░⃟⃜💚 13 ░⃟⃜💚

2.4K 276 10
                                    

*❀---❀---❀---❀---❀*
  ┃   ┃    ┃    ┃    ┃
  ┋   ┋    ┋    ┋    ┋
  │   │    │    │    ★
  ┆   ┆    ┆    ┆
  ┆   ┆    ┆    ┆
  ┆   ┆    ★   ✰
  ┆   ✰
  ┆
  ★






Di ruang keluarga, Jaemin sedang menunduk sambil memainkan jarinya gugup. Didepannya ada bunda yang duduk menatap Jaemin tajam. Di sebelah bunda ada ayah yang mengusap punggung bunda agar tenang. Jaemin lupa kalau hari ini ayah pulang dari luar kota.

"Jaemin abis darimana? Bunda telpon kok gak diangkat?" Tanya bunda dengan nada datar membuat Jaemin tambah gugup.

"Dari taman, bun. Jaemin lupa bawa hp tadi." Lirih Jaemin.

"Jaemin lihat bunda, jangan nunduk." Mau tak mau Jaemin mendongak menatap bunda.

"Jaemin masih inget kan kalau bunda larang Jaemin keluar sendirian?" Jaemin terdiam sebentar lalu mengangguk.

"Terus kenapa Jaemin keluar?" Jaemin tidak bisa menjawab karena terlalu takut.

Karena anaknya tak kunjung menjawab, bunda menghela nafas kasar lalu pergi ke kamar. Jaemin kembali menunduk karena merasa bersalah pada bunda. Ayah sebagai kepala keluarga tentu tidak hanya diam saja melihat masalah yang terjadi antara istri dengan anaknya, ia mencoba mengajak Jaemin mengobrol agar kesalahpahaman ini bisa diselesaikan.

"Nana." Panggil ayah dengan nada lembut. Jaemin mendongak menatap ayah.

"Kenapa Nana keluar? Kita panik nyariin Nana tadi."

"Nana bosen ayah. Jadi sambil nunggu bunda, Nana pergi ke taman sebentar."

"Kenapa gak ikut bunda aja nganter Rara? Kan bisa sekalian ketemu nenek."

"Nana takut Rara risih kalau Nana ikut. Jadi Nana bilang ke bunda mau di rumah aja." Ayah mengangguk.

"Tapi ayah, hari ini Nana seneng banget karena punya temen baru."

"Oh, ya?" Jaemin mengangguk antusias.

"Dia baik, yah. Nana gak nyangka bisa punya temen yang mau nerima Nana apa adanya." Ayah tersenyum.

"Baguslah kalau Nana punya temen sekarang, tapi Nana jangan keluar rumah tanpa izin kayak tadi, ya? Bunda hampir aja mau lapor polisi karena Nana tiba-tiba hilang."

"Tapi Nana juga mau main keluar ayah. Setiap hari Nana di rumah terus, kalau jalan-jalan pun pasti pakai mobil." Lirih Jaemin. Ayah beranjak dari sofa lalu mendekati Jaemin. Ia berjongkok di hadapan Jaemin lalu mengusap rambut anaknya dengan lembut.

"Maaf ya kalau ayah sama bunda terlalu posesif. Tapi kita lakuin itu karena gak mau Nana kenapa-napa. Nana kan tau diluar sana banyak orang jahat."

"Tapi karena Nana udah punya temen, ayah bakal bujuk bunda biar ngizinin Nana keluar rumah, tapi Nana cuma boleh keliling perumahan." Mendengar ucapan ayah, muka Jaemin langsung berubah sumringah.

"Beneran?" Ayah mengangguk.

"Doain aja biar bunda luluh. Sekarang Jaemin tidur, ayah anter ke kamar." Ayah berdiri lalu mendorong kursi roda Jaemin menuju kamar.











▬▭▬▭ ፝֯֟ ✧◦✦◦✧ ፝֯֟ ▭▬▭▬











Jaemin membuka matanya perlahan ketika sinar matahari masuk melewati jendela kamarnya. Ia bangun lalu mengucek kedua matanya persis seperti anak kecil. Netranya menatap sekeliling kamarnya. Jaemin bingung karena biasanya bunda akan membangunkannya, tapi hari ini bunda hanya membuka hordeng kamarnya tanpa berniat membangunkan Jaemin.

[✓] My Brother | Na JaeminWhere stories live. Discover now