Part 19

42 7 21
                                    

🌺🌺🌺🌾🌾🌾

Dua minggu setelah melahirkan, aku dipaksa kembali melatih berolahraga ringan agar tubuhku tidak kaku. Jujur saja ini sangat menyebalkan dan melelahkan untukku apalagi juga mengurus bayi.

"pemaisuri, anda dipanggil oleh Yang Mulia kaisar diruang rapat. Segeralah anda kesana"

"baiklah, tapi sebelum itu aku mau melihat bayiku dulu"

Iroha terlihat panik terlihat dari mimik wajahnya, namun dia berusaha tenang. "mohon maaf pemaisuri, anda harus segera pergi ke ruang rapat! Anda jangan meremehkan permintaan Yang Mulia walaupun beliau adalah suami anda"

Kumasamkan wajahku dengan kesal. "aku ingin melihatnya titik!"

"Historia-sama!" tegurnya bernada semakin tinggi.

"habisnya aku ingin melihat bayi itu menangis!"

"anda selalu membuatnya menangis tiap waktu. Itu namanya sudah keterlaluan!" Iroha menatapku tajam, layaknya seorang ibu sedang menghentikan tingkah buruk anaknya. Hanya dengan tatapan itu seolah aku harus menurutinya. Aku menyukainya karena dia mirip dengan pengasuhku diduniaku. Hanya saja Iroha lebih galak dan tegas.

"ck baiklah kali ini saja aku membiarkannya tidur!" ucapku kesal. Yah, entah kenapa melihat bayiku yang bernama Akashi selalu menangis tersiksa karena cubitan tangan membuatku puas. Aku merasa tak menyesali apa yang ku lakukan. Dia itu milikku, tidak ada yang boleh peduli pada boneka sepertinya selain aku.

.

.

.

Suara ketukan pintu pun terdengar, aku masuk ke dalam ruangan sembari menatap semuanya yang duduk di sebuah meja besar. Naas mereka menyambutku dengan tatapan nanar, termasuk sang kaisar yang terlihat bosan menunggu.

Tak perlu risau dengan Madara, karena aku telah meluluhkannya dengan kecantikan fisik maupun rayuan mautku yang membuatnya tergila-gila padaku. Menjadi istri baik dan penurut yang sempurna di matanya, jelas sangat menjamin kepuasannya.

"Yang Mulia, kenapa anda memanggilku?" tanyaku dengan menunduk hormat.

"langsung intinya saja. Historia ada misi khusus untukmu!" perintah Madara tanpa penolakan.

"apa misi itu bisa dibilang perang?" tanyaku.

"tergantung" jawabnya.

Sesungguhnya kata 'perang' membuatku takut. Apalagi itu bukanlah perang palsu seperti dalam film kolosal dan sangat tidak mungkin aku bisa melakukannya! Aku berjalan perlahan mendekati Madara, memeluknya dari belakang, dan mencium pipinya dengan bersuara manja.

"Yang Mulia, bagaimana jika aku nanti sakit?" Dalam hatiku melanjutkan perkataanku. 'bagaimana aku tidak sakit? Aku kan barusan melahirkan dua minggu lalu? Jahat sekali!'

"dasar murahan! Belajar darimana sikapnya itu? Pramunikmat kah?! Menjijikkan!" geram pemaisuri Mei.

"Bisa-bisanya disaat seperti ini kau masih saja merayu Yang Mulia kaisar! Dimana etikamu? Lancang sekali!" sindir Sakura marah.

Aku menggembungkan pipiku kesal, tidak peduli dengan olokan mereka. Terlihat Madara juga tak menanggapi mereka dan memilih menjaga imejnya didepan semua orang.

"duduklah ditempat lain historia!" Dia memerintahku meski aku enggan. Namun dia tetap menegurku lagi, "tempatmu merayuku bukanlah disini sayang! Cepat duduklah, nanti aku akan mengabulkan keinginanmu!"

Seketika aku tersenyum bahagia, mengangguk dan berbisik 'aku mencintaimu' sembari memilih pergi ke kursi lain. Didekat pemaisuri Mei yang menatapku tidak suka.

The Gooddes Of Love (Naruto OC) ENDWhere stories live. Discover now