidak tersesat.

“Begitu? Jika itu adanya, aku tak punya pilihan, jika dia pasanganmu berarti aku harus melindungi dirinya juga beserta anak cucumu di masa depan. Naiklah ke punggungku, kita selesaikan ini, sedari dulu aku memang sudah muak dengan singa tua itu.”

Mereka berdua segera melesat ke medan pertarungan.

Akan tetapi, Katya yang juga mengamati dengan mata batin segera mencegahnya dan berbicara kepada mereka berdua melalui telepati jarak jauh.

Hal yang lumrah dilakukan oleh seorang Immortal dengan kekuatan tak ubahnya dewa-dewi.

“Elena, Auro, berhenti sampai disitu, biarkan Ryo menyelesaikan semuanya,” ucap Katya.

“Tapi, dia bisa mati!” bantah Elena.

“Elena!” ucap Katya dengan sedikit penekanan. “Percayalah.”

Dengan berat hati, ia meminta Auro untuk berhenti, mereka berdua pun kembali ke atas tebing dan memperhatikan pertarungan dari jauh.

THE RIFTER Jilid 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang