Rapat-05

2.7K 292 44
                                    

Setelah pulang kuliah, Shafa pun bergegas pergi ke sebuah perpustakaan besar yang berada di dekat taman hiburan di persimpangan jalan kampusnya.

Karena semua anggota dari komunitasnya meminta Shafa untuk hadir dalam rapat kajian tersebut.

Sebelum masuk kesana, tiba-tiba saja Shafa menabrak seorang wanita yang tidak ia kenal.

Brukk!

"Astaghfirullah! M-maaf Kak... Maaf," sontak Shafa dengan sopan.

Wanita bergamis biru di depannya itu sedikit meringis lalu bangun dengan dibantu oleh Shafa sambil berkata, "Iya... Gak papa kok, aku juga minta maaf ya... Soalnya gak liat-liat tadi."

Sangat halus wanita itu berbicara, ia pun mendongak menatap Shafa lalu bertanya, "Kamu... Ketua dari komunitas kajian islamiyah, kan?"

"Um... Iya Kak," sahut Shafa.

Wanita itu tersenyum girang lalu meraih tangan Shafa, "Kenalin.. Nama aku Rabiatul Kalista indriani, panggil aja Lista, kamu?"

"Nama aku Kashafa Andyra Al-azhar, panggil aja Shafa Kak," balas Shafa dengan senyum dibalik cadarnya.

Lista menggenggam erat tangan Shafa lalu berkata, "Aku mau ikut komunitas kajian kamu."

Mendengar hal itu, mata Shafa terbelalak kaget. Ia merasa sangat senang karena masih ada yang ingin bergabung dengan komunitas muslimahnya.

"Maa syaa Allah tabarakallah... Alhamdulillah... Nanti hari jum'at insyaa Allah kita bakalan ngadain pengajian lagi Kak di mesjid agung, dari ba'da maghrib sampai azan isya, Kakak dateng ya... Ntar biar Shafa kasih syarat-syarat pendaftaran nya disana," jelas Shafa panjang lebar.

Lista mengangguk dengan senang hati, "Makasih ya... Ya sudah, Kakak lagi buru-buru nih, duluan ya... Assalamu'alaikum."

"Iya... Fii amanillah Kak, wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," balas Shafa pada Lista yang mulai berlalu meninggalkannya.

Senyum nya terus berbinar-binar hingga ia sampai ke dalam perpustakaan tersebut.

Disana, Shafa mendapati Zahra, Rayana, Kania, dan dua wanita lainnya yang sudah duduk menunggu nya di sebuah meja bundar di titik tengah ruangan tersebut.

Mereka menatap Shafa lembut lalu tersenyum manis.

"Assalamu'alaikum... Maaf ya lama," ujar Shafa yang mulai duduk di samping Zahra.

Mereka mengangguk, menjawab salam Shafa dan memahami alasan yang tengah dijelaskan oleh gadis bercadar itu.

"Nah.. Shafa udah dateng, Zah. Sekarang kamu yang angkat bicara," titah Rayana sambil menopang dagunya dengan kedua tangan yang di genggam.

Zahra mengiyakan perintah Rayana, gadis bercadar maroon senada dengan khimar nya itu kini mulai bangkit dari duduknya lalu menyapa teman-temannya dengan ramah.

"Baik, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh," sahut semua gadis yang duduk melingkar di depannya.

"Yang saya hormati adalah Shafa selaku ketua dari Komunitas kajian islamiyah akhwat, dan Rayana sebagai founder komunitas ini serta para panitia yang saya sayangi dan saya cintai."

"Maa syaa Allah... Bagus kali pembukaan kau Zah," puji Sofia dengan matanya yang menyipit karena tertawa.

Zahra terkekeh kecil, ia tak menanggapi perkataan Sofia barusan karena dirinya memang tidak suka di puji.

"Langsung aja ya, jadi gini. Tema yang akan kita bahas pada jum'at malam nanti adalah wanita sholehah, tapi... Sayangnya... Pematerinya belum dapet."

Shafa sudah menduganya, ia hanya diam mendengarkan intruksi sang teman di sampingnya itu.

"Ada yang punya usul gak? Kalo ada... Tolong angkat tangan," pinta Zahra yang kembali duduk di kursinya.

Tak lama kemudian, Kania mengacungkan telunjuknya, ia mulai membuka bicara dan berhasil membuat Shafa tercengang.

"Gimana kalau kita berlangganan aja sama Kak Azriel? Soalnya aku ngerasa... Beliau itu orangnya cepat tanggap loh."

Mata Shafa terbelalak kaget, entah kenapa nama pria itu berhasil membuatnya tak nyaman.

"Gak ada Ustadz atau Ustadzah yang lain gitu?" tanya nya.

Semua temannya menggeleng kecil. "Tadi aku udah ngehubungin Kak Tifah, beliau bilang gak bisa.. Soalnya ada acara," ucap Kania.

"Kak Adam aja gimana?" sosor Meyra.

Shafa mendengus pelan, "Gak bisa kalau Kak Adam mah... Soalnya akhir-akhir ini kadang dia sibuk belajar di perusahaan Abi."

"Ya udah, Kak Azriel aja deh." Ucap Sofia dengan santainya.

Zahra menatap Shafa lalu bertanya, "Anda selaku ketua, gimana?"

Pasrah sudah. Shafa tidak mau bersikap egois, ini demi kepentingan kajian nya. Ia pun mendengus pelan lalu mengangguk kecil, "Iya."

Keenam wanita itu pun menatap Shafa lalu tersenyum senang.

Tenang Shafa.. Tenang, batin Shafa.

***

"Kamu udah beli cincin nya, Nak?" tanya Melati, Ibunya Azriel.

Pria itu mengangguk lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celana nya dan memberikan benda itu pada Melati.

"Tapi... Aku belum siap Ummi, aku masih pengen fokus ngedakwah, lagian kan... Aku juga masih muda," lirih Azriel menatap Melati sendu.

Wanita berniqab itu tersenyum menatapnya, "Menikah itu tidak peduli tentang berapa umurnya Nak, mau tua... Mau muda, yang terpenting adalah niat kita dalam beribadah."

Azriel menunduk, berat sekali rasanya di jodohkan seperti ini.

"Ummi lihat... Kamu juga suka sama dia, kan?" tanya Melati seketika.

Tak dapat di pungkiri, Azriel memang mengagumi sosok Lista karena wanita itu lembut hatinya serta teguh dalam beribadah.

Ia hanya menghembuskan napas berat lalu mengangguk kecil.

"Tapi kan, aku bisa nentuin sendiri kapan waktu buat ngelamar dia, Ummi," pungkas Azriel.

"Lebih cepat lebih baik, Nak. Bukannya Ummi ngebet banget pengen nikahin kamu sama Nak Lista... Tapi Ummi cuma gak mau bikin kamu menyesal nanti nya," balas lembut Melati.

Azriel kembali diam, ia benar-benar tidak siap untuk menikah sekarang, yang hanya ia pikirkan adalah terus berdakwah.

"Ya sudah, kalau begitu... Ummi cuma ngikutin enaknya kamu gimana aja," ujar Melati.

Pria yang berdiri di sampingnya itu kini langsung menoleh dengan mata yang membulat. Ia terus menatap Melati, pikirnya kenapa tiba-tiba? Apakah Melati marah padanya?

"Ummi... Gak marah sama Azriel, kan?"

Wanita itu terkekeh kecil sambil menepuk pundaknya pelan, "Haha... Nggak, yang menjalani itu semua kan nantinya kamu, Nak... Ummi gak mau maksa kamu terus-terusan sampai ngerasa gak enak kayak gitu."

Syukurlah, Azriel menghembuskan napas lega dan langsung saja ia dekap erat wanita itu dengan perasaan yang teramat senang.

Nanti malem sholat istikharah aja deh... Aku yakin, pilihan Allah lah yang terbaik, batin Azriel dengan senyum manis nya.
.
.
.
.
.
See u next part❤️
Jangan lupa buat ninggalin jejak kalian sama kritik dan saran nya ya♥

Assalamu'alaikum Jodohku [ END✔ ]Where stories live. Discover now