perjuangan 1

871 67 0
                                    

Please tandai Typo.
    

             Happy reading ❤️

Levin

Bi
Lo dimana?
Sekarang lo jarang keliatan.

Bianca sudah membaca pesan itu lebih dari sepuluh kali. Bukannya lebay, tapi ini luar biasa. Seorang Levin Pamungkas mau repot-repot mengirimkannya pesan.
Sempat terlintas dalam benak Bianca, apa mungkin Levin merindukan dirinya? sama seperti Bianca yang juga merindukan laki laki itu.

"Seandainya rasa ini bener bener terbalaskan, gue capek tepuk tangan sendirian."

Setelah berpikir panjang. Akhirnya gadis itu mau membalas pesan dari Levin.

Levin

Gue ada kelas, kenapa?

Bianca kembali fokus pada dosen yang sedang berbicara di depan. Meskipun Bianca sedikit malas dalam mata kuliah hari ini, gadis itu tetap bersikap baik tidak akan membuat dosennya memberikan nilai E. baginya untuk saat ini tujuan Bianca adalah Harta, Tahta , Nilai A.

*****

"Ganteng doang, ya kali gue ganteng doang. Ganteng banget gini."

Levin melempar buku yang sejak tadi ia baca. Sudah jengah dengan kalimat yang di ucapan oleh Bagas.

"Bangs*t."

Bagas menghentikan acaranya saat ini, seperti biasa cowok bobrok itu sedang live di tik tok. Seleb tiktok cuy!

"Lo kenapa sih, kayak orang nggak jelas?" tanya Bagas dengan emosi menggebu gebu.

Levin mengambil kembali buku yang sempat ia lemparkan ke Bagas. Tentu saja buku itu lebih berharga daripada Bagas. Buku adalah sumber ilmu, sementara Bagas?

"Kepo!" ketus Levin.

"Lah... gimana nggak kepo. Lo aja jadi gila gini,"

Ting

Levin segera mengambil ponselnya, saat ada satu notifikasi masuk. Saat tahu siapa yang mengirimkan pesan, raut wajah Levin menjadi lebih cerah. Membuat Bagas langsung menghujatnya.

"Ganteng doang,"

"Bisa diem nggak sat!"

Bagas tersenyum bodoh, tahu jika sahabat dalam mode bucin.

"Ampun bang jago."

Levin mengangkat jempolnya ke arah Bagas, setelah itu kembali fokus pada ponselnya.

Bianca

Gue ada kelas, kenapa?

Dengan cepat Levin membalas pesan dari Bianca, ingatkan Levin jika dulu cowok itu tidak pernah membalas pesan dari Bianca. Paling hanya di baca, tidak lebih.

Nanti gue jemput, katanya mau di beliin seblak.

Katakanlah Levin sudah menjadi bucin, atau memang masih proses bucin? doakan saja ya readers.

"Mau kemana lo?" tanya Bagas saat Levin sedang memakai jaketnya.

"Sejak kapan lo jadi kepo? Urusin aja fans toktok lo itu." sindir Levin.

Bagas tersenyum bangga, ternyata sahabatnya itu tahu jika Bagas mempunyai banyak fans.

"Enggak jadi kepo, karena kepo nggak akan menambah jumlah followers gue."

"Sinting kok terus terusan." cibir Levin.

Bagas menatap Levin dengan tatapan terzolimi.

"Aku tertampar, terjungkal, terdampar tak berbentuk," Bagas terlalu dramatis agar mendapatkan simpati dari Levin.

Levin mengambil sepatu yang ada di sebelah Bagas mencoba mengabaikan ocehan tak berfaedah dari Bagas.

"Sebenernya gue kasihan sih sama lo gas," ucap Levin tidak kalah dramatis.

Kening Bagas berkerut heran.

"Tumben punya rasa kasihan ke gue. Biasanya ngehujat mulu kalau ketemu." Bagas merasakan aura negatif saat ini.

Levin melangkah ke arah pintu lalu berhenti kembali memperlihatkan Bagas.

"Iya itu."

Bagas menahan emosinya yang mulai terpancing.

"Iya itu apaan sat!"

"Astaghfirullah ampuni Bagas ya Allah."

Levin menggeleng heran, kenapa betah berteman dengan Bagas.

"Gue kasian aja kalau enggak ngehujat sehari aja, rasanya ada yang kurang gitu."

Bagas mendengus kesal.

"Sialan!"

Levin terkekeh geli melihat Bagas yang sudah terpancing emosi.

"Ganteng doang, tapi jomblo!"

Setelah itu Levin berlari menuju parkiran, tujuannya saat ini adalah menemui Bianca. Meninggalkan Bagas yang tengah mengabsen nama nama hewan yang ada di kebun binatang.


Mana vote dan komennya?

Bang Jago Si Almet Merah ❤️ (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang