Bagian 28 | Bahagia Sebentar Saja

1.6K 348 16
                                    

Jika sudah tahu tak ada yang melindungimu, bangun sendiri benteng pertahananmu

Eva tidak tahu berapa lama ia menangis, ketika akhirnya ia bisa menenangkan diri, langit yang semula masih terang kini meredup. Parkiran pun sudah nyaris kosong. Saga belum juga kembali, padahal Eva sudah berjaga-jaga mengunci pintu agar Saga tidak masuk dulu, sampai Eva siap.

Eva terpaksa keluar, celingukan ke segala arah mencari keberadaan Saga.

“Mbak Evaria?” Seseorang berseragam Fantasiland mendekati Eva. “Mari, Mbak. Sudah ditunggu Mas Saga di dalam.”

“Di dalam mana?” Petugas itu hanya tersenyum dan membimbing Eva sampai melewati pintu masuk Fantasiland.

Sesaat Eva terpaku, ia seolah sedang tidak berada di Fantasiland yang pernah dikunjunginya dulu. Entah karena adanya perombakan atau efek lampu-lampu yang menghiasi taman. Eva tidak menyangka, untuk tempat wisata yang hanya buka di siang hari, Fantasiland di malam hari sangat memukau. 

Eva dibawa ke tengah-tengah taman bermain itu, dimana ada sebuah komidi putar dengan nyala kerlap kerlip lampunya. Seseorang melambaikan tangan tinggi-tinggi dari sana, siapa lagi kalau bukan Saga. Kuda yang didudukinya membawa lelaki itu terus berputar, dia bergaya layaknya sedang menunggangi kuda sungguhan.

Eva tidak bisa menahan senyum melihat Saga berpose konyol meniru kesatria berkuda yang gagah, di putaran selanjutnya Saga melakukan gerakan tarian Gangnam Style yang iconic. Senyum Eva disertai haru, menyadari bahwa Saga melakukan itu untuknya.

Saga turun dari Komidi putar, berdiri di hadapan Eva dengan wajah senang. “Aku sepertinya berhasil membuatmu terkesan.”

“Bukankah harusnya tempat ini sudah tidak menerima pengunjung?”

“Mereka menambah jam operasional khusus buat Evaria Dona.”

“Tidak mungkin. Bagaimana kamu melakukannya?”

Saga mengangkat bahu tak acuh. “Itu tidak penting. Kita cuma punya waktu kurang dari tiga jam. Jadi ayo, jangan cuma berdiri di sini saja.”

Ajakan Saga ditolak Eva dengan memaku kakinya di tempat, kepalanya menggeleng ragu. Ia tak yakin bisa bersenang-senang dengan suasana hati buruk begini.

"Ayolah, Va," bujuk Saga kentara sekali sengaja dibuat seperti merajuk. "Aku baru saja diomeli Omku karena menganggu makan malamnya demi kita bisa masuk. Aku sebenarnya tidak mau menyebut ini, tapi sepertinya kamu harus tahu kalau aku sudah terlanjur membayar mahal. Bukan berarti aku perhitungan, tapi ayolah, Va, kapan lagi Fantasiland jadi milik kita berdua?"

Lucu melihat Saga merancau dengan bibir mengerucut seperti anak kecil. Jika boleh, jika bisa, Eva ingin bahagia sebentar saja.

Saga tersenyum lebar saat kepala Eva akhirnya mengangguk, ia menarik Eva berkeliling, mencoba wahana-wahana yang masih mungkin dioperasikan untuk mereka.

Taman bermain ini begitu luas, tidak ada siapa pun selain mereka dan beberapa petugas wahana yang bertugas. Dress dibawah lutut yang dipakai Eva sama sekali tidak memengaruhi geraknya, Eva bisa melakukan apa saja tanpa khawatir menjadi perhatian orang-orang. Untuk sesaat dunia benar-benar serasa milik mereka berdua.

Saga merapikan rambut Eva begitu mereka turun setelah tubuh mereka dijungkir balikkan di wahana Tornado. “Apa lagi yang mau kita coba?” tanya Saga dengan napas terengah namun masih penuh semangat.

Seandainya semua wahana ekstrim bisa mereka coba, Eva ingin mencoba semuanya. Satu jam berlalu, hampir semua sudah mereka coba. “Sebenarnya aku ingin ke Istana Boneka,” ungkap Eva. “Terakhir kali ke sini sama Papa, aku nggak mau masuk ke sana karena aku merasa aku bukan anak-anak lagi. Sekarang aku jadi ingin masuk ke sana.”

[COMPLETE] EVARIA - Memihak Diri SendiriWhere stories live. Discover now