Part 24

37 5 1
                                    

Beberapa bulan berlalu.

Ku ketuk pintu ruangan itu dan memasukinya setelah ada suara yang mengizinkanku masuk. Dia tampaknya sibuk dengan urusan pekerjaan.

"kenapa kau memanggilku?" tanyaku, aku tidak suka berbasa-basi memanggilnya dengan gelar yang tinggi saat tidak ada siapapun disini.

Madara menghampiriku, "turunkan anak haram itu! Seorang pemaisuri tidak boleh menggendong anaknya didepan umum!"

Aku mendecih tidak sopan, sembari menurunkannya. "jangan memanggilnya anak haram! Kalau tidak suka panggil saja 'anak Historia atau Historia mini!'"

Madara menamparku cukup keras. "jangan membantah saat aku berbicara!" ucapnya dingin.

Ku pegangi pipiku yang merintih kesakitan. Anakku sudah ketakutan dan berdiri di belakangku, bersembunyi. Hanya Akashi saja yang mengerti kondisi burukku disini.

"setelah sekian lama, aku baru menyadari pelaku yang menghasut rakyatku untuk memberontak. Kau lah orang itu! Bodohnya aku yang terus mengelak jika inilah kebenarannya. Kau berkhianat di belakangku!"

Aku tersenyum lembut, "ya, tapi bukan berarti aku berkhianat. Aku kan melakukan semua ini demi kebaikan orang-orang!"

"apa dengan mengendalikan perdana menteri keuangan adalah keadilan? Pikirkanlah! Kau hidup disini dengan semua fasilitas yang ku punya, tapi hartaku semakin berkurang saat kau mulai membagikan kekayaanku pada rakyat bodoh seperti mereka!"

"kau kan hidup dari rakyat, lalu kenapa kau bilang tidak membutuhkan mereka?"

Madara menjadi sangat murka, dia hendak menamparku kembali. Namun sebelum itu, aku mengeluarkan kekuatan baruku untuk mengendalikannya.

Seketika itu dia langsung terhenti sejenak, tatapan matanya berubah menjadi kosong.

"sekarang lakukan saja perintahku untuk menghilangkan peraturanmu yang kejam itu"

"baiklah" jawabnya singkat.

"kau sangat menyebalkan sekali! Kejam dan kasar!" umpatku didepannya. Dia hanya bisa diam saja seperti boneka. Akh aku baru ingat berkata kasar didepan anakku. Spontan saja ku tutupi mulutku dengan telapak tangan.

Tok tok.

Lagi-lagi aku dikejutkan oleh seseorang yang datang.

"Siapa?!" Tanyaku cepat tanpa membuka pintu.

"Yang Mulia, anda harus datang ke aula istana" ucap seseorang yang berada di depan pintu ruangan.

"Akan ku katakan pada Yang Mulia, sekarang pergilah!"

"Baik pemaisuri"

Begitu mendengar ada hal penting, segera ku genggam erat tanganku pada lengannya. "Nak, sebaiknya kau kembali ke kamar kaasan. Nanti kaasan akan menemuimu"

Anak itu langsung menurut, dia pergi keluar ruangan. Ku tatap Madara yang berdiri dengan tegap, dia akhirnya mengajakku pergi ke tempat itu.

.

Sampai disana, kami melihat ada perkumpulan orang-orang yang diikat dan bersimpuh di atas lantai, seolah meminta belas kasih pada kaisar mereka.

"Yang Mulia, seperti anda lihat disini ada dua penjahat beserta seorang budaknya yang membakar lumbung padi para petani Sawagakure dua hari yang lalu. Mereka sengaja melakukannya setelah membunuh beberapa orang penting dari penduduk desa"

Kedua mataku menatapnya intens, mengamatinya ketiga orang pria pencuri yang tertunduk lesu dihadapan kami.

"Yang Mulia, ampuni kami! Bukan kami yang membunuh orang-orang desa, melainkan itu salah budak ini!"

The Gooddes Of Love (Naruto OC) ENDWhere stories live. Discover now