TakSama/10

246 50 3
                                    

Maaf jika banyak typo🍎





×××



"Terima kasih ya nak, sudah antar Jungkook" ujar ibu Jeon tersenyum pada SinB.

"Sama-sama bu, saya seneng bisa bantu kak Jungkook," SinB tersenyum.

Setelah beberapa percakapan, SinB pamit dan segera pergi dari rumah Jungkook. Ia berjalan menuju jalan raya untuk mencari taksi.

Pikiran SinB masih tertuju pada Jungkook. Ia tak yakin jika laki-laki itu baik-baik saja. Ia ingin mencari tahu, tapi ia bingung karena tidak faham tentang Jungkook.

"SinB!"

Suara seseorang yang memanggilnya membuat ia menoleh. Ia mendapati Minghao yang kini berlari mendekatinya.

"Kak Minghao," sapa SinB.

"Hai," Minghao mengatur nafasnya.

"Kenapa kak?" Tanya SinB. "Ooh... kakak mau ke rumah kak Jungkook ya,?" Tebak SinB.

Minghao menggeleng. "Aku mau ngomong sama kamu. Bisa kan?"

Awalnya SinB tampak bingung, tetapi kemudian gadis itu mengangguk. Ia juga ingin tahu apa yang akan Minghao bicarakan. Siapa tahu itu tentang Jungkook kan? Ah... sepertinya SinB memang terlalu terpikat dengan laki-laki Jeon itu.

Mereka berjalan menuju kafe terdekat. Minghao ingin lebih santai saat membicarakannya nanti.

"Ada apa kak?" Tanya SinB sambil menyesap minuman pesanannya.

Minghao tersenyum. "Kamu beneran suka sama Jungkook?"

SinB terdiam sejenak. Mengarahkan bola matanya untuk mengamati sekitar, kemudian menghela nafasnya.

"Kenapa?" Tanya Minghao yang melihat reaksi SinB.

Gadis Hwang itu menggeleng pelan. "Aku juga bingung kak," ujar SinB.

Minghao mengangguk paham. "Makasih udah belain Jungkook," ujarnya.

Seketika kedua mata SinB membulat. "Belain kak Jungkook?"

"Hu'um," Minghao mengangguk. "Aku liat semuanya kok," ujar Minghao. "Kamu belain Jungkook didepan anak-anak tadi," lanjutnya.

Keduanya kini terdiam. SinB masih tak percaya jika Minghao mendengar semuanya. Ia tidak melihat Minghao ada disana saat itu.

"Kalau kamu bener-bener suka sama Jungkook, aku bisa bantu kamu kok" Minghao tersenyum. "Aku rasa itu ide yang baik untuk bikin Jungkook biar nggak dipandang sebelah mata sama anak-anak,"



×××



Cerahnya sinar matahari pagi ini menambah aura senyum cerah SinB. Ia masih berdiri di depan gerbang pagi ini. Tentu saja ia menunggu Jungkook datang.

Percakapannya dengan Minghao kemarin membuatnya tertarik. Ia akan meyakinkan perasaannya, dan membuktikan jika Jungkook memang pantas mendapatkan itu darinya.

"Pagi kak Hao," ujar SinB menyapa Minghao.

"Pagi, ke kelas dulu ya," Minghao tersenyum dan langsung berlalu.

Sebenarnya ia tak rela jika SinB menyukai Jungkook. Yah tentu karena Minghao juga tertarik pada gadis itu. Tetapi ia pikir, dengan SinB yang dekat dengan Jungkook akan membuat sahabatnya itu tidak dipandang remeh karena kekurangannya.

Sebuah taksi berhenti didepan gerbang itu. SinB memperhatikannya, dan tak lama sosok yang ia tunggu keluar dari taksi tersebut. Lebam di wajahnya belum hilang.

Senyum SinB melebar kala Jungkook menatapnya. Ketika taksi tersebut sudah pergi, SinB menghampiri Jungkook dan meraih tangan laki-laki itu.

"Ayo kak. Keburu bel," ujarnya kemudian menarik Jungkook memasuki sekolah.

Ia terus memegang pergelangan tangan Jungkook, dan tak memerdulikan tatapan setiap siswa yang melihat hal tersebut.

Sampai di kelas Jungkook, ia melepas genggamannya lalu membuka tasnya. Mengeluarkan pulpen dari dalam tasnya itu.

"Nih," ujarnya memberikan pulpen tersebut.

"Pake aja kak, siapa tahu nanti kakak butuh," ujarnya memberikan paksa pulpen tersebut.

"Aku ke kelas dulu ya," ujar SinB menatap Jungkook.

Gadis itu melambaikan tangannya pada Jungkook dan Minghao sebelum akhirnya keluar dari sana. Jungkook menghela nafasnya, lalu duduk. Ia tak habis pikir dengan gadis yang satu itu.

Minghao menepuk pelan bahu Jungkook dan membuat sang empu menoleh.

"Terima aja, SinB orang yang baik kok," ujar Minghao tanpa suara.

Jungkook menatap pulpen bermotif doraemon dengan warna biru putih itu. Ia mengikuti kata Minghao, dan meletakkan pulpen itu di laci mejanya.

Sedangkan disisi lain, SinB sedang merasa kesal karena teman-teman kelasnya mengejeknya.

"Kalian aja yang buta! Nggak bisa apa lihat hal yang baik dari kekurangan orang lain?" Marahnya.

Umji menarik tangannya, agar SinB merasa sedikit lebih tenang.

































ToBeContinue🍎

TakSama/endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang