Bagian 23 | Sikap Menyesuaikan Tujuan

1.4K 326 31
                                    

Jika bukan karena harta dan kuasa, manusia bisa jadi binatang karena cinta

Eva ada di rumah saat Prita dan Lala ke sana setelah acara selesai, Eva tampak santai merelaksasi wajahnya dengan masker wajah dan segelas wine di atas meja. Setelah membuat Prita dan Lala kelimpungan mencarinya di seluruh area hotel. Pasalnya Pak Ibra menunggu Eva di after party yang lebih privat.

Menyadari seseorang masuk ke kamarnya, Eva membuka mata sebentar, lalu memejamkan matanya lagi.

"Apa-apaan ini, Va? Pak Ibra mencarimu, bukankah dia tadi bilang sendiri kalau kamu harus ada di after party?"

"Oh, aku masih di cari ternyata," jawab Eva enteng balik maskernya.

"Kamu harus telepon Pak Ibra dan minta maaf, acara tadi tertunda tiga puluh menit karena dia ingin membukanya bersama kamu."

"Bukankah bagus kalau Pak Ibra membenciku?" Eva melepaskan maskernya dan duduk dari rebahannya. "Jadi keinginan Mbak mengeluarkan aku dari Fame lebih mudah karena sepertinya Pak Ibra masih belum ingin melepaskan aku."

Prita menarik napas dan duduk di sofa set yang ada di kamar Eva. "Kemarilah, kita bicara baik-baik."

Eva membawa gelas winenya berpindah tempat duduk. "Jangan bicara apa yang sudah aku tahu, bicara saja apa yang masih Mbak Prita sembunyikan dari aku."

"Aku tidak menyembunyikan apa-apa dari kamu."

"Setelah apa yang terjadi hari ini, Mbak kira aku masih bisa percaya?"

"Memangnya sejak kapan kamu bisa percaya dengan orang lain, Va?" Prita menatap mata Eva tegas. "Pak Ibra meminta pendapatku tentangmu dan kemungkinan kamu bisa melanjutkan kontrak, dan menurut pendapat pribadiku, sangat sulit bekerja sama dengan kamu. Karena apa? Karena kamu tidak bisa percaya ke orang lain."

Eva menyipitkan mata, masih belum sepenuhnya paham dengan apa yang barusan didengarnya. Prita membuat semua ini terdengar jadi salahnya.

"Selain itu, kamu memang terlihat tidak memiliki ambisi lagi. Kamu sudah tidak pernah membicarakan target-target dan cenderung mengerjakan apa yang ada, jelas itu bukan Evaria yang kurangkul dulu. Kamu tiba-tiba ingin vakum panjang, lalu minta waktu lebih untuk menentukan proyek film terbarumu karena kamu rasa itu akan jadi film terakhirmu. Lalu, apa salah kalau aku berpikir kamu sudah tidak ingin melanjutkan karirmu lagi?"

Hanya udara yang keluar dari celah bibir Eva yang sedikit terbuka, jadi ini benar-benar kesalahannya? Lagi? "Baiklah, jadi karena itu Mbak mulai merencanakan mencari artis baru untuk menggantikanku, tapi kenapa harus Erina?"

"Kenapa harus Erina?" Prita mengulangi pertanyaan Eva. "Karena dia mengingatkan aku dengan kamu. Saat pertama kali bertemu denganku dia mengatakan kalimat yang sama dengan kamu..."

Eva masih ingat pertemuan pertamanya dengan Prita. Saat itu ia sangat kacau dan dihantui ketakutan, sedangkan menyerah di tengah jalan bukanlah pilihan. Dan yang dikatakan Eva saat itu adalah, "pokoknya aku ingin jadi artis terkenal."

Eva mengulangi kata-kata itu bersamaan dengan Prita mengulang ucapan Erina. "Persis seperti itu," lanjut Prita.

"Aku yakin tujuan utama dia bukan uang, entah apa, tapi dia memiliki keinginan besar. Pak Ibra juga langsung menyukainya, ditambah lagi dia adalah adik Evaria Dona jadi akan lebih mudah publik mengenalnya."

"Aku nggak sudi namaku dibawa-bawa."

"Terlambat, Va." Prita tersenyum samar seolah mengejek Eva. "Satu Indonesia sudah tahu Erina adalah adik yang rela mengkhianati temannya demi yang Kakaknya."

[COMPLETE] EVARIA - Memihak Diri SendiriWhere stories live. Discover now