Bagian 16 | Jaga Musuh Dari Dekat

1.4K 274 9
                                    

Selalu ada karena disetiap mengapa, meski kita tidak harus menjawabnya

Eva melirik sekitar sekilas, telinganya bisa mendengar orang-orang di sekitarnya kasak kusuk membicarakan dirinya dan orang yang sedang duduk di hadapannya yang tak lain adalah Mira.

“Sebentar lagi mungkin akan keluar gosip kalau skandal kemarin adalah settingan.” Ujar Mira.

Eva mengangkat bahu tak acuh. “Peran penonton memang hanya untuk selalu ingin tahu dan menebak-nebak jalan cerita.” Dengan percaya diri Eva melepas kaca mata hitamnya, membuat wajahnya terlihat makin jelas. “Bukankah itu tujuanmu mengajakku bertemu di tempat seperti ini?”

Tidak ada yang tahu pertemuan ini. Ketika Mira menghubunginya dengan nomor baru dan mengajak bertemu, Eva langsung menyanggupi. Eva tidak peduli jika setelah ini muncul kehebohan baru, biar saja Prita makin membencinya.

Prita dan Lala tetap akan tahu pertemuan ini jika gosip settingan benar-benar muncul.

“Jadi, apa tujuanmu mengajak bertemu?” Eva langsung bertanya. 

“Erina menemuiku.”

Alis Eva terangkat sebelah. “Kenapa itu jadi sesuatu yang harus aku tahu?”

“Karena dia banyak membicarakan tentangmu.”

“Ayolah, jangan bilang itu tujuan utamamu.”

Mira membersihkan minyak di sekitar bibir dengan tisu sebelum menjawab Eva dengan serius. “Dia minta maaf sambil mengatakan kamu membohongi dia.” Mira tetap bercerita meski Eva tidak menunjukkan ketertarikan. “Dia menangis karena terpaksa mengeluarkan rekaman CCTV itu. Dia pikir itu adalah satu-satunya kesempatan untuk memperbaiki hubungan kalian. Dia memintaku memahami posisinya karena dia nggak punya pilihan lain.”

“Apa dia minta sesuatu darimu?” Eva tersenyum miring. “Apa dia bilang ingin persahabatan kalian kembali seperti dulu?” Sebuah hubungan, apa pun itu, jika sudah pernah pecah, meskipun berhasil disambung kembali akan tetap meninggalkan bekas dan lebih rapuh. Kembali seperti dulu, itu adalah kemustahilan yang dibungkus harapan palsu.

“Bagaimana kamu bisa tahu?”

“Karena itu yang persis dia katakan padaku.” Jawab Eva berterus terang. “Tidak ada pilihan, itu juga yang dia katakan padaku karena kamu menekannya. Sambil nangis dia bilang bisa melakukan apa pun untukku. Aku menyuruhnya membuktikan saja, aku nggak pernah menyangka dia menghianati kamu pada akhirnya.  Dia minta sesuatu yang sampai kapan pun nggak bisa aku beri, menjadi adikku, seperti dulu."

Eva mendesah pelan menyadari ia terlalu banyak bicara. “Sebenarnya aku nggak perlu menjelaskan itu.”

“Lalu bagaimana dengan kesempatan kedua yang pernah kamu bilang? Apa Erina nggak layak mendapatkannya?”

“Sudah kucoba.” Jawab Eva singkat.

“Tapi?”

Eva menghela napas lagi, haruskah ia berbicara sebanyak ini dengan Mira? “Tapi aku terlalu benci melihat dia mendapatkan segala sesuatu dengan mudah.”

“Tapi hidup Erina juga susah. Dia pernah cerita nggak nyaman tiba-tiba harus tinggal dengan orang yang pernah dianggapnya sebagai orang jahat, dia pernah sakit keras sampai hampir meninggal. Dan perlakuanmu selama ini juga termasuk kesulitan baginya.”

“Apa yang sebenarnya ingin kamu tahu, Mira.” Eva menghentikan Mira sebelum pembahasan melebar terlalu jauh. Jika mau, siapapun bisa mengklaim hidupnya paling susah untuk mendapat sanjungan hebat karena sudah berhasil melewatinya.

[COMPLETE] EVARIA - Memihak Diri SendiriWhere stories live. Discover now