Bagian 15 | Ditinggalkan dan Meninggalkan

1.5K 236 10
                                    

Seseorang bersikap baik bukan karena kamu atau dia memang baik, itulah yang harus dilakukan agar terlihat baik-baik

Pada akhirnya, Saga putuskan untuk mengejar Erina. Dengan kondisi seperti itu, bahaya jika Erina berkeliaran di luar tanpa pendamping. Sementara di rumah, Saga sudah berpesan pada Lala untuk mengawasi Eva.

Saga mengantarkan Erina pulang, gadis itu masih tampak syok dan marah. Saga memberiwaktu Erina menenangkan diri sebelum Saga merasa Erina sudah bisa diajak bicara.

"Kamu yakin nggak ada hal lain yang mungkin kamu lewatkan, Rin?" Tanya Saga mencari ujung benang yang kusut.

"Nggak ada, Kak." Erina menegaskan. "Polisi sendiri mengatakan Papa dalam pengaruh alkohol dan semua saksi mata di tempat kejadian melihat mobil Papa menabrak pohon. Itu kecelakaan tunggal akibat kelalaian pengemudinya. Masih untung nggak ada korban jiwa lain, karena kalau sampai ada, artinya Papa sudah membunuh lebih dari satu nyawa orang nggak bersalah."

"Coba ingat-ingat lagi, Rin."

"Apa yang harus aku ingat-ingat, Kak. Memang itulah yang terjadi." Erina tak nyaman Saga terlalu mendesaknya. "Semua yang Kak Eva katakan hanya untuk menutupi penilaian buruk Papa di mata orang-orang karena sudah menyebabkan kecelakaan. Dia mengarang cerita seolah-olah Papa lah korbannya. Apa itu masuk akal?"

Saga tidak tahu. Keyakinannya mengatakan Eva tidak mungkin mengatakan sesuatu tanpa didorong sebab. Mengapa Eva sampai kehilangan kepercayaan terhadap orang lain, itu juga pasti ada sebabnya. "Lalu bagaimana soal mamamu yang ada di dalam mobil itu?"

"Mama memang sudah pergi sejak siang. Mungkin kenapa Papa nggak langsung pulang begitu kuberitahu aku sudah pulang diantar temanku, karena sekalian menjemput Mama. Dan mumpung sedang di luar, jadi mereka mampir ke tempat karaoke. Sejak aku sakit, keluarga kami nggak bisa sesantai dulu. Papa nyaris tidak punya hari libur untuk cari penghasilan tambahan, Mama juga mulai kerja lagi. Mungkin mereka pikir, kapan lagi bisa jalan-jalan."

Bagi orang awam sekalipun, penjelasan Erina masuk akal dan sangat mudah dimengerti. Maka wajar saja jika semua orang menilai Eva lah yang belum bisa menerima kenyataan. Saga tidak yakin mana yang lebih benar. Entah Eva belum bisa bangkit, atau memang ada kebenaran yang dipikul Eva sendirian, Eva yang jelas butuh pertolongan.

"Kak, kalau memang Kak Eva merasa ada hal lain di balik kecelakaan itu, kalau itu memang sebuah fakta sudah pasti Kak Eva akan mengungkapnya agar mendiang Papa dapat keadilan. Omong kosong Kak Eva beralasan ingin melindungi aku, yang dia lakukan selama ini adalah sebaliknya. Nggak cukup dengan menjatuhkan mentalku dengan perlakuan dan kata-kata jahatnya, dia juga memanfaatkan aku demi keuntungannya. Kak Saga menjadi saksinya selama ini. Setelah aku membantunya menang di pengadilan, dia menuduhku sebagai penghianat.

"Kak Saga sendiri pernah bilang, Kak Eva menunjuk orang untuk disalahkan untuk membuat perasaannya lebih baik."

Ya, Saga selalu menggunakan kalimat itu setiap kali Erina mengadu perilaku Eva terhadapnya. "Di dunia ini bukan cuma kami yang kehilangan orangtua secara tragis, tapi cuma Kak Eva yang bukannya berdamai dengan takdir, malah menyalahkan orang lain. Masih masuk akal kalau yang dia salahkan adalah takdir, dan bukannya aku yang saat kejadian terjadi, aku di kamar, sedang tidur karena masuk angin habis kehujanan."

Saga tahu tidak seharusnya ia ikut memusingkan masalah orang lain, sedangkan yang bersangkutan-Erina merasa sudah cukup dengan apa yang dipercayainya selama ini.

Keraguan yang terbaca di wajah Saga membuat Erina bertanya. "Jangan bilang Kak Saga percaya dengan omong kosong Kak Eva."

"Aku nggak tahu."

[COMPLETE] EVARIA - Memihak Diri SendiriWhere stories live. Discover now