Bertemu

596 62 0
                                    

Banyak typo meresahkan masyarakat.
Tinggalkan jejak ya❤️


Levin menepati janjinya untuk menemani Ayra. Sang mantan terus saja menganggunya padahal tugasnya masih banyak. Setengah hati Levin menurut, entahlah apa yang membuat Levin mau menuruti keinginan Ayra.

Levin memperhatikan sekitar, Ayra masih sama. Suka pasar malam.

"Nanti kita enggak usah naik apa apa. Cukup ngobrol berdua." ucap Ayra tak berdosa.

Levin hanya diam. Diam diam menyesal karena sudah merasa bodoh malam ini. Jika hanya mengobrol kenapa harus jauh jauh kesini.

"Levin kamu dengerin aku kan?" tanya Ayra memastikan bahwa, Levin tidak melamun.

Levin malas menjawab hanya mengangguk saja.

"Kita duduk disana." tanpa menunggu jawaban Levin, Ayra menarik tangan Levin lalu berjalan menuju bangku kosong.

Keduanya sudah duduk di bangku masing-masing. Levin hanya diam. Mendengarkan Ayra terus berbicara, entah apa yang di bicarakan. Levin hanya mengangguk seolah benar benar menjadi pendengar yang baik.
Levin sudah tidak ada perasaan apapun untuk Ayra, tapi bagi Levin masa lalu adalah teman baik setiap orang.

"Kamu dengerin aku gak sih?" tanya Ayra.

Levin menggeleng membuat Ayra cemberut.

"Kamu kenapa sih, gak suka ya jalan sama aku. Kalau gak suka kenapa tadi mau?" Ayra tentu saja tahu kebiasaan Levin.

Levin menghela nafas pelan, Ayra sama seperti Bianca. Apa kabar gadis itu?

"Lo gak mau beli sesuatu?"

Ayra menggeleng, salahkan saja Levin yang membuatnya kesal.
Levin berdiri lalu mengacak rambut Ayra membuat gadis itu bertambah kesal.

"Tunggu di sini." ucap Levin lalu pergi. Meninggalkan Ayra yang sibuk membenarkan rambutnya, karena ulah Levin.

****

Sementara itu, dari kejauhan Bianca memaki dirinya sendiri. Bianca juga berada di pasar malam ini karena bagas yang mengatakan padanya kalau malam ini Levin dan Ayra akan pergi ke pasar malam. Harusnya Bianca sudah bisa menebak apa yang akan terjadi bukan?

"Mau pulang nanggung, gak pulang hati gue sakit banget." keluh Bianca.

Gadis itu memutuskan untuk menikmati kesendirian di tengah keramaian pasar malam. Berharap Levin maupun Ayra tidak menyadari jika Bianca mengikutinya.

Bianca memperhatikan sekitar, pantas saja banyak pasangan yang ada di sini ternyata malam ini adalah malam Minggu. Bianca terkekeh meratapi nasibnya, harusnya sekarang Bianca berada di kamarnya.

"Udah senior gak perlu malam Mingguan." ucap Bianca lalu kembali berjalan tanpa tujuan.

Bianca terlalu sibuk dengan ponselnya sampai tidak sadar jika di depannya banyak orang. Bukan Bianca namanya jika tidak ceroboh.
Bianca menatap ponselnya yang jatuh karena ulahnya menabrak seseorang.

"Duh mas hati hati dong!" ketus Bianca sambil meraih ponselnya yang terlihat mengenaskan.

Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Bianca memberanikan diri untuk melihat siapa yang sudah dengan lancang menabraknya dan tidak mau meminta maaf.

Deg

Bianca menatap laki laki di hadapannya tanpa minat, laki laki yang sudah beberapa hari ini membuatnya uring-uringan karena cemburu.

"Sorry, gue enggak sengaja." ucap Bianca lalu pergi menjauh dari Levin.
Dalam hati Bianca berharap Levin mengejarnya dan memaafkan kecerobohannya.

Bianca tertawa hambar, mana mungkin Levin mau mengejarnya. Bukankah laki laki es itu terbiasa di kejar, Levin bukan tipe laki laki yang mudah akrab dengan orang asing. Dan Bianca salah satu orang asing yang memaksakan diri untuk bersanding dengan laki laki itu.
Harusnya Bianca sadar, karena sesuatu hal yang di paksakan akan berakhir dengan menyakitkan.

Follow igku : @Riaer26

Bang Jago Si Almet Merah ❤️ (End)Where stories live. Discover now