Part 20

34 5 0
                                    


🌺🌺🌺🌺

Sudah dua bulan lamanya aku berusaha menahan hatiku yang benar-benar kesal dan benci sebab tak diizinkan menemui bayi kecilku. Bahkan aku tak tahu apakah anakku masih hidup atau tidaknya.

Semenjak itu aku dikurung dalam kamar, tak bisa keluar selain mandi dan makan. Dan naas sekali tugasku disini hanyalah melayaninya. Menyebalkan sekali aku dianggap sebagai boneka pemuas nafsu yang hanya bisa menurut dan merayu setiap waktu. Yang menyebalkan, sikap asli Madara itu kembali, ku katakan sangat kasar. Usahaku dulu merebut hatinya jadi sia-sia saja.

Dia juga memberikan sebuah segel didalam kamar. Meskipun tidak berada di sini, tetap saja dia selalu mengawasiku tanpa lengah. Semua itu dia lakukan agar tidak ada pria manapun yang bisa menyentuhku.

Tak tahan terlalu lama disini, aku mulai nekat menerobos segelnya dengan kekuatan byakugan. Tak peduli dengannya, yang penting aku bisa menemui bayiku.

Bergegas aku berlari mencari kamar bayiku, tapi naasnya kamar itu sudah tak terpakai. Menurut buku yang kubaca, seseorang yang diasingkan pasti berada di belakang istana. Mereka sengaja meletakkan disana agar tidak mengganggu reputasi buruk yang keluarga utama. Segera aku berlari menuju pavilium belakang.

Dengan napas yang terengah-engah dan kaki cepat letih. Tubuh yang tidak berolahraga membuatku menderita apalagi ditambah dengan panasnya terik matahari yang membuatku kepanasan. Itu karena didalam kamar aku tak bisa melakukan aktivitas lain selain hanya membaca buku, bersolek dan tidur.

Langkahku hendak mencapai pavilium belakang, tapi seseorang menarik tanganku ke belakang dengan keras hingga tubuhku yang mudah roboh ini menurut begitu saja.

Tatapan mata onyx dan mata biru shappire kami bertemu. Pupil mataku membesar, dia ternyata Madara berserta dengan para bawahannya sudah menantiku seperti hewan buruan yang lepas.

"kau mau kemana?" dia menggertakkan giginya marah dan mulai mengintimidasiku.

Ku tatap wajahnya dengan tatapan kecewa, "katakan dimana sekarang bayiku!"

"kau tak perlu mencarinya karena dia sudah mati!"

Pikiranku hendak emosi dan marah, tapi aku tak boleh melakukannya. Aku harus tetap tenang untuk dapat bersandiwara didepannya. Ku rapalkan kedua tanganku menatapnya lekat dan memohon.

"sayang, bisakah kau mengabulkan permintaanku? Atau mungkin kita bisa bernegosiasi?"

Madara tertawa meremehkan, "seorang istri tak seharusnya bernegosiasi dengan suaminya. Permintaan macam apa itu? Aku bahkan tidak peduli jika kau memintaku secara baik!"

"akan aku lakukan apapun permintaanmu asal kau melepaskan bayiku" pintaku dengan puppy eyes.

Madara seketika menamparku dengan tamparan cukup keras, "jangan mengada-ada! Kau pikir bayi haram itu masih hidup?"

Aku terdiam kecewa, tapi aku sangat yakin bila anakku pasti masih hidup. Hanya saja semua orang uchiha ini menyembunyikan keberadaan bayiku. Aku mencoba untuk memohonnya lagi. Namun dia sama sekali tidak menanggapi, bahkan tak mempedulikanku yang tengah menangis. Yang jelas kaisar berhati dingin itu tidak merasakan belas kasihan.

Ku dengar samar-samar suara yang semakin jelas, suara bayi yang menangis yang kian terasa keras. Disebelah kanan dari pandangan, ku lihat seorang bayi berusia tiga bulan berambut perak yang tengah tengkurap di rerumputan, mencari perhatian pelayan disekitarnya yang duduk didekatnya, tapi naasnya mereka malah membentak dan mengabaikannya karena sibuk dengan urusan masing-masing. Yang membuatku tak tega, mereka menegur sang bayi dengan mengatakan anak budak.

Mataku membulat, diakah bayiku Akashi? Hendak berlari kesana namun tak kusangka Madara menarik tanganku lagi. Dia bahkan menatapku murka.

"lepas! Aku mau menemui bayiku!" geramku marah. Aku lelah harus bersandiwara lagi.

The Gooddes Of Love (Naruto OC) ENDWhere stories live. Discover now