Bagian 21 | Menjadi Seperti Evaria

1.4K 297 6
                                    

Aku percaya cinta itu buta. Karena jika cinta memiliki mata, maka aku tidak akan pernah membiarkan diriku jatuh ke dalamnya

Secara instan Erina menjadi bintang. Namanya disinggung oleh Pak Ibra dalam pidatonya sebagai calon penerus Evaria Dona, selain karena memang dikenal bersaudara, Pak Ibra juga memuji kecantikan natural Erina.

Dan kini Eva sedang memandangi dari kejauhan Erina yang tengah diwawancara para wartawan yang penasaran akan sosoknya.

Harusnya Eva tidak perlu kaget. Tidak mengherankan jika segala sesuatu berjalan mudah bagi Erina.

“Kamu punya adik yang cukup manis ternyata.”

Eva merutuk dalam hati, ia mengenali suara itu. Kenapa harus sekarang? Eva sedang malas meladeni Rizal Chandra. Sayangnya Eva harus terlihat senang bertemu dengannya agar Rizal  tidak merasa diatas awan melihat Eva terintimidasi. “Aku tadi melihat Istrimu, berkat dia Mas masih bisa berkeliaran di acara bergengsi seperti ini. Beruntung sekali.” Eva membungkam Rizal di awal dengan menyelipkan nama Yesika Emma.

“Kali ini kamu salah, aku datang dengan undangan atas namaku.” Rizal Chanda menyeringai bisa membalikkan omongan Eva.

“Wow, mengejutkan. Pantas saja aku melihat banyak sampah di sini.”

"Kamu menyebut dirimu sendiri, Evaria?"

Rizal Chandra berdiri di sebelahnya dengan tangan dimasukkan ke kantong celana. "Aku sudah bertemu dengan adikmu, kalian sama-sama terlihat seperti es krim stroberi malam ini.”

Mata Eva memicing tersinggung. "Dasar laki-laki hidung belang. Bagaimana bisa orang setua ini nggak mengambil pelajaran dari yang sudah terjadi?"

Rizal terkekeh kecil. "Astaga, aku cuma bercanda. Kalian terlihat seperti es krim stroberi karena sama-sama pakai baju warna merah. Asal kamu tahu, aku sudah bosan bermain-main dengan anak kecil. Hanya saja, saat bertemu dengan adikmu tadi, mengingatkan aku sama kamu tujuh tahun lalu. Lugu dan penuh semangat.

“Aku sedang mempersiapkan film baru, Bosmu bilang aku bisa memilih siapapun yang cocok. Dan aku langsung menyukai dia.” Pandangan Rizal terus mengarah ke Erina.

Tangan Eva yang bebas mengepal kuat. "Jangan sekali-kali sentuh dia."

"Bagaimana ini? Dia terihat tertarik dengan tawaranku."

"Dengar Mas, aku masih memanggilmu dengan sebutan sopan karena aku masih menghormati Mas Rizal yang membantuku membuka jalan, meskipun aku sudah membayarnya setimpal. Kita sudah sepakat untuk tidak saling menganggu, kan?"

"Apa yang kamu khawatirkan sebenarnya, Va? Aku tidak pernah lagi mengungkit-ungkit masalah itu. Aku hanya melakukan hal sama yang kulakukan dulu padamu, aku melihat ada potensi dalam diri adikmu, dan aku ingin membantunya. Itu saja."

"Apa pun alasannya, jangan dekati dia."

Eva tanpa sadar gagal menyamarkan kepanikannya. Rizal yang menyadari itu, tekekeh menertawakannya. "Jangan berlagak jadi Kakak yang baik, Va, aku tahu kamu nggak pernah peduli dengan adik tirimu. Biar dia sendiri yang memutuskan."

Eva secara otomatis bergeser saat sebelah tangan Rizal Chandra melingkari pinggingnya. Nafas Eva tercekat dan seluruh tubuhnya menegang atas sentuhan ringan itu. Rizal mendekatkan wajahnya ke telinga Eva untuk berbisik sensual, "lagipula, Va, meskipun kalian sama-sama seperti es krim yang menggoda, kamu tetap es krim favoritku."

Tubuh Eva mulai gemetaran saat merasakan tangan Rizal bergerak turun, ia melirik sekitar ketakutan. Sepenuhnya Eva sadar dirinya tidak boleh kalah dengan rasa takut, saat Eva masih memikirkan apa yang harus dilakukan untuk menghindar tanpa memancing perhatian orang-orang di sekitar, sebuah tangan besar menariknya menjauhi Rizal.

[COMPLETE] EVARIA - Memihak Diri SendiriWhere stories live. Discover now