Part 21

38 5 0
                                    

☀️☀️☀️

Panasnya sinar matahari tertutupi oleh awan menghitam yang memenuhi seisi langit, seperti tidak ada secercah harapan untukku. Lambung yang mulai panas berteriak keras dimana tidak ada asupan yang masuk ke dalamnya.

Tubuhku melemas dan diperparah dengan mual yang tiada hentinya. Kali ini aku sengaja tidak makan lantaran membenci Madara.

"Historia-sama, kenapa anda tidak mau makan? Padahal saya sudah memasakkan makanan kesukaan anda. Sebenarnya ada masalah apa? Terus terang saja, katakan apa keinginanmu!" Iroha yang terus saja bertanya padaku.

Sebenarnya aku kesal jika melewatkan sekali makan saja Iroha selalu menanyaiku. Semua itu dia lakukan karena Madara memarahinya jika aku mulai seperti ini.

"aku ingin menemui bayi kecilku! Bisakah kau memberikannya padaku?" pintaku dengan berakting memelas.

Tatapan mata Iroha berubah menjadi kecewa, "tidak ada gunanya jika anda berkali-kali memintaku, tidak mungkin saya bisa menentang perintah dari kaisar"

Seketika aku mengerucutkan bibir kesal, memalingkan wajah sembari menutup mata tanda tidak peduli. "lagi-lagi tidak ada satupun orang yang mengasihiku! Pergilah! Aku tak akan makan jika anakku tidak berada disini!"

"Pemaisuri, kau tidak boleh bersikap egois pada diri sendiri!" Iroha memarahiku, namun aku tetap mengabaikan hingga akhirnya dia memilih keluar dari kamar.

Tak lama kemudian, dia kembali bersama Madara dan mengadukan semua keinginanku yang tidak dikabulkan olehnya.

Sekarang Madara menatapku kesal sekaligus marah, terdengar dari suara helaan napas yang panjang. "katakan apapun keinginanmu kecuali berkaitan dengan bayi haram itu!!"

"bayi haram?! Dia kan juga anakmu!" geramku marah.

Dia menarik daguku kasar dan mendekatkan wajahnya. "jangan membuatku semakin murka, Historia!"

Ku tahan emosiku. "Sekarang tinggal pilih aku tidak akan makan atau berikan bayiku kesini!"

Kali ini Madara kalah telak, dia tak bisa menekanku agar tak bertemu dengan bayi yang sangat dia benci. 'Menyebalkan! Semakin ku larang, dia malah makin nekat! Ck sampai kapan dia akan mengandung anakku? Apa dia juga tidak bisa memberiku keturunan yang padahal dia adalah dewi kesuburan?!'

Dengan segera dia memerintahkan Iroha untuk mengambil Akashi. Dengan syarat aku harus makan.

Ku anggukkan kepala dan segera menuju meja rias, bergegas menyuapi mulut dengan beberapa sendok makanan dengan cepat sampai tersedak begitu saja. Dia menegurku, tapi aku tak peduli. Aku hanya ingin melihat bayiku!

Setelah itu, ku lihat sesosok bayi mungil yang sedang mengerjapkan mata terlihat mengantuk. Dengan hati yang berbunga-bunga aku mengambilnya dari Iroha.

"ahh bayi kecilku... Betapa ibu sangat merindukanmu sayang!" kataku penuh kerinduan. Pemandangan indah ini tidak boleh rusak karena ada Madara yang menatapku tidak suka. Dia harus pergi sebelum aku mencincangnya.

"kenapa kamu tidak pergi?" tanyaku tanpa embel-embel penghormatan. Toh aku tak peduli dengannya.

"aku harus mengawasimu agar bayi haram itu tidak melakukan hal macam-macam padamu!"

Seketika kebencianku meningkat, urat-urat muncul dipipiku, menatapnya marah. "pergilah atau aku tidak akan makan lagi!"

Dia mendesah, kemudian pergi begitu saja tanpa mengatakan hal apapun termasuk Iroha yang ikut keluar dari kamar.

Serasa sudah aman, aku kembali menatap bayiku lembut. Dia sedikit enggan bersamaku, mungkin dengan menyusuinya dia akan merasakan kehangatan yang ku berikan.

The Gooddes Of Love (Naruto OC) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang