Sebuah Keputusan-36

2.5K 283 15
                                    

"Kenapa kamu gak langsung jawab aja sih kemarin, Dek?" tanya Yusuf kesal pada Shafa yang tengah bersiap-siap untuk pergi ke kampus.

Gadis itu mendengus sebal, "Aku harus diskusi lagi sama Allah, Kak. Walaupun dia emang cowok yang baik-baik.. Tetep aja, kalo dia emang jodoh Shafa, insyaa Allah, pasti bakal dimudahin semuanya kok."

Ada benarnya juga, Yusuf mengangguk paham sambil mengusap dagunya pelan.

"Ya udah, Shafa berangkat dulu ya, assalamu'alaikum." Pamit Shafa yang meraih tangan pria itu lalu menciumnya.

Gadis bercadar hitam itu kini mulai keluar dari kamarnya meninggalkan sang Kakak seorang diri.

***

"Gimana ta'aruf lo kemaren? Lancar kan?" tanya Wildan pada Azriel yang tengah berkutat pada laptopnya.

Pria berkacamata itu mengangguk pelan sambil berkata, "Alhamdulillah lancar.. Tapi dia belum jawab lamaran gue."

"Hah? Maksudnya?"

"Dia minta waktu, ya mungkin buat diskusi sama Allah dulu."

Wildan pun mengangguk paham, "Terus besok? Lo serius kan ikut ke pernikahan Lista?"

Azriel menghembuskan napas berat, "Insyaa Allah, Wil. Walaupun gue ngerasa gak yakin."

Sang teman mengernyit bingung, tak paham dengan ucapan Azriel barusan, "Gak yakin apanya?"

"Lo pasti tau perasaan gue gimana, gue masih berusaha ngelupain dia dan fokus sama rencana penting gue."

"Bener juga, kalo lo masih ngerasa berat.. Gak usah, Zriel. Biar kita aja nanti yang nitipin salam buat dia."

Azriel terkekeh kecil dan kembali berucap, "Udah.. Gak papa, gue bukan sadboy kali. Besok biar gue yang jemput lo sama yang lain."

Wildan paham betul bagaimana sikap Azriel biasanya. Tetapi kalau masalah perasaan jatuh cinta, ia tak bisa menebak. Karena sejak dulu Azriel tak pernah merasakan jatuh cinta sebelum Lista.

"Oh iya, Lo kenal sama Ustadz Malik gak?" tanya Azriel seketika.

Temannya itu mengangguk pelan, "Ustadz ngaji kita waktu SD kan?"

"Iya. Beliau minta gue buat ketemu di kampus Al-ihsan," balas Azriel.

"Ngapain kesana?"

"Ngambil materi, gue masih belajar sama beliau."

"Eh tapi, bukannya Al-ihsan itu kampusnya Shafa?" tanya Wildan seketika.

Azriel mengernyit menatap temannya itu, ia tak tahu sama sekali dimana Shafa menempuh pendidikan terakhir ini. "Yang bener, Wil? Serius lo?"

"Iya, Ustadz Malik dosen apa?"

"Agama. Loh? Shafa jurusan agama juga, berarti? Ah jangan sampe gue ketemu dia nanti disana." Cerocos Azriel sembari mengusap wajahnya.

"Emangnya kenapa, Zriel?"

Azriel menghembus napasnya pelan, "Sekarang malah gue yang ngerasa gugup kalo ketemu dia," ujarnya.

Assalamu'alaikum Jodohku [ END✔ ]Where stories live. Discover now