Bagian 26 | Menjegal Sebelum Masuk Arena

1.6K 287 24
                                    

Pertarungan dimulai sejak kamu tahu siapa yang harus kamu kalahkan

Saat itu juga Eva menghubungi Prita, menuntut penjelasan darinya. Berhubung Prita tidak juga menjawabnya setelah beberapa kali panggilan, Eva akhirnya memutuskan untuk menemuinya di kantor agensi.

Eva menemukan Erina sedang sendirian di sebuah ruang meeting kapasitas kecil. Eva menerobos masuk dengan tidak sopan. “Kenapa bisa ada nama Erina di daftar pemain Shouldn’t Born?”

Prita berhenti memijit pelipisnya dan menyandarkan punggung agar lebih nyaman menatap Eva yang masih berdiri. “Tentu saja dia lolos casting, memangnya apa lagi?” Hebat sekali, pikir Eva. Sekali casting langsung lolos. Eva dulu harus mengalami penolakan dan penghinaan berkali-kali sebelum akhirnya menemukan jalannya.

“Tapi aku juga akan ada di film itu.”

“Lalu apa masalahnya, Eva? Ini kesempatan yang bagus untuk pengalaman Erina. Apa yang harus dikhawatirkan? Erina bahkan tidak akan banyak muncul di layar. Bintang utamanya tetap kamu.”

Memang bintang utamanya tetap Eva, tapi membayangkan ia harus berpura-pura menjadi kakak yang baik untuk Erina sangat menjengkelkan. “Mbak sengaja memasukkan dia ke film itu?”

“Iya, aku yang ingin dia bisa main di film itu. Manajer mana yang nggak mau artisnya menjadi bagian proyek besar?”

“Harus diingat juga kalau Mbak masih manajer aku, Mbak punya kewajiban mengakomodir keinginan aku. Dan aku ingin Erina keluar dari film ini," tegas Eva yang seketika membuat raut wajah Prita marah. “Terserah Mbak mau melibatkan dia di film apa, langsung jadi tokoh utama pun terserah. Asal jangan disatukan denganku.”

“Alasannya apa? Jangan bilang kamu takut bersaing dengan dia.”

“Erina sama sekali bukan sainganku.”

“Lalu kenapa?”

“Aku tidak bisa pura-pura tidak bisa membenci seseorang," jawab Eva terus terang.

Berpura-pura sangat mudah, siapa pun bisa melakukannya. Pura-pura tidak cemas, pura-pura yakin bisa mengatasi setiap masalah, pura-pura bahagia. Hanya satu yang tidak bisa Eva lakukan, pura-pura  tidak membenci Erina. “Kalau Mbak nggak bisa melakukan itu, aku yang akan melakukannya sendiri. Aku bisa menemui Mas Guntur, aku akan memintanya memilih antara aku atau Erina.”

Prita berdiri sambil mengebrak meja kehilangan kesabaran saat Eva mengancam membawa nama produser film itu yang kebetulan memiliki hubungan baik dengan Eva. “Sudah tujuh tahun kamu jadi artis, begini kamu menunjukkan profesionalisme kamu? Semakin lama, kamu semakin tidak masuk akal. Erina belum melakukan apa-apa tapi kamu sudah kebakaran jenggot.”

“Karena sudah tujuh tahun, Mbak. Mbak Prita harusnya paling tahu bagaimana diriku.” Usai mengatakan itu Eva keluar dari ruangan. Gerakannya tertahan melihat ada Erina di dekat pintu, dari cara Erina menatapnya, Eva yakin Erina mendengar pembicaraannya dengan Prita. Baguslah.

"Apa harus sampai sejauh itu?" tanya Erina menahan Eva.

"Aku bisa sejauh manapun yang aku mau," balas Eva dingin. "Kamu sangat ingin jadi sainganku, kan? Jangan kira bersaing denganku itu mudah."

"Jadi benar kata orang-orang, kamu suka bermain dengan cara kotor."

"Begitulah caraku menang."

Penjahat sesungguhnya bukan mereka yang dipenjara setelah menghilangkan nyawa, tetapi orang-orang yang setelah menyakiti hati orang lain masih bisa tertawa. Seperti yang selalu Eva lakukan pada Erina.

Ketukan suara sepatu Eva kian mengecil, seiring dengan kembali jernihnya pikiran Erina yang sempat dibuat syok. Seseorang berpesan padanya untuk meniru salah satu prinsip Evaria, yaitu melawan ketika diserang karena hanya itu satu-satunya cara untuk menang.

[COMPLETE] EVARIA - Memihak Diri SendiriWhere stories live. Discover now