Kita dan jarak

698 57 2
                                    

Happy reading ❤️
Tandai typo :)





Jika boleh memilih, mungkin seseorang tidak akan mengharapkan apa yang seharusnya tidak harapkan. Harapan seringkali muncul tanpa kita minta, tanpa tahu diri tiba tiba bertahta.

Bianca berulang kali mengetukkan pulpennya di atas meja belajar. Sesekali gadis itu memberikan coretan pada kertas, raganya memang di rumah tapi pikirannya entah kemana.
Semenjak Ayra kembali di kehidupan Levin, jarak diantara Bianca dan Levin semakin jauh.

Dekat tapi tidak pernah menyapa, saling memperhatikan tapi hanya bayangan. Bianca tidak bodoh, ia tahu jika diam diam Levin pernah memperhatikan dirinya.

"Kalau Levin nyari yang cantik," Bianca berfikir sebentar.

"Ya , gue majulah kan gue cantik!"

Bianca menggeleng pelan, sepertinya cantik saja tidak bisa menjadikan dirinya sebagai pacar idaman Levin.

"Kalau Levin nyari yang baik, setia bisa masak."

"Gue mau memantaskan diri." Bianca mengangguk, tanpa sadar gadis itu kembali membangun sebuah harapan. Harapan yang tidak tahu akan seperti apa?

Bianca meraih ponselnya, jarinya bergerak lincah di atas ponsel. Membuka aplikasi chat, nama Levin di urutan Chat paling bawah.
Bianca menghela nafas berat, seandainya Levin tahu ada seseorang yang setiap hari menunggu balasan chat darinya.

"Mana mungkin Levin peka, dunianya terlalu di hiasi bayang bayang mantan." Bianca memilih mematikan ponselnya, percuma setiap saat online tapi tidak ada yang mengirim pesan.

***

Berbeda dengan Bianca, Levin sedang sibuk dengan banyaknya tugas.
Levin melihat jam di pergelangan tangannya, ternyata sudah pukul  sebelas malam. Ini bukanlah Levin yang sebenarnya, tadi sore Ayra terus saja menganggunya untuk mengantarkannya ke salon. Seperti dugaan Levin sebelumnya, Ayra lupa jika Levin sudah memintanya untuk tidak terlalu lama. Tapi gadis itu tidak mau mendengarkan Levin, dan seperti inilah akhirnya nasib Levin.

"Tumban banget, Bagas enggak muncul dimana-mana?" Levin baru menyadari jika beberapa hari ini, dirinya kehilangan seorang sahabat yang selalu ada untuknya. Meskipun Bagas bobroknya luar biasa, tapi Bagas selalu ada untuk Levin.

Tanpa levin tau, Bagas masih selalu memperhatikannya dari jauh. Bukannya bagas marah karena Levin terlalu sibuk dengan Ayra, tapi bagas ingin Levin berfikir siapa di antara mereka yang lebih penting. Dan ternyata, sejauh ini Ayra masih bertahan di dekat Levin. Dan Bagas perlahan mulai terlupakan.

Sebenernya Bagas tidak memberikan Levin pilihan, antara sahabat dan mantan. Karena keduanya tentu saja memiliki perbedaan, hanya saja sampai saat ini Levin tetaplah manusia labil. Padahal Ayra sudah pernah menyakiti hatinya. Levin lupa, ada perempuan yang selama ini berusaha masuk dalam kehidupannya. Tapi tidak pernah Levin izinkan untuk benar benar masuk dalam kehidupannya.

Terlalu lama melamun, lalu Levin meraih ponselnya. Membuka aplikasi chat.


Ayra
Jangan lupa besok jemput aku ya Vin ;)

Levin menggeleng tidak mengerti, apa Ayra hanya memanfaatkan dirinya saja?

Lanjut Chat kedua ternyata Bagas, kenapa Bagas tidak pernah mengikutinya itu juga yang sekarang Levin pikirkan.

Bagas
Besok gue enggak berangkat.

Tidak biasanya Bagas seperti ini. Apa sahabatnya itu sakit? masih banyak pernyataan, yang mungkin akan Levin dapatkan jawabannya saat bertemu langsung dengan bagas.

Levin terus membaca Chat dari teman temannya sampai di Chat paling bawah, Bianca.
Levin baru sadar, jika Bianca juga seperti Bagas.

Levin membuka Chat dari Bianca, gadis itu terakhir mengirim pesan tanggal 1 Desember dan sekarang sudah tanggal 9. Tanpa ragu, Levin membaca chat dari Bianca.

Bianca

Sebenernya aku cemburu pas kamu jalan sama Ayra.

Aku tau kok dia mantan kamu jadi kamu enggak perlu jelasin.

Bodoh banget ya aku, enggak mungkin juga kamu mau jelasin. Lagian aku kan bukan siapa-siapa kamu :)

Kamu masih sayang ya sama Ayra? atau kamu mau balikan?

Levin, kamu beneran enggak buka Chat aku? Jahat banget sih.
Aku nunggu dari kapan enggak pernah di bales.

Jaga kesehatan ya, walaupun sekarang aku enggak lagi ngejar kamu. Tapi aku masih berharap suatu saat nanti kamu liat aku.

Hufff !! Percuma nyepam enggak kebaca, pasti chatku paling bawah kan?

Udah males ngechat kamu, tapi kangen :)

Ini terakhir ya.

Jaga hati ya jangan balikan sama mantan, nanti aku nangis :)

Tanpa sadar, Levin tersenyum sekilas lalu menggeleng. Apa Levin sudah keterlaluan pada Bianca? apa Levin pernah memberikan harapan pada gadis itu?
Untuk yang terakhir Levin tidak pernah memberikan harapan.
Dengan cepat, Levin mematikan ponselnya. Tanpa mau repot-repot membalas pesan dari Bianca. Masalah Bagas, biarkan Levin besok ke rumah Bagas. Levin ingin memperbaiki semuanya, baginya persahabatan yang sudah lama terjalin tidak mudah rusak hanya karena orang baru. Levin yakin, Bagas masih bobrok seperti biasanya.




Alhamdulillah update :)
Tinggalkan jejak yuk.
Follow igku ya : @riaer26
Follow tiktok : @Riaer

Cek part sebelumnya ya, siapa tahu ada yang kelewat :v

Bang Jago Si Almet Merah ❤️ (End)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant