Athanasius

718 89 3
                                    

"Oh, dia anak yang diadopsi Baron, kan?"


Ramir, menyadari rambut merah muda langka yang mencolok dari nona itu, bertanya sebelum menengok ke adiknya yang terlihat berakar di tempatnya "Adira?"


Tapi, adik kecilnya tidak bergerak maupun merespon. Dia hanya menatap lurus ke arah pendatang itu dengan pandangan dingin luar biasa.


Dia (Ramir) dengan tangan satunya menekan lembut tangan Adira dan sedikit kaget karena rasa dingin menusuk pada kulit yang disentuhnya.


Dia tidah tahu apa karena udara dingin musim dingin dan dengan pakaian yang dikenakannya -- dengan pundak terbuka...dan ya! itu sedikit terlalu untuk Adiraku sayang! -- atau sesuatu yang lain.


Dia, dengan lembut, meremas tangan Adira untuk menyadarkannya dan untungnya berhasil saat dia melihat warna kembali ke pipi pucat Adira sebelum dia (Adira) tersenyum padanya. Memberi tahu bahwa dia baik-baik saja.


"Apa kamu kedinginan? kamu terlihat pucat" suara Ramir terdengar khawatir dengan kesehatan adik cantiknya.


Dia sehat, ya, tapi kamu tidak akan pernah tau. Jangan memanggilku terlalu protektif! kalian semua tidak bisa dibandingkan dengan setengah dari Adira cantikku!


Menggelengkan kepalanya lembut, Adira mengalihkan pandangannya kedepan setelah menjawab "aku baik-baik saja, kak" dan melanjutkan menuruni tangga dengan masih samar menyadari keberadaan di belakangnya.


Dia memang lupa kalau mereka seumuran, tapi dia tidak akan pernah lupa bagaimana dia (gadis berambut merah muda) menjalar menaikan statusnya dan berhasil mencuri prianya dibawah hidungnya.


Dia tidak akan lupa bagaimana rasa sakit dari pedang yang menusuknya tidak akan pernah bisa dibandingkan dengan sakitnya penghianatan untuk cintanya dan sakit itu akan selalu terasa aneh dari hubungan segitiga canggung itu.


Dia sang tunangan, istri dan ratu, tapi dia disingkirkan begitu saja hanya dengan beberapa kata manis dari nona manis, imut dan cantik sepertinya.


Dipikir-pikir, kenapa aku merasa ada sesuatu yang penting yang aku lupakan?


Pikir Adira ketika dituntun Ramir menuju aula dimana acara berlangsung. Dia tidak sadar tatapan khawatir dari kakaknya ataupun hal lain sampai namanya diumumkan secara lantang pada peserta pesta.


Dia tersentak -- memutuskan untuk sementara menunda apapun yang ada dipikirannya -- dan segera memperbaiki posturnya.


Dengan bantuan Ramir, kakaknya, dia menuruni tangga dibawah pandangan semua orang. Mereka tetap menatapnya, seperti anjing liar melihat tulang premium, menunggunya membuat kesalahan.


Tapi, bukan Adira jika membiarkan mereka mendapatkan bahan gosip yang mereka inginkan. Malah dia melayang menuruni tangga menuju bagian tengah dimana para tamu berkumpul, begitu mulus dan elegan, seperti yang mereka lihat adalah seorang dewi yang memberkati mereka manusia biasa.

She Becomes a Passive Villainess - Not! (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang