37 : How to apologize

12.1K 2.2K 247
                                    


-----

Sinar matahari perlahan mulai merembak masuk melalui jendela balkon kamar Taeyong yang dibiarkan terbuka semalaman.

Suara gesekan dedaunan di hutan, dan kicauan burung liar di pagi hari, perlahan membuat sang tuan putri mungil itu terbangun, menggerakkan kelopaknya perlahan yang tadinya tenang terpejam. Tubuh kurus tanpa pakaian yang terlilit oleh selimut tebal itu menggeliat pelan, meregangkan tubuhnya dengan suara pekikan tertahan.

Tersadar dari dunia mimpi, mata serupa boneka itu terbuka kemudian. Rautnya masih kosong, namun begitu mengingat kejadian-kemarin malam, senyum Taeyong seketika mengembang.

Jaehyun kemarin malam seperti Alberto ketika musim kawin.

Menyadari kalau tubuhnya masih polos tak tertutup benang pakaian sedikitpun, Taeyong kemudian mendudukkan diri.

Jaehyun kemana?

Huft, padahal kan Taeyong mengidam-idamkan Jaehyun yang memeluknya di pagi hari. Bukan malah meninggalkan Taeyong telanjang di kamarnya sendirian seperti ini. Apa ini, tidak romantis sama sekali.

Kaki Taeyong menapak lantai, ia merunduk dengan tubuh yang terbungkus selimut tebal, memungut piama yang tercecer tak karuan di bawah. Setiap pagi, Taeyong selalu merasa haus, maka ia akan pergi ke dapur setelah ini.

"Kemana celana dalamku," monolog Taeyong yang tak menemui benda sakral miliknya.

Memakai piyama kebesaran itu dengan asal-dua kancing teratasnya terbuka-juga celana pendek sepaha menampilkan kaki Taeyong yang mulus tanpa cacat, si mungil terlihat segar bahkan walaupun seluruh tubuhnya belum tersentuh air.

Si mungil dengan surai berwarna putih itu kemudian membuka pintu kamar, berjalan pelan dengan mata yang masih belum sepenuhnya fokus.

Aneh, biasanya Taeyong sudah mendengar suara keributan di dapur pada pagi hari seperti ini, tapi sekarang? Bahkan kastilnya sangat sepi.

Menepis pikiran tak masuk akal, si mungil menuruni anak tangga pelan, dengan manik yang mengedar ke seluruh penjuru lantai dasar. Tak ada orang atau apapun itu. Jennie, Mark, Hanbin, dan yang paling Taeyong cari kehadirannya sejak tadi, Jaehyun.

"Jennie nuna?" Taeyong melirik di setiap sudut ruangan, mencari keberadaan perempuan itu.

"Mark?" Nama bocah itu disebut Taeyong, namun sang pemilik nama tak menyahut.

"Hanbin hyung?" Tak ada sautan suara pantun.

Taeyong kemudian melangkahkan kakinya ke ruangan belakang, ke dapur tepatnya. Ia berdiri di ambang pintu, menengok ke sana kemari menyusuri ruangan dapur yang ternyata tak ada siapapun di sana.

"Kemana semua orang ini," Taeyong menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jaehyun juga kemana, tega sekali meninggalkanku di kamar dalam kondisi bugil." Taeyong berjalan tak acuh mengarah ke kulkas, mengambil botol berisi air dingin, "setidaknya pakaikan baju padaku. Dia sudah menembak cairannya berkali-kali ke lubangku, inikah balasan Jaehyun padaku?"

Taeyong menjeda omelannya untuk meneguk air itu cepat, menepis rasa dahaganya di pagi hari.

"Dasar pacar tidak tau diuntung. Jika dia butuh saja dia akan bersikap seperti romeo. Tapi jika sudah tidak membutuhkanku? Memangnya aku ikan pindang apa, pakaikan baju untukku!" Taeyong menggembungkan pipi sebal.

"Awas saja ya Jaehyun, aku akan memberi garis polisi di sekitar pantatku agar kau tidak boleh memasuki area itu lagi!" Teriak Taeyong menggema ke seluruh ruangan.

Hidung si mungil mengendus aroma yang keluar dari tubuhnya sendiri, "tubuhku bau flatnya Jaehyun, tengik."

Merasa kalau kegiatannya semalam membuahkan bau tidak sedap pada tubuhnya sendiri, Taeyong berinisiatif untuk mandi. Dirinya juga lengket karena keringat yang mengering, dan Taeyong sangat tidak menyukainya.

Apart to come | Jaeyong [✓]Where stories live. Discover now