Seorang Anak?!

1.3K 122 0
                                    

Area bangunan: Sayap Timur


Matahari bersinar menembus jendela-jendela dan memancarkan cahaya lembut ke dalam ruangan suram milik gadis bangsawan.


Terasa panas dan terang. Dengan kata lain, menyebalkan.


Perlahan membuka mata, dengan bulu mata hitam yang terlihat seperti kupu-kupu dan manik mata abu dingin dengan cahaya menyilaukan sinar matahari yang menerangi sosoknya dibalik kanopi merah.


Seorang gadis, dengan pakaian pelayan, menyadari gerakan dari gadis (bangsawan) itu dan segera mendekat ke samping tempat tidurnya dengan wajah khawatir.


"Nona! Bagaimana keadaanmu? Apa yang kamu rasakan?"


Nona? apa maksud wanita ini?


Gadis itu (Nona) mengerang lembut dan mendorong dirinya bangun untuk memeriksa sekitarnya.


Apakah aku selamat dari terjun itu? atau dari tusukan itu?


"Nona! apakah kamu membutuhkan sesuatu?" Pelayan itu melanjutkan kekhawatirannya. "Ah! Air! apakah kamu ingin air?"


Ya. Air. Aku haus.


Dia mengangguk perlahan dengan usaha yang besar. Dia merasa lemah. Seperti dia sudah lama tidak bangun mungkin sekitar beberapa hari.


Pelayan yang menunggu, melihat gerakan persetujuan dan langsung bergegas menuju guci dan menuangkan air untuk Nonanya sebelum bergegas kembali ke sampingnya memberikan sesuatu untuk meredakan tenggorokan keringnya.


Setelah meneguknya ke tenggorokan dan membersihkan (berdeham) beberapa kali, dia bertanya dengan suara paraunya "dimana...aku?"


"kamu di rumah, nona! kamu terjatuh dari kuda dan demam setelahnya! Tolong tunggu sebentar! Ibu dan ayah Nona sangat khawatir! aku akan pergi dan memanggil mereka" Dia mengoceh sebelum menghilang di balik pintu putih dengan hiasan dan gagang perak.


Pemiliknya pasti penggemar perak.


Pikirnya sebelum menyesuaikan dirinya dan bersandar pada tempat tidur. Dia mempelajari sekitarnya yang anehnya terlihat begitu familiar untuknya.


Apa ini? Kenapa terlihat seperti kamar lamaku? apakah si brengsek cabul itu mendekorasi ulang ruangan ini?


Dia melanjutkan matanya menjelajah dan tiba-tiba tersadar dengan suara benturan keras saat pintunya terbuka lebar. Seorang wanita, yang mungkin sekitar umur 20an akhir, dan seorang pria, yang terlihat berumur awal 30an, terburu-buru masuk dan mereka langsung berbondong-bondong ke samping tempat tidurnya.


Wanita itu memiliki rambut hitam dengan sedikit semburat abu yang indah. Sedangkan si pria memiliki rambut cokelat gelap yang hangat dan manik (mata) abu-abu dingin. Tapi tidak terlihat dingin sama sekali, hanya ada kekhawatiran, kecemasan, kelegaan dan kegembiraan.


"oh anakku sayang, apa kamu baik-baik saja? apa ada yang sakit? katakan pada ibu nak"


"sayang, bagaimana keadaanmu? kamu butuh sesuatu?"


Mereka bertanya dengan cepat. Gadis itu (Nona) hanya duduk, terheran-heran. Mereka seharusnya sudah meninggal. Mereka meninggal mencoba melindunginya. Mereka mengorbankan hidup mereka sebagai ganti hidupnya (Noa), untuk membuktikan ketidakbersalahannya.


"Kenapa... Kenapa kalian disini?" Dia (Nona) bergumam dengan suara lirih dan lembut yang membuat mereka hampir tidak bisa mendengarnya. Dia tidak mengerti (bingung). Apa yang sedang terjadi? Kenapa orang tuanya ada di depannya, hidup dan sehat?


Apa aku bermimpi? apa aku benar-benar sudah mati?


"apa.... apa aku di surga?" Dia bertanya lagi saat mereka tidak menjawabnya, (mereka) bingung dengan pertanyaan mendadaknya.


"Sayang, kamu disini. Dengan kami. Hidup dan baik-baik saja" Jawab ibunya setelah sempat melirik ke suaminya.


"Benar. Kamu hanya jatuh dari kuda, tidak ada yang serius. Dokter berkata kamu hanya sedikit terkilir" Ayahnya meyakinkannya, membelai lembut rambutnya. Dengan cara yang sama seperti dalam ingatannya pada tahun-tahun dulu.


"Ya, tapi tiba-tiba kamu demam dan kami khawatir. Kamu tidur selama 3 hari. Kami benar-benar, sangat khawatir" Ibunya mengangkat tangan merasakan suhunya (Nona) sebelum menghela nafas lega merasakan kondisinya sudah kembali normal.


"Kuda? Demam? 3 hari?" Dia mengulangi berbicara pada dirinya sendiri. Itu tidak mungkin. Yang dia ingat, dia ada di Ibu Kota. Dia juga tidak terjatuh dari kuda tapi dari lonceng menara setelah dia diserang.


Setelah mengingat dia tertusuk dari bagian bahu, dia langsung menengok ke arah bahu kirinya dan turun ke arah gaun malamnya untuk menemukan tidak ada luka. Bahkan tidak ada goresan kecil sekalipun.


Yang lebih aneh, bahunya terlihat terlalu kecil. Bahkan tangan dan jari-jarinya, mereka kecil dan sedikit chubby. Dia menarik beberapa helai rambutnya ke depan untuk mengamati dan terlihat lebih pendek dari yang dia ingat. Akhirnya dia menyibak selimut yang menutupinya memperlihatkan sepasang kaki pendek dan sedikit chubby.


Apa ini? aku... aku... seorang anak (kecil)?!


Dan dengan kenyataan yang dia temukan, dia, sekali lagi, diserang demam tinggi -- membuat seisi rumah kacau lagi.

She Becomes a Passive Villainess - Not! (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang