Berbeda

615 55 3
                                    

Happy reading ❤️





Berulang kali Bianca menghela nafas panjang. Gadis itu berusaha menahan diri untuk tidak melabrak Levin dan gadis yang bernama Ayra itu. Bagaimana tidak? Levin dengan santai makan bersama Ayra di kantin, dan menjadi pusat perhatian anak anak kampus.

Tadi, Bianca berniat membeli minum karena haus. Namun sekarang rasa hausnya semakin terasa. Bahkan meningkat dua kali lipat.

"Itu pacarnya Levin ya?"

Bianca menoleh, ingin sekali rasanya Bianca pergi dari sini jika tidak butuh minum.
Bianca Melangkahkan kakinya, keluar kantin. Bodo amat jika rasa hausnya semakin terasa. Hatinya sudah terlalu panas.
Padahal Levin hanya duduk dan makan tanpa melakukan apapun. Tapi Ayra yang terlihat genit di mata Bianca.

"Duh haus banget gue." Bianca mengeluh, sambil berfikir bagaimana mendapatkan minuman tanpa harus pergi ke kantin.

"Nih." Bianca menoleh ke samping, tumben sekali bagas berbaik hati. Tanpa menunggu lama, Bianca langsung mengambil botol minum dari tangan Bagas. Dan langsung menandaskan minumnya.

Bagas hanya menggelengkan kepalanya pelan, tau apa yang membuat Bianca seperti ini.

"Dia Ayra, mantannya Levin pas SMA."  Ucap Bagas tanpa di minta.

Bianca duduk di samping bagas.
"Gue gak peduli sih sebenernya, tapi hati gue gak rela gitu liat mereka makan bareng di kantin." Ucap Bianca.

Bagas mengerti apa yang di rasakan Bianca.
"Secara enggak langsung lo itu cemburu bi." Bagas memandang ke depan, seolah ada satu hal yang tidak bisa di jelaskan.

Bianca mengangguk setuju, memang benar kan kalau Bianca cemburu?

"Padahal udah mantan ya gas, kenapa gue cemburu?" Tanya Bianca pada bagas.

"Mungkin Lo emang suka sama Levin." Bagas malas membahas kisah asmara sahabatnya sendiri.

****

Levin menikmati makan siangnya dengan tenang. Bukan berarti tidak menyadari jika dirinya menjadi pusat perhatian anak anak. Lagi pula, sejak kapan Levin peduli dengan  netijen.

"Lo habis ini ada kelas?" Tanya Ayra setelah menghabiskan makanannya.

"Enggak."

Ayra mendengus kesal, Levin tetap saja menjadi laki laki cuek yang tidak pernah peka.

"Habis ini kita bisa jalankan?" tanya Bianca lagi.

Levin berfikir sebentar lalu mengangguk. Membuat Bianca senang bukan main, kapan lagi Levin mau di ajak jalan.

"Vin gue mau ngomong."

"Dari tadi Lo udah ngomong Ra." Sahut Levin cepat.

"Beda ih." Ayra mulai menunjukkan sikap manjanya pada Levin.

"Gue gak suka Lo sebut nama cewek lain pas ada gue." Ayra dengan percaya diri mengatakan hal itu. Seakan melupakan jika mereka hanya sebatas mantan.

Levin menatap Ayra tidak percaya. Apakah gadis ini sedang cemburu?

"Inget status kalau mau cemburu."

Levin dan Ayra kompak menoleh saat itu Bagas tiba tiba duduk di kursi yang tidak jauh dari meja Levin.
Diam diam Levin tersenyum tipis, Levin memang laki laki yang tidak peka tapi Levin bisa mengerti apa yang di maksud bagas.

"Iri aja Lo." Cibir Ayra.

Bagas memutar bola matanya malas.

"Iri sama sepasang mantan yang sok mesra? dih amit amit." ucap bagas.

Levin hanya diam tidak berniat ikut menghujat Bagas. Lagi pula apa yang dikatakan Bagas itu, sebenarnya untuk menyindir Ayra jadi Levin dengan senang hati menikmati drama ini.

"Lo kelamaan jomblo, jadi mana ada yang mau." Ayra mulai terpancing untuk menghujat Bagas.

"Lah mendingan gue kelamaan jomblo, daripada Lo kelamaan ngarep." Bagas terkekeh saat menyadari ucapannya. Tidak berniat menghujat tapi mulutnya mulai aktif.

"Ngarep kok sama mantan." Lanjut Bagas.

Mendengar hujatan bagas yang semakin lancar membuat Ayra berfikir, kenapa Levin betah berteman dengan cowok bobrok seperti bagas.

"Terus menurut Lo gue harus ngarep sama Lo gitu? Dih amit amit." Ayra bukanlah gadis pendiam jika mendapatkan hujatan.

Bagas menoleh.

"Gue gak ngomong gitu ya, tapi kalau Lo mau berharap sama gue ya silahkan. Gue maklum pesona gue mana ada yang bisa nolak." Balas Bagas dengan percaya diri.

Levin tidak peduli dengan keributan bagas dan Levin. Mereka memang seperti itu jika bertemu. Tapi Levin tahu apa alasan mereka selalu bertengkar jika bertemu.

"Vin, kamu kok diem sih belain aku dong." Ayra berharap Levin membela dirinya.

Levin menatap Ayra sebentar lalu bergantian menatap Bagas.

"Gas." Panggil Levin.

Bagas tersenyum sumringah, seolah tahu apa akan di katakan sahabatnya itu.

"Oy." Sahut Bagas bersemangat.

Levin tersenyum tipis lalu mengangguk.

"Lanjutkan."







Follow ig : @Riaer26

Bang Jago Si Almet Merah ❤️ (End)Where stories live. Discover now