Dilema

539 60 13
                                    


Sejak penolakan dari Levin, Bianca sedikit menjaga jarak. Ya hanya sedikit karena nyata cewek itu selalu mengikuti Levin dan Bagas.
Bukannya tidak tahu malu tapi jika sudah suka rasa malu menjadi nomor kesekian kalinya.

"Si kecil Udah mulai aktif ya Bun." Bagas menatap Levin dengan wajah memelas.

"Terlalu aktif." Jawab Bianca cuek.

Bagas bosan tidak mengganggu Levin beberapa hari ini, karena Levin selalu diikuti pawangnya.

"Lo segitu demennya sama kembaran gue bi, kalau orangnya enggak mau ya jangan di paksa."

Dalam hati Levin bersyukur karena untuk hari ini bagas tidak menunjukkan kebobrokannya, walaupun Levin harus rela di akui sebagai kembarannya tak apa.

"Levin mau kok cuma gede gengsi aja , iyakan sayang." Ucap bianca sambil mengedipkan mata, membuat Levin berdecak sebal.

"Sayang sayang pala lo , makan tuh rasa sayang yang bertepuk sebelah tangan." Bagas benar benar tidak habis pikir, kenapa ada perempuan cantik tapi bodoh seperti Bianca.

"Lo berdua cocok sama sama berisik, pacaran aja."

Keduanya menoleh ke arah kulkas dingin dua pintu, Levin.

"Gue ganteng dan gue enggak sombong." Ucap Levin saat menyadari bagas dan Bianca menatap ke arahnya.

"Untung sayang."

"Untung sahabat."

Ucap Bianca dan bagas bersamaan.

Levin mengangkat bahunya acuh, tangannya bergerak lincah di atas laptopnya. Levin tidak mau terlalu memperdulikan Bianca dan bagas yang terus saja meributkan hal yang tidak penting, karena itu Levin lebih memilih mengerjakan skripsinya.

Baru saja Levin ingin berfikir sejenak suara bagas sudah mengganggu ketenangannya.

"Belajar terus bisa bisa Lo lulus Langsung jadi dosen." Celoteh bagas yang kini mulai aktif.

"Kalau gue jadi dosen, gue pastiin lo bakalan jadi mahasiswa abadi." balas Levin mengerikan.

Pikiran Bagas terngiang-ngiang, bagaimana jika sahabat kesayangannya itu benar benar menjadi dosen sesuai ucapannya tadi.
Kata orang ucapan itu adalah doa.

"Gue capek capek doain Lo jadi dosen harusnya lo doain gue dong jadi arsitek."

Bianca hanya mampu menggelengkan kepalanya saat mendengar dua sahabat itu mulai saling serang.

"Gue udah doain Lo tiap hari." Jawab Levin santai, tanpa melirik bagas maupun Bianca walaupun hanya sedetik pun.

"Doain apaan, perasaan gue kok enggak enak?" tanya bagas merasakan aura negatif dari dalam diri Levin.

"Doain lo setelah lulus jadi penyanyi."

Bianca tidak kuasa menahan tawanya, suara bagas yang cempreng dan fals itu mana mungkin bisa menjadi penyanyi. Bagas mengusap dadanya dengan tabah seperti inikah balasan untuk dirinya yang selalu mendoakan kebaikan untuk levin.

Ck ! Bagas drama .

"Vin."

Setelah lama diam akhirnya Bianca kembali berbicara.

"Hm." Levin hanya membalas dengan bergumam pelan.

"Minta saran judul skripsi boleh." Ucap Bianca penuh harap.

Kini Levin mengalihkan pandangannya pada Bianca.

"Minta saran Bagas dia paling pinter diantara kita." Jawab Levin lalu kembali fokus pada skripsinya.

"Apaan dia aja kerjaannya cuma main tik tok terus." gerutu Bianca pada Levin.

Bagas yang baru saja akan berubah menjadi manusia baik, seketika jiwa menghujatnya meronta ronta ingin tersampaikan.

"Lebih baik gue sibuk main tik tok daripada ngejar seseorang yang deket sama kita tapi hatinya enggak bisa kita gapai."

Bianca memutar bola matanya malas, sampai kapanpun Bagas tidak akan rela jika dirinya bersanding dengan Levin.

"Tapi, karena jiwa kebaikan yang ada dalam diri gue ini enggak tega liat Lo gagal wisuda gue mau kasih saran beberapa judul." lanjut bagas dramatis.

Bianca menggeleng heran, paras yang diidam-idamkan banyak gadis memang ada dalam diri Bagas. Tapi, sikap sombong cowok itu membuat semuanya tidak berguna.

"Lo, nurut aja bi kalau udah bijak gitu berarti otaknya udah normal." saran Levin pada Bianca. Sementara itu Bianca hanya mengangguk saja.

"Judul pertama."

Levin memilih membereskan barang-barangnya, karena firasatnya tentang bagas tidak pernah salah.

"PENGARUH KESUBURAN KANGKUNG TERHADAP SENYUM KAMBING."

Nah kan, firasatnya tidak pernah salah.

" Yang bener gas." ucap Levin saat tahu raut wajah Bianca Terlihat kesal.

Bagas mengangguk patuh.

"Judul kedua." Ucap bagas.

"Udah enggak perlu." cegah Bianca cepat.

Tapi Bagas tetap melanjutkan misinya memberikan pencerahan kepada Bianca, kurang baik apa abang bagas ini reader.

"PENGARUH ODADING MANG OLEH, TERHADAP BERUBAHNYA MANUSIA MENJADI IRON MAN."

"Sinting!"

Levin benar benar tidak menyangka jika bagas secerdas itu.

"Kalau bukan karena Levin gue males dengerin Lo."

"Kalau bukan karena Levin gue juga males repot repot ngasih saran ide berlian gue ke Lo." Jawab bagas.

Levin hanya menghembuskan nafas pelan lalu bertanya kepada bagas.

"Gue harap judul skripsi Lo enggak lebih bobrok dari kelakuan Lo."

Bagas tersenyum bangga seolah dirinya sudah tidak bobrok lagi.

"Lo bakalan kagum sama judul skripsi gue." Ucap bagas serius, Levin hanya mengangguk.

"Dih pd gila Levin kagum sama lo." cibir Bianca.

"Enggak boleh gitu bi." Tegur Levin.

Bagas tersenyum penuh kemenangan melihat Levin yang berhasil menjinakkan Bianca.

"Emang apa judulnya?" tanya bianca.

Bagas tersenyum tipis.

"PENGARUH MAKAN TOMAT TERHADAP KEGOBLOKAN IKAN HIU."

1 detik

2 detik

3 detik

Tidak ada sahutan apapun dari manusia sekitar.

" Susah punya temen yang bobroknya Natural." ucap Levin lalu berdiri menatap Bianca.

"Ikut gue bi, biarin bagas fokus ternak ikan hiu." ajak Levin pada bianca.

Sementara itu bagas terkekeh geli melihat sahabatnya kesal.

"Ikan hiu makan tomat, adalah bukti kalau si hiu udah mulai vegetarian perlu gue jadikan penelitian."






Akhirnya setelah ratusan purnama enggak update ya...

Feel-nya kurang gapapa.

Yok siders dari mana aja??

Follow ig ku ya : @Riaer26


Bang Jago Si Almet Merah ❤️ (End)Where stories live. Discover now