🌸 Nara Sifabella 🌸

2K 64 0
                                    

Assalamualaikum. Saya bawa cerita baru yang masih bergenre anak SMA. Sebelum membaca saya peringatkan kalau ini mengandung kata kasar, dan hal-hal yang kurang menyenangkan. Bijaklah dalam membaca. Semoga terhibur.
.
.
.
.
.
.

" tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Tapi berusahalah terlihat sempurna dan baik-baik saja di depan banyak orang "

' BiaNa '

Happy Reading

***

Hari ini tampak awan hitam pekat mulai menutupi sinar matahari, dan juga angin berhembus cukup kencang. Menandakan jika sebentar lagi hujan akan turun membasahi bumi. Sebagai mana kita tau. hujan adalah anugerah tuhan yang harus selalu kita syukuri. Kadang musim hujan adalah salah satu musim yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Banyak yang lebih menyukai musim hujan karena udaranya yang tidak terlalu panas.

Tapi ada juga yang tidak suka dengan musim hujan, Termasuk salah satu ciptaan tuhan bernama Nara Sifabella, gadis berusia 17 tahun ini sangat anti dengan hujan. Bukan hanya anti namun dia takut, dan akan bereaksi lebih seperti ketakutan, panik, mengurung diri, bahkan bisa sulit bernapas, berteriak dan menangis.

Dan jika sudah seperti ini. Nara akan melakukan kebiasaan yang bisa menghilangkan rasa takutnya. Dengan cara.

Melukai diri sendiri, seperti menusuk, menyayat, apapun itu asal darah bisa keluar dari tubuh yang membuat rasa takutnya hilang berganti rasa nikmat saat darah mengalir dari luka yang ia buat.

Dan saat ini Nara sedang berada di sebuah gedung bertingkat tiga, yang sudah terlihat sepi. Di mana lagi jika bukan di sekolah SMA Tri Sakti. Tempat sekolah Nara berada. Tadi saat Nara ingin pulang dia melihat hujan akan turun. Ia sudah terlihat mulai panik. Ingin segera pulang, dan berharap hujan akan tiba jika ia sudah di rumah.

Namun keinginannya pupus, hujan sudah lebih dulu turun, Nara pun semakin panik. Ia berlari kearah toilet, tidak mungkin dia kembali ke kelas, karena dia yakin kelas sudah di kunci saat para murid sudah tidak ada di sana.

Nara masuk di salah satu bilik pintu. Tubuhnya gemetar ia merosot duduk memeluk lututnya. Suara petir yang menggelegar membuat tubuhnya menegang. Sesak sudah Nara rasakan. Tanpa pikir panjang. Ia mengambil benda yang selalu ada di dalam tasnya. Ia tersenyum menatap benda itu. Dengan pelan Naraa mengarahkan ke salah satu tangannya dengan carter. Dia menusuk benda itu bahkan ia memainkan benda itu di luka yang baru ia buat, saat darah segar sudah keluar. Nara bisa tersenyum lega. Sambil terus memainkan lukanya, ia memejamkan matanya menikmati sensasi perasaan nyaman dan tenang. Rasa takut berganti rasa tenang. Nara sudah tidak takut lagi dengan suara guntur dan hujan yang semakin deras.

<𝕭𝖎𝖆𝕹𝖆>

Nara membalut lukanya dengan plester yang selalu ia bawa. Selesai membalut lukanya dia keluar dari toilet itu, tidak lupa sebelum pergi Nara membersihkan toilet yang di penuhi oleh darahnya sendiri.

Nara berjalan dengan santai di koridor sekolah, sudah tidak ada orang yang ia lihat di sekolah itu, hujan juga sudah benar-benar reda, Saat sudah mendekati gerbang ia menarik lengan sweternya agar tidak ada yang melihat lukanya.

"Lho kamu masih di sekolah Ra?" tanya satpam sekolah sangat heran. Di jam segini gadis itu belum pulang.

Nara hanya mengangguk tanpa berniat menjawab pertanyaan satpam itu. Ia keluar dari gerbang sekolah dengan tenang.

BianNa (Fabian & Nara) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang