░⃟⃜💚 17 ░⃟⃜💚

2.6K 278 53
                                    

*❀---❀---❀---❀---❀*
┃ ┃ ┃ ┃ ┃
┋ ┋ ┋ ┋ ┋
│ │ │ │ ★
┆ ┆ ┆ ┆
┆ ┆ ┆ ┆
┆ ┆ ★ ✰
┆ ✰







Bunda panik ketika tidak menemukan Hyera di kamarnya. Ayah yang baru saja keluar dari kamar pun bingung karena melihat bunda berjalan mondar-mandir.

"Kenapa, bun?" Bunda menatap ayah yang menghampirinya dengan raut kebingungan.

"Rara gak ada di kamar, yah. Bunda udah cari di semua ruangan tapi gak ada." Ayah terlihat berpikir.

"Udah cari ke kamar Nana?" Bunda terdiam. Saking paniknya ia sampai lupa mencari di kamar Jaemin. Ayah tersenyum lalu mengusap kepala bunda.

"Makanya jangan keburu panik dulu, jadi gak bisa mikir jernih, kan. Ayok kita kesana." Bunda mengangguk. Mereka berdua berjalan bersama menuju kamar Jaemin. Setelah tiba di depan kamar, bunda langsung membuka pintu kamar Jaemin.

"Rara, ka—" Baik ayah maupun bunda terdiam melihat pemandangan di depan mereka. Hati mereka menghangat melihat Jaemin dan Rara tidur sambil berpelukan.

Bunda yang gemas langsung mengambil ponsel dari sakunya lalu memotret kedua adik kakak tersebut untuk dijadikan kenang-kenangan. Setelah memotret, bunda membuka gorden agar sinar matahari bisa masuk ke dalam kamar. Sedangkan ayah membangunkan anak-anaknya.

"Rara, Nana. Bangun, yuk." Ayah mengguncang pelan bahu kedua anaknya. Hyera yang merasa terusik langsung terbangun.

"Ayah?" Tanya Hyera dengan suara serak khas baru bangun.

"Iya ini ayah. Gimana, tidurnya nyenyak?" Hyera mengangguk.

"Enak pelukan sama Nana?" Hyera yang belum sepenuhnya sadar hanya mengangguk membuat ayah dan bunda terkekeh.

"Ayok mandi terus berangkat sekolah, ayah anter." Hyera kembali mengangguk. Bahkan setelah ayah dan bunda keluar dari kamar, Hyera masih diam mengumpulkan nyawanya.

"Eh?" Hyera yang sudah sadar langsung terkejut karena melihat tangan Jaemin yang melingkar di perutnya. Hyera menutup mukanya dengan kedua tangan karena malu mengingat kejadian semalam.

Jaemin gak mikir aneh-aneh, kan?

"Kenapa, Ra?" Tanya Jaemin dengan suara beratnya. Hyera melihat Jaemin melalui celah-celah jarinya. Jaemin bangun lalu menarik kedua tangan Hyera dengan lembut.

"Kenapa hm?" Hyera menggeleng cepat.

"Gapapa. Aku mandi dulu." Buru-buru Hyera menyingkap selimut lalu beranjak dari kasur dan pergi ke kamarnya. Jaemin yang melihatnya hanya menggelengkan kepala.









▬▭▬▭ ፝֯֟ ✧◦✦◦✧ ፝֯֟ ▭▬▭▬








Hyera sudah segar dan wangi. Kini ia sedang berdiri di depan cermin. Kedua tangannya sibuk menyisir rambut, namun otaknya sibuk memikirkan Jaemin. Hyera kira ia akan sulit berinteraksi dengan kakaknya, namun ternyata tidak sesulit itu. Bahkan Jaemin dengan senang hati menerimanya. Terkadang Hyera bertanya-tanya mengapa Jaemin tidak pernah membencinya, padahal ia selalu membuat kakaknya kecewa. Hyera langsung menggelengkan kepalanya.

"Udah, Ra, gak usah mikir kemana-mana." Hyera menatap jam di dinding. Matanya terbelalak ketika mengetahui dirinya akan telat.

"Mampus, bakal telat ini." Hyera langsung menguncir rambutnya buru-buru. Setelah itu, ia merampas tas dan ponselnya lalu pergi keluar kamar.

Ketika membuka pintu kamar, Hyera terkejut karena berpapasan dengan Jaemin yang baru saja keluar dari kamar.

Awalnya Hyera termenung namun ia kembali tersadar mengingat 20 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup, sedangkan jarak dari rumah ke sekolah lumayan jauh. Hyera pun langsung pergi tanpa menghiraukan Jaemin.

[✓] My Brother | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang