Part 3

191 13 130
                                    

Hari pertama aku bersama sekerumunan para wanita yang diduga adalah selir sang kaisar menuju ke sebuah ruang makan. Mereka sering berpakaian kimono dan rambut yang disanggul. Meski meniru mereka, namun rambut yang ku sanggul agak berbeda, yakni dengan cara zaman sekarang. Hal itu ku lakukan agar aku terlihat berbeda dengan lainnya. Dengan begitu, aku akan mudah dikenali saat memainkan peranku.

Mataku seketika dibuat terpana dengan keindahan ruangan bercat merah ini, lukisan-lukisan arsitektur bertema pemandangan gunung terpampang jelas sangat indah menghiasi ruangan.

Hatiku berdecak kagum merasakan selarasnya ruangan yang sangat besar ini. Ditambah dengan aroma kelezatan makanan yang menyeruak mulai mencuri perhatianku. Beruntunglah disini belum ada satupun keluarga kerajaan yang datang. Mungkin kamera masih saja tersorot pada mereka, jadi aku bebas bertingkah sesukaku.

Ketika melihat kursi yang indah ini, aku tidak bisa menahan diri untuk duduk di sini. Makanan yang sangat enak dan terlihat lezat sudah menggoda cacing di dalam perutku. Sesaat hendak mengambil sepotong roti, salah satu selir menarik tanganku dengan kasarnya.

"historia, kau janganlah duduk disitu!"

"kenapa? Ini kan waktunya makan! Terus kalian kenapa berdiri disana? Sebelum memulai syuting, kita kan harus sarapan dahulu!" aku membantahnya dengan menepis tangan selir itu. Mereka tak bisa menyembunyikan tatapan marahnya karena kelakuanku.

"ini sudah peraturan selir disini, kita tidak boleh duduk di tempat yang terhormat! Kau tidak boleh melanggarnya!" selir berambut coklat pendek mulai ikut memarahiku.

"aku cuma ingin sarapan sebentar! Lagi pula aku kan pemaisuri!" kesalku membela diri.

"bfft kau pikir kau adalah seorang pemaisuri? Mengacalah pada dirimu kalau kau hanya selir biasa yang tidak berguna!" ucap matsuri kesal, dia menggoyang-goyangkan kursi yang ku pakai. Tapi aku tidak mempedulikannya dan bersikeras untuk diam di tempat.

"sebenarnya apa gunanya kau menjadi selir? Kau saja tak mau disentuh oleh Yang Mulia kaisar!" gerutunya.

Aku hanya membatin kesal, 'ini kan cuma film, mana ada adegan seperti itu untuk anak dibawah umur sepertiku! Kalaupun nyata, siapa yang mau diempat puluhkan selir!'

.

Setelah lima menit kemudian, para anggota keluarga kerajaan datang dan duduk di kursi masing-masing. Ku lihat ada seorang pria yang berdiri disampingku menatap nanar dan tajam kearahku. Barusan menyadari kalau kursi yang aku pakai ini milik tobirama sang pangeran.

"kenapa kau disini?!" tanya pria berambut perak dengan tatapan menusuknya ditujukan padaku.

"apa kau tidak melihatku hendak sarapan pagi?!" balasku dengan nada angkuh.

Gubrakan meja melayang didepanku. Sekejap tubuhku sedikit terjungkal lantaran sangat terkejut mendengarnya. Ku balas tatapan tajamnya seolah tidak terima. Tak hayal pria ini merasa tertantang dengan sikapku, dia semakin murka dan menekanku dengan aura negatifnya.

"Wanita rendahan sepertimu tidak berhak menatap mataku! Aku ini adalah orang terpandang. Tidak sembarangan orang bisa berbicara denganku!" bisiknya dengan nada dingin dan sarkas.

.

Bukannya aku membalas balik ucapannya tapi, aku malah tertawa kecil mendengar ucapannya karena dia pria yang tak mau mengalah pada wanita sepertiku. Seluruh orang menatapku tak percaya. Wanita itu berani sekali, gumam mereka. Aku tidak peduli karena aku sengaja membumbui ceritanya. Tak kusangka disetiap detik film selalu berlanjut tak sesuai dugaanku.

The Gooddes Of Love (Naruto OC) ENDWhere stories live. Discover now