Part 22

35 6 2
                                    

                       💞💞💞💞

Suara anak kecil yang tertawa mulai mengusik tidurku, aku hanya tersenyum jika itu suara Akashi. Namun seketika aku tersentak, kenapa dia tertawa? Apa yang terjadi padanya?!

Ku bangunkan tubuh secara mendadak dan dibuat terkejut dengan sosok yang ku cintai berada disini, dia sedang menjaga bayi kecilku untuk diajak bermain.

Ku tarik sudut bibir membentuk senyuman, berpikir jika orang dingin sepertinya bisa mengajak bermain anak-anak. Tak seperti Madara yang tidak menyukai anak-anak, padahal dia sangat menginginkannya.

"seharusnya kau tidak tertawa kencang anakku! Kau membangunkan kaasanmu!" ucapnya, tapi Akashi malah menghampiri dan memelukku dengan tatapan imutnya.

"tidak apa-apa anakku sayang, kamu pasti sangat merindukan kaasan kan?" Aku memeluknya, setelah itu pergi mengajaknya mandi.

.

.

Selepas mandi, aku melihat para pelayan yang sedang bekerja di dapur. Mereka tampak menyiapkan makanan yang banyak.

"menu apa yang kalian buat hari ini?" tanyaku.

Mereka seketika terdiam, tidak menjawab perkataanku dan melanjutkan aktivitas mereka.

"biarkan aku ikut membantu kalian" ucapku sembari menyentuh sayur.

Dengan gerakan secepat mungkin, salah satu pelayan itu menarik sayur yang ku sentuh. "anda berniat meracuni majikan kami?"

"benar, setelah keluar dari istana, kami menjadi kerepotan karena ulahmu! Kasihan sekali Shizune-sama, Sara-sama dan Yugito-sama harus menderita dengan kemiskinan"

"kenapa kalian tidak keluar dari pekerjaan ini?" kataku kesal.

"memangnya kami bisa meninggalkan majikan kami begitu saja? Kau tak tahu apa itu arti kesetiaan"

Aku menghela napas yang panjang, mungkinkah pengasuhnya didunia nyata juga memiliki pemikiran seperti mereka? "aku tidak tahu jalan pikiran kalian. Namun aku menghargai apa yang kalian lakukan. Ya sudahlah, aku ingin jalan-jalan, iyakan anakku sayang" kataku sembari berjalan pergi. Aku tak perlu menanggapi perkataan mereka.

.

Di luar rumah, hawa dingin serasa menusuk, namun udaranya sangat sejuk sekali, sampai-sampai aku merasa tak bosan menghirupnya. Beda sekali dengan ada di kota zaman sekarang. Semuanya dipenuhi asap kendaraan bermotor.

Aku keluar menuju pasar, mencari bahan membuat bubur. Kemudian pulang dan segera memasaknya. Tak peduli suara cemoohan para pelayan, karena yang ku pedulikan hanyalah makanan untuk batitaku.

Segera ku menuju meja makan, ternyata tidak ada kursi kosong untukku disini, hanya kursi kecil yang digunakan untuk anakku saja. Aku merasa tidak diharapkan disini, seakan Tobirama hanya mempedulikan anaknya. Walau begitu aku tetap tersenyum menghibur Akashi yang ku taruh diatas kursi.

Aku duduk setengah berdiri, dengan menumpu beban tubuh diatas lutut. "Akashi, makan ya aaaa" segera ku suapi anakku dengan bubur khusus mpasi yang ku buat sendiri. Itu pun resep yang pernah ku baca dari duniaku. Anak itu jelas antusias memakan makanan kesukaannya.

"kaasan, kakak cantik itu siapa? Juga anak itu?" tanya Chiyo salah satu dari anak mereka.

Ketiga wanita itu saling bertatap muka, kebingungan harus menjawab apa. Begitu pula dengan Tobirama yang merupakan ayah mereka. Apakah mereka berani berkata jujur didepan anak-anak?

"apa kau lupa jika kakak itu adalah selir Yang Mulia Ashura?" jawab anak tertua namanya Amaru.

"aah kau dewi itu? Namamu siapa? Ah aku lupa" Sasame berusaha mengingat-ingat.

The Gooddes Of Love (Naruto OC) ENDWhere stories live. Discover now