Tamu tak diundang

549 58 1
                                    

Happy reading

Tandai typo

Tinggalkan jejak ❤️

Minggu pagi, waktu yang tepat untuk bersantai atau mungkin bermalas-malasan. Levin sudah mengatur jadwalnya pagi ini, jadwal untuk tidur seharian. Levin memang tergolong anak yang pintar tapi jadwal weekend tidak bisa di ganggu gugat oleh siapapun, terutama Bagas.

Ponselnya sudah mendapatkan banyak spam chat dari Bagas, katanya ingin mengajak Levin berolahraga. Tapi levin malas untuk sekedar membalas pesan dari sahabatnya, bodo amat jika nanti bagas akan datang lalu marah marah.
Hari ini Levin berharap hidupnya akan tenang seharian bersama kasur kesayangannya.

Levin kembali memejamkan mata.
Tapi rasa laparnya sudah tidak bisa ditahan, jika saja Levin tidak punya penyakit magh mungkin dengan senang hati akan berpuasa pagi ini.
Dengan malas Levin turun dari kasur lalu berjalan menuju dapur.

"Ck ! Enggak ada apa apa, masa makan angin yang ada masuk angin." Levin menghembuskan nafasnya berat,Kenapa ingin bersantai selalu gagal.

Akhirnya acara bersantai Levin gagal total, moodnya tambah kacau saat Levin membuka pintu rumahnya. Niatnya ingin mencari makan tapi gadis cantik sudah memasang senyum manis di depan pintu.

"Ngapain lo senyum senyum?" Levin tidak habis pikir, apakah Bianca tidak ada kerjaan selain menganggu dirinya.

Bianca menggeleng masih mempertahankan senyuman bodoh miliknya. Ya gadis yang pagi ini bertamu ke rumah Levin adalah Bianca.

"Emang kenapa kalau gue senyum, Lo baper ya?" Tanya Bianca dengan percaya diri.

Levin masih mencoba bersabar menghadapi kelakuan Bianca.

"To the point." Ucap Levin final.

Bianca kesal bukan main, kenapa ada manusia se kaku Levin yang sialnya sudah berhasil mendapatkan hatinya. Padahal Levin tidak pernah berbuat apa-apa. Yang ada Bianca selalu mendapatkan perkataan pedas dari Levin.

Levin menatap Bianca jengah, kebiasaan gadis dihadapannya adalah melamun.

"Lo kalau mau ngelamun sana di rumah lo sendiri, ngapain jauh jauh kesini cuma mau numpang ngelamun."

Bianca mengembungkan pipinya kesal, bisa bisanya Levin menyuruhnya pulang. Setelah Bianca meluangkan waktunya untuk menghabiskan waktu beberapa jam untuk berdandan karena akan bertemu Levin.

"Di mana mana tamu tuh disuruh masuk." Cibir Bianca.

"Ngapain lo mau masuk, gue lagi Enggak nyari babu kalau weekend." Ucap Levin datar.
Seharusnya, jika Bianca menyadari maksud ucapan Levin. gadis itu akan mengerti kalau Levin risih selalu di kejar seperti ini.

Bianca masih setia dengan senyuman Cantik di wajahnya, meskipun ada rasa sedikit tidak terima dengan perlakuan Levin tapi bukan Bianca namanya jika akan menyerah dengan cepat.

"Gue mau daftar jadi calon istri bukan babu !" Ketus Bianca.

Levin menyentil kening Bianca karena geram dengan tingkah ajaib gadis itu.

"Gue gak nyari calon istri." Ucap Levin sambil memperhatikan Bianca yang Sibuk mengusap keningnya karena ulahnya.

"Terus mau nyari kapan?" Bianca terlalu berantusias.

"Gue udah pasti lolos kok dari berbagai seleksi yang Lo buat, gue bisa masak, gue bisa bersihin rumah, gu__" dengan cepat Levin memotong ucapan Bianca.

"Kekurangan Lo cuma satu, Lo Enggak bisa buat gue cinta sama Lo sampai kapanpun." Ucap Levin.

Bahu Bianca terasa lemas bagaimana mungkin, Levin sebenci itu padanya. Apa Bianca terlalu agresif, apa Bianca terlalu menyebalkan.

"Sebenci itu Lo sama gue?" Tanya Bianca sambil memaksakan senyumnya, yang entah kenapa Levin tidak menyukai senyuman itu.

"Gue enggak benci sama lo, cuma Lo yang terlalu agresif dan nunjukin kalau Lo terang terangan suka sama gue malah buat gue muak."

Deg

Benarkan, harusnya Bianca sadar jika Levin tidak suka perempuan yang agresif. Tapi perasaan seseorang tidak ada yang tahu. Sekeras apapun Levin saat ini suatu saat Bianca pasti mampu meluluhkan hatinya.





Feel-nya kurang ya??
Ini nulis sambil nahan ngantuk ya jadi maklum kalau Typo bertebaran feel kurang.

Follow ig ku ya @Riaer26

Sampai jumpa di part selanjutnya ❤️❤️




Bang Jago Si Almet Merah ❤️ (End)Where stories live. Discover now