Sisir dan kaca

752 75 2
                                    


Tinggalkan jejak

Tandai typo

Happy reading ❤️

“Buah pinang di belah dua, ayo sayang kita ke KUA.”

Levin menatap Bagas malas, sekarang mereka sedang makan siang di kantin. Tapi hanya Levin yang makan, sementara bagas sibuk menggoda adik tingkatnya.
Setiap ada adik tingkatnya yang terlihat cantik dan menarik, dengan cepat bagas mencoba mencari perhatian mereka.

“Gimana Vin?”

Levin menoleh.
“Gimana apanya?” Levin yang sejak tadi fokus makan tidak merasa Bagas menanyakan apapun padanya.

“Gimana kalau lo, belajar gombal sama gue biar lo laku.”

Levin menatap sinis bagas, mungkin bagas tidak punya kaca dirumahnya.

“Gas Lo ada kaca.” Tanya levin setelah menandaskan minumannya.

“Ngapain gue ke kampus bawa kaca. Lo lupa kalau gue gantengnya tujuh turunan.” Ucap bagas.

“Coba sesekali lo ngaca.”

“Kenapa emang, harus banget ya gue ngaca sekarang juga?” tanya bagas bertubi tubi.

Levin mengangguk.
“Nyinyir sama nyisir itu sama gas, sama sama butuh kaca.” Ucap Levin telak.

Sementara bagas hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu berjalan menuju meja sebelah yang ternyata ada Bianca sudah sejak tadi duduk di sana.
Levin awalnya cuek, merasa bodo amat dengan tingkah bagas. Tapi ucapan Bagas selanjutnya membuat Levin ingin hilang sekarang juga.

“Bianca Lo bawa kaca Enggak?” tanya bagas, tanpa menunggu lama bianca membuka isi dan mengeluarkan kaca.

“Nih , Emang buat apaan?” tanya Bianca heran.

“Gue di suruh Levin.” Ucap bagas dengan polos, membuat Bianca menoleh ke arah Levin yang sudah menunduk karena malu.

Bianca terkekeh melihat Levin yang sok cuek. Tidak mungkin kan seorang Levin Pamungkas, mau repot repot meminjam kaca.

“Tadi Levin minta gue nyari sisir sama kaca.”

“Udahlah gue kesana dulu, nanti gue balikin ya bi.” Bagas Langsung menghampiri Levin.

“Nih.” Ucap bagas, lalu meletakkan kaca dan sisir di meja dekat Levin.

Levin mendengus kesal, kenapa bagas bisa sebodoh ini.
“Lo udah dapet sisir sama kaca?” tanya Levin. Bagas sontak mengangguk semangat.

“Terus, mau lo apain itu sisir sama kaca.” Lanjut Levin.

Bagas berdecak sebal, menurut nya Levin itu pintar. Tapi sedikit pikun.

“Ini sisir.” Bagas mengangkat kaca yang berhasil di pinjam dari Bianca

Levin memutar bola matanya malas.

“Anak TK juga tau gas kalau itu sisir.” Sinis Levin.

Sementara itu bagas mengangguk lalu menjawab.

“goodboy.” Bagas terkekeh.

“Temen laknat !”

Bagas mendelik mendengar ucapan Levin.

“ Ini kaca.” Sungguh Levin ingin hilang sekarang.

Saat ini kedua tangan Bagas sudah memegang sisir dan kaca. Levin yang melihat itu memijat pelipisnya pusing.

Dengan cekatan Bagas menyisir rambutnya sambil berkaca.

“Gue udah nyisir sambil ngaca , gue udah boleh nyinyirin Lo belum vin?”

Levin mengumpat dalam hati, setelah melihat betapa bobrok sahabatnya itu.

“Gas mulai sekarang Lo bukan temen gue.” Ucap Levin datar , tentunya tidak serius dengan ucapannya.

“Dih, cowok kok baperan.” Balas bagas sinis.

“Bodo amat!” ketus Levin.

Bagas menghela nafas berat.

“enggak usah bawa bawa si amat , orang mana tuh si amat. Oh jadi setelah ternak perikanan lo bangkrut lo temenan sama si amat.” Ucap bagas ngawur, memang sejak kapan levin ternak ikan.

“Dasar ogeb, amat itu bapak lo kalo Lo lupa.” Sahut Levin kesal.

Sementara bagas hanya tersenyum bodoh.

“Masa sih bapak gue namanya amat, amat siapa amat Dani?.” Tanya Bagas lagi.

“itu Ahmad gas.” Levin hampir menjitak bagas yang bobroknya over.

“Masa sih, jadi bapak gue yang ahmad apa amat.”

Levin mendengus kesal, punya sahabat bobrok adalah suatu keajaiban yang harus dimusnahkan. Sementara itu, tanpa mereka berdua sadari. Bianca diam diam memperhatikan Levin sejak tadi.

“Lo sebenarnya baik, apa mungkin kita bisa berteman.”

Note: aku gabut makanya update maaf kalau gak ada feel-nya.
Siapa nih yang udah nambahin bang jago si almet merah ke reading list tapi belum follow akunku?

Enggak wajib follow kok. Tapi jangan jadi siders ya :)

Baca juga ceritaku yang lain Devana.






Bang Jago Si Almet Merah ❤️ (End)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن