Tak Menyangka-33

2.2K 244 0
                                    

Terlahir dari keluarga yang bisa dibilang kaya raya, tetapi mereka lebih memilih untuk menyedekahkan harta tersebut dan hidup sederhana saja.

Ibunya yang memiliki keturunan Arab, sementara Ayahnya memang asli berdarah Palestina. Ia di didik sejak berusia tiga tahun dan di ajarkan untuk lebih mengedepankan akhlak diatas ilmu.

Ia menjadi terkenal oleh publik karena sering muncul di media sosial dan media massa dengan dakwahnya serta selalu berhadir pada acara besar islam se Indonesia.

Azriel, siapa yang tak kenal dengan nama itu? Terasa asing mungkin, hanya sedikit orang-orang yang tidak tahu dengannya.

Pagi ini ia menelepon Adam dan meminta temannya itu untuk segera menemuinya di sebuah cafe yang biasa ia datangi, ada satu hal yang harus ia bicarakan dengan pria itu.

Tadi malam ia sudah membicarakan hal penting dengan kedua orangnya, yakni soal melamar Shafa.

Niatnya kali ini tak main-main dan tak ingin menunda lagi. Kedua orang tuanya juga sudah setuju dengan niatnya tetapi Azriel diminta untuk mengenali lebih dalam lagi tentang Shafa.

Jantungnya berdegup kencang, ia merasa sedikit takut ingin membicarakan tentang itu kepada Adam.

"Huh ya Allah.. Aku berserah kepadaMu," monolognya pelan.

Hingga tak lama kemudian, Adam pun berhadir dengan jas biru malamnya. Ia yang tadinya sedang berada di kantor langsung saja bergegas pergi menemui Azriel.

Pria berhidung mancung itu duduk di depan Azriel lalu mengucap salam, "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullah.."

"Mau ngomong apa, Zriel? Serius banget kayaknya," tanya Adam.

Azriel merasa ragu, ia tepis kuat-kuat rasa takut itu lalu menghembuskan napasnya berat, "Huh ya Robbi.. Gue mau ngelamar Shafa."

Adam sontak tercengang pada temannya itu, kedua alisnya mengernyit bingung lalu ia kembali bertanya, "Lo serius, Zriel? Gue gak salah denger kan?"

Azriel menggeleng kecil, "Lo gak salah denger, Dam. Gue serius, gue suka sama Adek lo."

Adam terdiam sebentar, terkejut? Sangat. Seketika ia tak bisa berkutik lagi, ia pikir pertanyaan Azriel tentang kriteria lelaki idaman Shafa waktu itu hanyalah candaan belaka, tetapi ternyata pria itu memang tak main-main.

Ia kembali menyorot pada Azriel, "Gue nanya, kenapa lo suka sama Adek gue? Apa yang lo suka dari dia? Dia cantik? Baik? Sholehah? Atau apa yang ada di pikiran lo saat lo ngeliat dia?" tanya nya.

Azriel kembali menatapnya sambil berkata, "Bukan mata gue yang memilih dia jadi pendamping hidup gue, Dam. Tapi hati, dia cantik? Diluar sana masih banyak cewek yang lebih cantik, dia baik? Diluar sana juga masih banyak cewek yang lebih baik, dan dia sholehah? Masih banyak diluar sana cewek yang lebih sholehah. Sejatinya, kalau mata yang memilih itu pasti gak akan ada habisnya."

"Apa yang bikin lo yakin mau ngelamar Adek gue?"

"Niat gue lillahi ta'ala, semata-mata karena Allah. Lo juga pasti tau kan, yang pernah hilang pasti ada gantinya yang lebih baik lagi."

"Gue sebagai Abang sulung dia, insyaa Allah ngerestuin lo sama Shafa. Tapi, percuma kalo lo ngomong masalah ini sama gue doang."

"Maksudnya?" tanya Azriel spontan.

"Lo harus nemuin Abi sama Umma gue, lo minta restu sama mereka, sekalian ajak kedua orang tua lo."

Jawaban seorang Adam lantas membuat Azriel tersenyum senang, "Gue bakalan ngelakuin itu." Balasnya sambil menatap pria itu.

Assalamu'alaikum Jodohku [ END✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang