Kriteria Pasangan?-24

2.1K 276 0
                                    

Setelah selesai melaksanakan sholat berjamaah di mushola rumah sakit yang di imami oleh Azriel, mereka pun kembali ke ruangan dimana Ilyas berada.

Shafa dan Nayla masuk kedalam ruangan tersebut sementara para pria itu memilih untuk duduk bersantai di depan.

Azriel yang sedari tadi duduk disamping Adam kini mulai bertanya dengan nada pelan, "Gue boleh ngomong bentar sama Lo?"

Pria itu menoleh lalu mengangguk, keduanya pun berpamit dan memutuskan untuk berbicara didepan tangga yang tak jauh dari sana.

"Mau ngomong apaan?" tanya Adam.

Azriel menghela napasnya pelan lalu bertanya, "Kriteria cowok idaman Shafa itu gimana?"

Damn!

Adam yang tadinya menunduk dengan tasbihnya kini mulai menyorot Azriel dengan alis yang mengernyit bingung.

Pikirnya kenapa tibea-tiba? Barusan kemarin ia dibuat sakit hati tetapi dengan waktu yang singkat ia bisa melupakan itu semua.

"Yang bener? Lo nanya gitu serius?"

Azriel mengangguk. Namanya juga Kakak, pasti curiga ketika ada seorang pria yang ingin mengenali Adiknya lebih dalam, sekalipun temannya sendiri.

"Emangnya kenapa? Lo tiba-tiba nanya gitu."

"Ya gue cuma nanya kok, kalo lo gak mau ngasih tau juga gak papa."

Smirk di wajah Adam mulai terlihat, "Jangan-jangan lo mau ngekhitbah Adek gue ya?"

Terdiam, Azriel terkekeh kecil tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Kriteria cowok idaman Shafa? Pinter agama, gak peduli tampang ganteng atau nggak, yang penting agama nya bagus, adab nya bagus, terus bisa bimbing dia ke jalan yang benar, udah."

Azriel mengangguk paham, entah apa tujuannya bertanya seperti itu. Mungkin, suatu saat nanti ia akan benar-benar datang untuk melamar gadis itu.

"Lo suka sama Adek gue?"

Baam!

Ada apa dengan pertanyaan itu? Wajah Azriel seketika memerah, ia tak tahu harus menjawab apa.

"Lo ngelupain Lista secepat itu?" lanjut Adam.

Lagi-lagi Lista. Azriel sedikit kesal, "Gue gak lupain dia, Dam. Gue cuma udah ikhlas sepenuhnya sekarang, lo inget kan? Segala sesuatu yang hilang dari kita pasti akan ada gantinya, ya mungkin gue emang gak pantes buat dia dan Allah pengen dia dapetin yang terbaik."

Adam merasa bangga, senyumannya terukir tipis lalu ia pun menepuk pundak Azriel, "Semangat, bro! Gue salut sama lo!"

Pria yang ditepuk hanya terkekeh kecil, merasa senang? Sangat. Ia hanya bisa berikhtiar kepada Allah dan mengadukan semua perasaannya lewat sepertiga malam akhir.

***

"Kak Yusuf, anterin Shafa dong. Tadi Umma nelepon katanya disuruh pulang, bantu beresin rumah.. Soalnya besok kan ada pengajian."

Yusuf menghela napasnya berat. Ketika ia sudah duduk, malas sekali rasanya bangkit kembali.

"Ih males ah, sama Kak Adam aja sana."

"Enteng banget bilangnya, dih. Kesel aku." Sungut Shafa yang beranjak pergi meninggalkannya.

Langkahnya terus melaju, mencari-cari keberadaan Adam dimana dan tak lama kemudian, ia pun menemui pria itu.

Assalamu'alaikum Jodohku [ END✔ ]Where stories live. Discover now