░⃟⃜💚 12 ░⃟⃜💚

2.4K 264 18
                                    

*❀---❀---❀---❀---❀*
  ┃   ┃    ┃    ┃    ┃
  ┋   ┋    ┋    ┋    ┋
  │   │    │    │    ★
  ┆   ┆    ┆    ┆
  ┆   ┆    ┆    ┆
  ┆   ┆    ★   ✰
  ┆   ✰
  ┆
  ★





Sejak kejadian beberapa hari yang lalu, Hyera selalu menghindar dari Jaemin. Setiap berpapasan dengan sang kakak, Hyera langsung menjauh darinya. Bahkan disaat makan malam bersama, sebisa mungkin Hyera menghindari kontak mata dengan Jaemin dan makan dengan cepat agar bisa pergi ke kamar.

Jaemin sadar Hyera selalu menghindar darinya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia juga sadar jika Hyera tidak pernah menganggapnya ada.

Sebenarnya alasan Hyera menjauhi Jaemin karena ia selalu merasakan hal aneh saat berada di dekat kakaknya. Dadanya serasa diremat hingga menimbulkan rasa sesak. Katakanlah Hyera merasa bersalah, namun ia juga tidak tau harus melakukan apa. Ia tidak tau harus mulai darimana. Apalagi hubungan adik kakak itu sudah renggang sejak lama.

Seperti yang sudah direncanakan, hari ini Hyera akan menginap di rumah neneknya. Sepulang sekolah tadi Hyera langsung mengganti seragamnya dengan pakaian yang nyaman.

Hari Jumat sekolah Hyera hanya belajar setengah hari, tidak seperti hari-hari lain, makanya ia bisa pulang lebih cepat. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, Hyera mengambil tas berisi pakaian lalu menghampiri bunda yang sedang menunggunya di ruang keluarga bersama Jaemin.

"Bunda." Bunda menengok ke arah putrinya lalu beranjak dari sofa.

"Udah di cek lagi barang yang dibawa? Gak ada yang ketinggalan, kan?" Hyera mengangguk. Ia melihat kearah Jaemin sekilas, ternyata Jaemin juga menatapnya.

"Jaemin beneran gak mau ikut nganter?" Jaemin menoleh kearah bunda.

"Enggak usah, bun. Jaemin di rumah aja." Bunda mengangguk mengerti.

"Yaudah kalau gitu kita berangkat dulu. Bunda kunci pintunya dari luar, ya. Jaemin punya kunci cadangannya, kan?" Jaemin mengangguk lalu tersenyum.

"Hati-hati dirumah ya, nak. Bunda usahain sore udah sampai rumah. Ayok, Ra." Bunda berjalan keluar rumah, namun Hyera masih diam di tempat. Hyera menatap kakaknya sebentar lalu berjalan keluar karena bunda memanggilnya.

Jaemin menghela nafas setelah mendengar suara mesin mobil menjauhi rumahnya. Kedua tangannya ia gunakan untuk menggerakkan kursi roda. Awalnya ia ingin masuk ke kamar, namun ia urungkan ketika menatap pintu kamar Hyera.

Jaemin mendekati kamar adiknya, perlahan-lahan tangannya membuka pintu kamar. Akhirnya pintu terbuka lebar menampakkan kondisi kamar Hyera yang sangat rapih.

Jaemin memasuki kamar Hyera untuk kedua kalinya. Sesekali tangannya mengusap benda yang ada di dekatnya. Netranya terpaku pada lampu tidur Hyera. Lebih tepatnya pada sebuah stiker yang menempel di kap lampu itu. Jaemin ingat itu adalah stiker yang ia berikan pada Hyera dulu. Jaemin mengusap stiker itu dengan wajah miris. Ingin rasanya Jaemin kembali ke masa lalu, dimana Hyera selalu berada di samping Jaemin.

Jaemin tersadar lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Ayo Jaemin, hadapi realita."

Jaemin mendekati kasur Hyera lalu menaiki kasur itu dengan susah payah. Mungkin jika Hyera melihat Jaemin menaiki kasurnya, ia akan marah besar padanya. Tapi dirumah hanya ada Jaemin seorang, jadi tidak akan ada yang memarahinya, kan?

Jaemin berbaring di kasur. Kedua tangannya digunakan untuk memeluk guling yang berada di sebelahnya. Jaemin menghirup aroma guling tersebut, itu aroma parfum yang selalu hyera pakai. Hanya dengan memeluk guling, Jaemin merasa seperti memeluk adiknya. Lelaki itu sangat suka aroma parfum Hyera, rasanya menenangkan.

[✓] My Brother | Na JaeminWhere stories live. Discover now